Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Sebagai hukuman karna sudah melamun ketika saya ngajar, setelah mata kuliah ini kamu harus merangkum materi yang saya ajarkan hari ini diruangan saya" lanjut Dimas tegas dan membuat Dini melongo.
Hukuman lagi!!
"Lo kenapa tadi melamun? Pak Dimas berkali-kali manggil nama Lo tapi Lo tetap melamun. Maaf ya gue ga hentiin lamunan lo soalnya dilarang Pak Dimas" jelas Gina sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada setelah Dimas pergi dari ruang kelas.
"Tapi Din, yang Lo maksud ganteng tadi siapa?" tanya Gina penasaran.
"Emang gue ngucapin itu ya?" alih-alih Dini menjawab malah balik tanya. Gina hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Dini.
"Ga ingat Gue" Dini beralasan.
"Tapi yang Gue heranin kenapa Pak Dimas marah ketika Lo ngucapin ganteng ya?" Gina masih saja kepo.
"Entahlah, mungkin Lagi kesambet hantu kampus. Dia kalau ga marahain gue pas kuliah ga seru kali" kesal Dini
"Gue duluan ya, Gin" ucap Dini segera berdiri untuk pergi keruangan Dimas.
"Semangat ya" seru Gina.
"Mau kemana, Din?" tanya Rony ketika mereka bertemu dilobi.
"Masih tanya?" jawab Dini, kesal.
"Ha.. Ha.. Ha.. Santai aja dong, sayangku. Semangat ya" rangkul Rony ke bahu Dini. Dini segera menghempaskan tangan Rony
"Sayang.. Sayang.. Kepala Lo" Rony tertawa terbahak-bahak melihat kekesalan Dini.
Dini segera menjauh dari Rony sebelum kesabarannya berkurang. Belum bertemu bos besar saja, mood Dini sudah jelek.
Di ruangannya, Dimas menyandarkan kepalanya dikursi. Kepalanya sedikit pusing dan ada rasa sesak didadanya.
"Apa benar aku sudah mulai menyukai Dini?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ga mungkin" ucap Dimas sambil mengusap wajahnya kasar.
Suara pintu diketuk membuyarkan lamunan Dimas.
"Masuk"
Pintu terbuka. "Permisi, Pak"
"Heem"
Dini segera melangkahkan kakinya menuju sofa tanpa banyak bicara. Dini membuka buku dan mulai menyalin. Awalnya, Dimas memperhatikan Dini namun lama kelamaan sakit kepalanya membuat dia mengantuk.
"Akkkhh" Dini merenggangkan tangannya ke atas.
"Akhirnya selesai juga" Dini menoleh ke arah Dimas seperti sejam yang lalu dia lakukan. Dimas masih saja tertidur. Dengan sedikit keberanian, Dini mendekat ke arah Dimas dan memperhatikannya. Jarak mereka sangat dekat, hembusan nafas Dimas yang sedang tidur terasa diwajah Dini.
"Tidur saja ganteng, apalagi bangun" ucap Dini tanpa sadar.
"Astaga" Dini segera menyadarkan diri namun baru saja akan membenarkan posisi mata Dimas sudah terbuka.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap Dimas dengan sorot mata yang tajam.
"Sa.. Saya ga bermaksud apa-apa, Pak" jawab Dini sedikit terbata. Dimas menarik tangan Dini dan dalam hitungan detik, Dini sudah duduk dipangkuan Dimas.
"Pak" Dini langsung memalingkan wajahnya. Berada diposisi seperti ini membuat Dini gugup. Dini segera bangkit dari pangkuan Dimas.
"Kenapa? Bukankah kamu mau lihat wajah saya? Jadi, Lebih ganteng mana saya atau laki-laki yang kamu suka?" tanya Dimas dengan intonasi yang menyebalkan.
Dini menatap wajah Dimas. "Apakah bapak sedang cemburu?" tanya Dini.
"Ha? Saya cemburu. Apakah kita sepasang kekasih? Kita menikah juga dijodohkan, Dini. Jangan bodoh kamu" elak Dimas.
"Kalau begitu, bapak juga ga ada hak mencampuri urusan pribadi saya. Karena saya sudah selesai dengan hukuman bapak, saya permisi dulu" Dini langsung berbalik merapikan barang-barangnya yang berada dimeja, meninggalkan tugas yang diberikan Dimas. Dini segera membuka pintu dan menutupnya kembali dengan suara yang keras.
"Aargghhhh" Dimas menyugar rambutnya kebelakang. Hari ini, Dimas benar-benar bingung.
***