Seorang wanita muda, Luna, menikah kontrak dengan teman masa kecilnya, Kaid, untuk memenuhi permintaan orang tua. Namun, pernikahan kontrak itu berubah menjadi cinta sejati ketika Kaid mulai menunjukkan perasaan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konfrontasi dalam bayang-bayang
Malam itu terasa berbeda. Udara di sekitar rumah Luna dan Kaid terasa dingin, seolah-olah menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Luna terus gelisah, mengintip keluar jendela setiap beberapa menit, sementara Kaid sibuk menelepon tim keamanan untuk memastikan bahwa penjagaan di sekitar rumah diperketat.
“Kaid, aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi tadi di acara amal,” kata Luna sambil memeluk lututnya di sofa. “Reza bukan hanya mencoba menakut-nakuti kita. Dia ingin kita tahu kalau dia ada di dekat kita.”
Kaid duduk di sebelah Luna, menatap istrinya dengan pandangan penuh tekad. “Kita tidak akan membiarkan dia menang. Aku akan memastikan dia membayar atas semua ini.”
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan pembicaraan, pintu rumah diketuk dengan keras. Suara itu membuat keduanya terdiam sejenak, menatap satu sama lain dengan kekhawatiran.
“Siapa yang datang selarut ini?” Luna bertanya, suaranya bergetar.
Kaid berdiri dan berjalan perlahan menuju pintu, memastikan bahwa senjata kecil yang ia simpan di laci meja sudah siap. Ketika ia membuka pintu, ia menemukan seorang kurir berdiri di sana dengan sebuah paket besar di tangannya.
“Paket untuk Tuan Kaid,” kata kurir itu dengan nada datar.
Kaid mengambil paket itu, tetapi kecurigaannya meningkat. Setelah memastikan pintu terkunci kembali, ia meletakkan paket itu di meja ruang tamu.
“Luna, jangan mendekat,” katanya sambil membuka paket dengan hati-hati.
Di dalamnya, mereka menemukan sebuah ponsel yang sudah diatur untuk menampilkan pesan video. Kaid menekan tombol play, dan wajah Reza muncul di layar.
“Kaid, Luna,” suara Reza terdengar dingin dan tajam. “Aku harap kalian menikmati pertemuan singkat kita tadi malam. Ini baru permulaan. Aku ingin kalian tahu bahwa aku tidak main-main. Kalian sudah mengambil segalanya dari keluargaku, dan sekarang giliran kalian yang kehilangan segalanya.”
Video itu berakhir dengan tawa licik Reza, membuat suasana menjadi semakin mencekam.
Kaid segera menghubungi Adrian untuk melaporkan insiden tersebut. “Reza sudah mulai membuat langkah yang lebih agresif,” kata Kaid. “Dia mengirimkan pesan ancaman langsung ke rumah kami.”
“Aku akan segera ke sana,” jawab Adrian.
Setelah Adrian tiba, ia memeriksa ponsel dan paket tersebut dengan hati-hati. “Dia ingin memprovokasi kalian. Tujuannya adalah membuat kalian kehilangan fokus dan mengambil langkah gegabah.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanya Luna, yang mulai kehilangan kesabarannya.
“Kita akan memanfaatkan pesan ini untuk melacak lokasi Reza,” jawab Adrian. “Aku punya tim yang bisa melacak sinyal dari ponsel ini. Tapi kalian harus bersiap. Begitu kita tahu lokasinya, konfrontasi langsung tidak akan terhindarkan.”
Keesokan harinya, Adrian memberikan kabar bahwa mereka berhasil menemukan lokasi yang dicurigai sebagai tempat persembunyian Reza. Itu adalah sebuah gudang tua di pinggiran kota, jauh dari keramaian.
“Kaid, aku tahu ini berbahaya, tapi aku butuh bantuanmu untuk masuk ke sana,” kata Adrian.
“Kau yakin tidak bisa melibatkan polisi?” tanya Luna dengan cemas.
“Masalahnya, kita tidak punya cukup bukti kuat untuk melibatkan mereka sekarang,” jawab Adrian. “Jika kita menyerahkan ini ke polisi tanpa bukti tambahan, Reza bisa lolos begitu saja.”
Kaid mengangguk. “Baik, aku akan ikut.”
Malam itu, Kaid dan Adrian berangkat ke lokasi yang dimaksud. Mereka memastikan untuk membawa peralatan yang cukup untuk melindungi diri jika situasi menjadi berbahaya.
Di dalam gudang, suasana sunyi. Lampu-lampu redup dan bau debu yang menyengat membuat tempat itu terasa menyeramkan. Kaid dan Adrian berjalan perlahan, memastikan untuk tidak membuat suara.
Ketika mereka mencapai pusat gudang, mereka menemukan meja besar dengan berbagai dokumen yang tersebar di atasnya. Di antara dokumen-dokumen itu, Kaid melihat sesuatu yang membuatnya terkejut: foto-foto keluarganya, termasuk Luna, dengan catatan yang penuh dengan rencana detail tentang bagaimana cara menyerang mereka.
“Dia sudah merencanakan ini sejak lama,” bisik Kaid.
Adrian memeriksa dokumen itu dengan cepat. “Ini lebih dari cukup untuk melibatkan polisi. Kita harus mengambil semua ini sebagai bukti.”
Namun, sebelum mereka bisa membawa dokumen-dokumen itu keluar, suara langkah kaki terdengar mendekat. Kaid dan Adrian segera berlindung di balik salah satu rak besar.
Reza muncul, diikuti oleh dua pria berbadan besar yang tampak seperti pengawalnya. Ia berjalan menuju meja dan mulai memeriksa dokumen-dokumen tersebut, tidak menyadari keberadaan Kaid dan Adrian.
Kaid merasa darahnya mendidih melihat pria itu, tetapi Adrian menahannya. “Tunggu. Kita harus memastikan kita bisa keluar dengan aman sebelum melakukan apa pun,” bisik Adrian.
Tiba-tiba, ponsel Adrian berbunyi pelan, dan suara itu cukup untuk menarik perhatian Reza. “Siapa di sana?” Reza berseru, matanya menyapu sekeliling ruangan.
Kaid dan Adrian tahu bahwa mereka telah ditemukan. Dengan cepat, mereka berlari menuju pintu keluar, tetapi salah satu pengawal Reza berhasil mengejar mereka. Kaid berbalik dan menghadapi pria itu, menggunakan keterampilannya dalam bela diri untuk melumpuhkannya.
Adrian berhasil keluar lebih dulu dan memanggil polisi menggunakan radio darurat yang ia bawa. Tak lama kemudian, suara sirene polisi terdengar, membuat Reza dan pengawalnya yang tersisa melarikan diri ke arah yang berlawanan.
Setelah kejadian itu, polisi tiba di lokasi dan mengamankan dokumen-dokumen yang ditemukan di gudang. Meski Reza berhasil kabur, bukti yang ditemukan cukup untuk membuka penyelidikan resmi terhadapnya.
“Kita sudah membuat langkah besar,” kata Adrian kepada Kaid dan Luna keesokan harinya. “Tapi ini belum selesai. Reza tidak akan menyerah begitu saja.”
Luna menggenggam tangan Kaid dengan erat. “Setidaknya sekarang kita tahu bahwa dia tidak bisa bersembunyi selamanya.”
Kaid mengangguk. “Dan kita akan memastikan dia tidak punya tempat lagi untuk lari.”
Meski ancaman dari Reza masih membayangi, Luna dan Kaid merasa sedikit lega karena mereka akhirnya mengambil langkah nyata untuk melawan balik.