Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.
Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.
Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.
Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.
Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,
"Kia, ayo kita menikah lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
...27 Maret 2018...
Sayap Kasih merupakan bentuk komitmen Grup Dierja Company dalam bidang sosial dan kemanusiaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Sayap Kasih berfokus pada anak-anak yang kurang mampu dan harus putus sekolah. Ibu mertua Kiana yang mengurusnya langsung. Perempuan paruh baya itu memang terkenal dengan hati bak angel-nya karena telah mewujudkan banyak mimpi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa terus mengenyam pendidikan.
Sejak awal menikah, Kiana memang didapuk langsung oleh ayah mertuanya untuk turut serta mengikuti jejak sang mama mertua. Sayangnya, saat itu Kiana masih belum menyanggupi. Permasalahannya dengan Dionata cukup menguras beban pikirannya selama hampir tiga bulan ini. Kiana takut, karena ketidak fokusannya bisa merusak citra sang mama.
Namun, kini lain.
Kiana yang memutuskan untuk mencintai Dio secara ugal-ugalan walaupun harus sendirian, memilih untuk menjalani hidup sesuka hatinya. Karir, hobby, apapun itu. Siapa tahu, suatu saat, bila karirnya bersinar seperti layaknya Rosa, Dio akan tiba-tiba berpaling padanya.
Siapa tahu, 'kan?
"Kia ... kalau kamu masih sibuk di depan cermin, nanti kamu telat. Ini hari pertama kamu."
Itu omelan Dio.
Laki-laki itu paling bête kalau Kiana sedang bersiap-siap yang mengharuskan mereka berdua berangkat bersama. Kiana si manusia paling santuy itu akan melakukan semua prosesnya –dandan, catok rambut, pilih baju etc– dengan sangat teliti alias lambat.
"Ini sebentar lagi siap."
Kiana merapikan kembali bajunya. Meraih tas Gucci pemberian mama mertuanya untuk kemudian berlari menuju pintu kamar. Saat ia membuka pintu, laki-laki itu sudah berdiri di sana dengan matanya yang masih sibuk di ponsel.
Kiana akan selalu mengatakannya berulang kali pada siapapun. Bahwa yang membuatnya jatuh cinta pada seorang Dionata adalah side profile laki-laki itu. Seperti lagunya Andra and the Backbone ... sempurna.
"Suami aku ganteng banget sih," celoteh Kiana. Perempuan itu mencubit pipi Dio gemas.
Sikorban hanya melirik Kiana kesal. "Ayo."
Dio berbalik untuk kemudian menuruni tangga lebih dahulu diikuti Kiana di belakangnya. Mereka akan berangkat bersama ke kantor mamanya, Sayap Kasih Foundation. Meski tentu saja, Dio tidak bekerja di sana. Ia hanya akan mengantarkan Kiana untuk kemudian berangkat ke kantornya.
"Aku suka lagu Lany." Kiana bergerak memilih lagu untuk diputar di mobil. "Kamu suka lagu apa?"
Dio hanya melirik Kiana sekilas. "Shine on you crazy diamond."
"Pink Floyd?"
Dio hanya mengangguk.
Kiana tertawa.
"Kenapa?"
"Karena kirain kamu itu sukanya lagu macam Call out my name-nya The Weeknd. Galau-galau gimana gitu."
Kiana akhirnya tidak jadi memutar Lany dan berakhir dengan memutar lagu kesukaan Dio. Sesekali, walau matanya tertuju pada jendela mobil, Kiana tersenyum saat mendengar gumaman laki-laki itu mengikuti alunan lagu. Sesuatu yang terasa baru bagi Kiana.
Meski hanya diisi oleh lagu-lagu yang diputar Kiana di dalam mobil, tanpa adanya percakapan berarti, akhirnya mereka sampai. Keduanya segera menuju lantai 10 dimana kantor ibu mertuanya berada.
"Kia ...."
Ibu Rania setengah berlari menyambut menantunya. Perempuan paruh baya yang terlihat jauh lebih muda dibandingkan umurnya itu langsung memeluk Kiana hangat.
"Kata Dio kamu sakit ya nak. Sudah ke dokter belum? Mama mau ke sana, tapi sama Dio katanya nggak usah."
Mereka berdua kemudian duduk di sofa. Di belakangnya, Dio mengekor saja. Memang selalu begitu. Dio akan jadi seperti anak tiri bila Kiana berkunjung ke rumah orang tuanya. Mereka menyukai Kiana sejak pertama kali Dio membawanya ke pertemuan keluarga.
"Cuma demam dan sakit kepala, Ma."
"Kia jangan setres-stres pokoknya. Di sini pun nanti, Kia nggak boleh capek-capek. Anggap aja cuma untuk cari pengalaman dan biar nggak bosen di rumah, ya."
Kiana mengangguk seraya tersenyum.
"Aku langsung ke kantor kalau begitu."
Dio bangkit dan berjalan menuju pintu saat mamanya menginterupsi.
"Pamit dulu dong sama isteri kamu. Dasar, nggak ada romantis-romantisnya," komentar ibunya.
Kiana tertawa. "Dio romantis kok Ma kalau lagi berdua."
Kiana mengalihkan pandangannya pada Dio dan bersitatap di sana. Ia menyunggingkan senyum seolah tidak pernah ada yang salah diantara mereka berdua.
Kiana memilih bangkit dan mendekat pada Dio. Ia meraih tangan suaminya itu untuk kemudiannya dikecup; salim. "Hati-hati di jalan suamiku," ucap Kiana di sisi telinga Dio. Perempuan itu kemudian mencium pipi Dio sekilas. "Ada mama," bisik Kiana.
Dio kemudian mencium pipi Kiana juga. "Aku nanti jemput kamu."
"Oke."
Kiana tahu, ada gelenyar perih yang singgah di hatinya. Meski begitu, ia akan berbisik pada hatinya dan berkata, 'it's okay, Kia.' Berulang-ulang. Perasaan cintanya terlalu besar. Rasa sakitnya terlalu tak setara jika dibandingkan.
...^^^^...
Hari ini Kiana langsung diajak mama mertuanya terjun ke lapangan. Mendatangi beberapa rumah anak-anak dari keluarga kurang mampu yang akan mendapatkan santunan pendidikan. Memang Ibu Rania selalu memastikannya secara langsung bahwa uangnya akan sampai di tangan yang tepat. Tidak mampir kemana-mana, tidak diambil siapa-siapa yang bukan haknya.
Ada dua mobil yang bertandang ke kediaman Aldi –anak yang akan menerima bantuan. Mobil pertama, Kiana dan Ibu Rania. Mobil lainnya berisi staf dan bodyguard. Jangan heran, ini adalah keluarga Dierja. Walau Dio tidak pernah melakukannya.
Proses bertandang itu terasa sangat kekeluargaan sekali bagi Kiana. Tidak ada wartawan yang sengaja dibawa untuk meliput demi meningkatkan citra perusahaan. Benar-benar dari hati ke hati setiap proses yang dilakukan Ibu rania.
Kiana tengah sibuk memperhatikan ibu mertuanya ketika ponselnya berbunyi. Diabaikan, nyatanya berbunyi kembali. Kiana pamit mengangkat panggilan ketika sontak ia terperanjat mengetahui siapa yang menelepon.
Setengah tergesa, Kiana berlari keluar tanpa sempat mengatakan apapun pada ibu mertuanya. Kepalanya yang terlalu sibuk dengan berbagai kemungkinan buruk justru tak bisa berpikir jernih. Meminta supir ibu mertuanya untuk mengantar, misalnya. Ia justru berlari kearah jalan raya, mencoba menghentikan taksi yang sialnya selalu berpenumpang. Ia memutuskan memesan taksi online yang beruntungnya berada tak jauh dari lokasinya.
Tak lama, sebuah accord berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Terlihat si supir membuka pintu, hingga tanpa berpikir panjang, Kiana masuk ke dalam mobil hingga membuat si supir yang tadinya berniat bangkit memilih duduk dengan sedikit terperangah. Berbalik ke arah belakang, ditatapnya Kiana dengan kernyit heran.
"Ayo pak cepetan, ke The Energy Building SCBD ya."
Suara Kiana yang penuh kekhawatiran, matanya yang berkaca-kaca, juga tangannya yang gemetaran, membuat laki-laki itu tidak jadi berbicara. Ia memilih memakai kembali seatbelt-nya dan melajukan mobilnya.
Dalam hening penuh gelisah itu, Kiana mendapatkan sebuah tisu yang disodorkan si supir. Menariknya sehelai, Kiana mengusap pipinya yang tanpa terasa sudah basah oleh air mata.
"Everything will be fine."
Kiana terkejut. Itu supir taksi online yang berbicara.
"I hope so."
"Mau aku puterin lagu?"
"No, thanks."
Anehnya, si supir tidak menggubris penolakan Kiana. Ia justru memutar lagu-lagu dari cold play. Menemani perjalanan keduanya yang diisi hening.
Kiana tidak pernah menyangka, ia akan tersaruk-saruk hanya demi sebuah nama. Ia berlari seperti kesetanan hanya karena Maura meneleponnya. Di seberang sana, Maura setengah berteriak mengatakan bahwa ia melihat Dio. Untuk sesaat, tidak ada yang salah. Sahabatnya tentu bisa bertemu Dio kapanpun dan dimanapun tanpa sengaja. Tapi lanjutan kalimat Maura seperti menamparnya.
"Dio berantem, Kia! Mukanya babak belur. Aku nggak tahu awalnya kenapa, tapi yang jelas Dio berantem sama orang terus loh ... loh ... he's gone, no ... they're gone. Dio sama cewek, shit! Rosa."
^^^^