Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Mereka berangkat KKN naik bus kampus. "Semua sudah siap?" tanya dosen pembimbing namanya pak Takwa.
"Siap pak." jawab kedua kor-des dari Kota MU. Mereka KKN cukup jauh makanya hanya dua posko yang diutus. Untuk kota lain ada yang empat sampai lima posko.
"Bagus, perhatikan kesehatan kalian di kampung orang. Kami hanya dua dosen yang pergi memantau! Itu pun kami tidak dapat mengawasi kalian selama dua puluh empat jam. Paham?" tanyanya.
"Paham pak!" seru mahasiswa kompak. Mereka sudah siap naik dalam bus. Kalau dua puluh orang insya Allah cukup di dalam bus.
"Silahkan masuk ke dalam bus, jangan lupa berdoa. Disana harus saling mengingatkan." ucap pak Takdir sebelum menutup ucapannya.
"Baik pak." jawab Ruddin semangat. Akhirnya mereka berangkat satu bus ke kota MU.
Perjalanan cukup jauh, mereka berangkat pagi sekitar pukul 09.00. "Jauh perjalanan ini." Gumam Ocha pelan. Dia duduk disamping Hasna.
Hasna menatap Ocha dengan senyum. "Rileks sambil menikmati pemandangan." Jawabnya. Padahal Ocha dekat jendela tapi seolah Hasna yang cukup menikmati pemandangan.
"Iskandar posko A ya?" Tanya Hasna tiba-tiba. Dia menatap Ocha dengan intens, yang ditatap hanya mengangguk membenarkan. "Kamu masih pacaran dengannya?" Tanyanya lagi.
"Gak, tapi biasa nyambung lagi." Jawabnya sambil nyengir kuda. Hasna hanya geleng kepala saja, dia kembali menyandarkan kepalanya sambil menutup mata.
Tanpa sengaja Ocha melirik ke belakang ternyata ada Ruddin. "Eh, Ruddin cakep euy! Sayangnya dia gak suka aku!" Batinnya sambil membalikkan kepala menghadap ke luar jendela.
Ruddin hanya santai saja, baginya Ocha tidak lah semenarik Hasna. Dia sengaja duduk di belakang Hasna supaya bisa pendekatan. Tapi sayangnya Hasna cuek bebek.
"Hasna bangun, ayo makan siang! Sudah sampai perbatasan nih." Ujar Ocha membangunkan Hasna. Mereka telah tiba diperbatasan, waktunya isi perut dan shalat dzuhur.
"Iya." Gumam Hasna pelan, lalu membuka mata perlahan. Saat dia buka matanya tanpa sengaja justru bertatapan dengan Ruddin yang hendak kembali ke kursinya untuk mengambil ponselnya.
Hasna lalu memalingkan wajahnya seolah tidak melihat Ruddin. "Dia kayak salah tingkah." Batin Ruddin sambil melengkungkan bibirnya sedikit.
Hasna bersiap turun, dia akan berdiri malah menabrak Ruddin yang keluar dari kursinya. "Aw." Ucap Hasna lirih. "Kamu gimana sih! Lihat-lihat dong!" Ujar Hasna mengeluarkan suara.
Ruddin hanya tersenyum saja tanpa menjawab atau pun minta maaf. "Bisa juga ngomel dia." Batinnya. Dia turun mengekor pada Hasna yang duluan turun. Yang lain sudah turun semua untuk makan dan shalat.
"Alhamdulillah kenyang." Ucap Ocha lirih. Dia duduk disamping Hasna, di depannya ada teman poskonya beberapa orang yang memang belum dikenal semua.
"Ayo sholat." Ajak Hasna kepada Ocha, dia hanya mengangguk saja! Dia jarang sholat tapi kalah Hasna yang mengajak pasti berangkat kecuali halangan.
Usai makan dan sholat semua, tepat pukul 14.00 mobil melanjutkan perjalanan. Ruddin makin suka menatap Hasna, terlihat menggemaskan.
"Hasna, Ruddin lihatin kamu tuh!" Ucap Ocha melirik ke belakang.
"Gimana mau lihatin aku, dia kan di belakang aku Ocha!" Jawab Hasna heran, dia hanya geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
"Kamu tuh yang dilihatin Iskandar, noh lihat." Ujar Hasna meledek Ocha yang cemberut tiba-tiba.
"Biarin, dia asyik sama cewek." Jawab Ocha ketus. Mereka sedang marahan lagi, entah apa masalahnya tetapi memang sering putus nyambung.
Maghrib mereka singgah lagi di masjid, meski perjalanan tinggal dua jam lagi tapi kewajiban yang utama. "Ocha ayo turun." ajak Hasna setelah tiba.
"Kamu saja deh, aku mengantuk nih!" jawabnya mengelak diajak sholat. Hasna menggoyang lengan Ocha sampai tiga kali.
"Kamu ini gimana sih Cha, katanya mau dapat suami sholeh, sholat saja bolong-bolong." omel Hasna meninggalkan Ocha. Dia mendengar omelan Hasna lalu membuka matanya.
"Iya ya, benar juga kata Hasna." batinnya langsung bangun dari duduknya, Ocha turun dari bus menuju kamar mandi. Setelah buang hajat, Ocha berwudhu lalu sholat berjamaah meski mas-buk.
Usai sholat maghrib, semua kembali ke atas bus. "Perhatian!" ucap pak Takdir. Dosen pemandu mahasiswa KKN. Semua diam, siap untuk mendengarkan informasi yang diberikan.
"Jadi kita akan makan dulu di rumah makan milik bupati, setelahnya baru kita akan ke rumah jabatannya. Karena kita harus menginap disana sebelum ke desa." jelas pak Takdir.
"Siap pak." perwakilan laki-lakinya menjawab. Perempuannya sibuk bisik-bisik makan gratis.
"Alhamdulillah jika gratis, maka aman dompet." sahut Ocha sambil cengengesan. Siapa yang gak suka di traktir? Apalagi mahasiswa! Tentunya bahagia sekali.
Kedua dosen yang ikut naik mobil sendiri, mereka bahkan mengajak asisten satu orang. Jadi tiga orang di dalam mobil. Ada pak Takdir, pak Takwa, dan kanda Rahman yang bawa mobil.
Setelah menempuh satu jam perjalanan, mereka tiba direstauran Bupati MU. "Wah bagus juga tempatnya, bisa foto-foto." gumam Ocha pelan.
"Ocha, jangan malu-malu in deh!" bisik Hasna pelan. Ocha paling heboh, seperti baru melihat tempat indah padahal tinggal hampir empat tahun di kota P.
"Iya-iya, cerewet banget." omel Ocha mengekor dibelakang Hasna.
"Harus kuat kalau jalan sama dia Hasna." ucap Iskandar jalan melewati Ocha dan memberi peringatan pada Hasna. Dia berhenti sejenak, dia menatap Ocha yang cemberut.
"Kalian marahan lagi?" tanyanya penuh selidik. Ocha hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu. Tidak peduli lebih tepatnya. "Kalian itu ya, kayak anak kecil tahu!" imbuh Hasna.
"Eh, kamu apa? Kamu saja tidak pernah pacaran." gumam Ocha pelan. Untung dia masih bisa lihat kondisi, meski ngomel hanya mulutnya yang komat kamit.
"Selamat datang di restauran Bupati MU, buat mahasiswa silahkan memilih menu yang disuka. Semoga suka! Selain itu, Bupati MU meminta maaf karena beliau ada kesibukan malam ini jadi tidak bisa menyambut kedatangan kalian." ujar Kepala Pelayan di restauran tersebut.
"Alhamdulillah, kita disambut baik disini." batin Hasna. Mereka semua memesan menu yang berbeda-beda. Ada yang lima belas menit, bahkan sepuluh menit baru datang pesanannya.
"Asyik, makan enak." celetuk Ocha lagi. Dia semangat makan, begitu juga yang lain. Hasna juga makan dengan elegan, cepat tapi pasti.
Usai makan malam, mereka melakukan sesi foto. "Masih kucel kami kak, masak mau foto." ujar Ocha jujur.
"Tidak apa-apa de, supaya jadi kenangan yang indah dan sulit terlupakan." jawab Kepala Pelayan namanya Jamal.
Mau tidak mau akhirnya mereka berfoto bersama, dua kali foto karena ada Posko A dan Posko B. Usai berfoto mereka lanjut menuju ke rumah jabatan untuk menginap disana sebelum ke Posko masing-masing.
"Dekat ternyata rumah jabatan dengan restaurannya. Tidak ada tiga puluh menit!" batin Hasna. Dia menatap sekeliling taman saat turun dari bus. Sedang yang lain sudah berduyun-duyun untuk masuk ke dalam.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/