NovelToon NovelToon
Bungee Jumpheart

Bungee Jumpheart

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Psikopat itu cintaku
Popularitas:152.6k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.

Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.

Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bungee~ Bab 9

Aulia dan Rahma tertawa tergelak mendengar cerita Leta tentang mereka, tentang kejadian kemarin, tentang kesalahpahaman yang akhirnya membuat mereka memutuskan untuk bergegas menelfon ibu Leta dan bilang kalo Leta terjerat razia.

"Untung mas Tama mau mbayarin thai tea kalian berdua, kalo ndak.. aku mau bayar pake apa to? Pake kartu pelajar?! Pake behaaa?" tanya Leta yang justru memantik tawa Aul dan Rahma.

Dan kembali guyonan receh itu mengisi langkah mereka menuju gerbang dengan tawa canda.

Leta sudah tau jika mustahil Gio akan menjemputnya siang itu, ia juga tak berharap lebih pada mahasiswa yang kini jadi suaminya, mengingat kemarin...mereka masih menjadi musuh. Hanya saja, ucapan Gio tadi pagi, bukankah memberi Leta harapan? Atau Leta cuma kepedean saja?

"Lah, motormu mana Ta?" tanya Rahma yang sudah bersiap membonceng Aul, memasukan gagang kunci dan mulai men-staterkan motornya.

"Abis bensin...lali aku buat isi ke pom."

Aul tertawa, "ndak punya duit apa gimana, Ta?" cibirnya.

Rahma mencebik tak percaya, "motormu jual, abis itu uangnya beliin bensin...Ta. Wes, sini dempet tiga aja...ta anter pulang!" mereka memang kawan sejati kemana-mana bertiga. Rahma jantungnya, Aul hatinya dan Leta? Ya empedunya, tempat dimana sisa-sisa toxic berkumpul untuk kemudian disaring. Setidaknya mereka tertawa bersama, celaka pun bersama.

Aul secara otomatis memajukan pan tatnya jadi mepet-mepet nempel pada Rahma demi memberikan space untuk Leta di belakang, benar-benar definisi dempet telu!

Leta naik di belakang dan sedikit mengaduh ketika buah dadanya menubruk punggung Rahma cukup keras, "aduh, masih prawan iki!"

Dan kembali mereka tergelak akan hal itu, hal sepele namun jika dilewati bersama sahabat akan berasa lawak, "hilih, punya bleber aja bangga..." ucap Aul.

"Sembarangan. Semangka gini disebut bleber..."sewot Leta tak terima.

Ban motor mulai menggiling jalanan bersemen dari gerbang sekolah menuju dunia luar dengan sedikit oleng, "aduhhh ini aman ndak? Ndak mau aku, balik-balik tinggal nama, masih mau rasain perjaka..." ujar Leta, Aul sudah tergelak kembali.

"Aman Ta, aku iki kan rossa! Lah cuma bawa konco 2 orang aja mah cetek, wong biasa bawa rumput seabrek-abrek buat kambing bapak kok!" Fokus Rahma terbagi antara lalu lintas jalanan depan sekolah, dimana ia akan memotong jalur dan masuk ke dalam arus serta mengobrol dengan Leta.

Hah! Leta menepuk pundak Rahma, "waras kamu Ma! Aku sama Aul disamain sama pakan kambing!" omel Leta.

Dan untuk kesekian kalinya mereka kembali tertawa atas ocehan mereka sendiri, lawakan sendiri diketawain dasar bocah labil.

Mengingat beban dan posisi yang tak enak, Rahma cukup dibuat kewalahan juga mengendarai, tak seperti Leta yang memang cukup lama jam terbangnya di jalanan memakai sepeda, Rahma baru bisa mengendarai sepeda motor di setengah tahun ini, itu pun cuma sekedar membeli mie instan ke warung atau martabak request'an mak-nya.

Dirasa Rahma kewalahan, Auli kini buka suara, "Ma, biar si Leta saja yang bawa lah...aku ko ngga percaya kamu yang bawa..." ucapnya meringis takut celaka.

Leta membenarkan, "heem lah, sini aku aja yang bawa Ma, udah--udah nepi, Ma...nepi." baru saja Leta berbicara seperti itu Rahma yang oleng justru membawa stang motor tak terkendali dan menabrak tempat sampah jalanan yang masih berada di dekat sekolahnya, mengingat mereka baru saja melaju beberapa meter dari gerbang sekolah.

"Wooo...woo...Ma!"

"Waduhhh, waduhhh!"

Brakkk!

Dan seketika kejadian barusan menjadi perhatian mereka yang berlalu lalang termasuk teman-teman yang berjalan bubaran.

Tempat sampah itu langsung terguling memuntahkan isinya yang berhamburan, sementara ketiga gadis ini sudah terjatuh tertimpa badan motor.

Leta, Rahma dan Aul langsung ditolong teman-temannya bersama beberapa bapak-bapak yang kebetulan ada disana.

"Oalah, si Leta, si Aul ini mah!" ujar mas Budi, pedagang es teh yang ada disana.

"Kenapa to, bikin heboh ae!"

Mereka tertawa, "ndak apa-apa kamu, Ta?" tanya Arkan yang ikut menolong, pemuda ini tengah mengobrol sejenak bersama teman-temannya di pinggir jalan tadi, melihat kejadian ini ia pun membantu.

"Ndak papa..." jawab Leta menepuk-nepuk kaki yang memang tak apa-apa, hanya lecet lecet sedikit saja tertimpa motor.

Bahkan Arkan tertawa melihat kekonyolan ketiga gadis absurd ini, "kenapa bisa jatoh to?"

"Oleng to, Kan. Keberatan kayanya..." akui Rahma.

Aul tak bisa menahan tawanya sendiri setuju jika kejadian barusan adalah kekonyolan yang hakiki, "ini nih si Rahma...udah tau ndak bisa....dibilangin juga, biar Leta aja yang bawa..."

"Ayo beresin tuh, tempat sampahnya!" tuduh mas Budi.

"Dah bubar--bubar! Ini tabrakan karena kekonyolan diri sendiri." Mas Budi membubarkan teman-teman yang awalnya berkumpul karena kejadian mendebarkan berujung tawa itu.

Leta duduk di pinggiran dan menepuk-nepuk kotoran dari roknya sembari meredakan kepanikannya tadi, bersama Rahma yang sudah kembali meneliti motornya takut jika terdapat lecet.

Sementara Aul sudah bercerita heboh sembari tertawa pada teman mereka yang masih bertanya kronologi kejadian.

"Itu kamu bertiga yang oon to..." mas Budi masih berada disana ikut menolong membereskan sampah.

"Ndak ada yang luka, Ta?" tanya Arkan lagi.

Leta menggeleng, "ngga."

"Daripada nanti celaka lagi, wes lah aku anter baliknya..." ujar pemuda itu. Leta menggeleng menolak, "aku naik angkot aja lah...kalo ngga pesen ojol, tapi aku mesti donlot dulu aplikasinya."

"Kamu yakin Ta, ndak jadi bawa motorku?" tanya Rahma digelengi Leta, "ndak ah! kakiku jadi lecet nih. Takut celaka lagi..." jawab Leta, "kalian berdua aja yang balik pake motor Rahma. Biar aku pesen ojol..."

"Makanya yok aku anterin aja, memangnya motormu kemana?" tanya Arkan.

"Ada di rumah..." angguknya.

Gio melihat kumpulan siswa di satu sisi pinggiran jalan, dimana siswa justru mengganggu para pengguna jalan yang melintas. Matanya menyipit melihat seseorang yang sejak tadi ia tunggu.

"Leta? Ck!" ia membelokan motornya dan menghampiri sekumpulan siswa itu.

"Ta! Dari tadi ditungguin malah enak-enakan nongkrong dulu!" omelnya tiba-tiba menghentikan obrolan mereka yang menoleh ke arah motor dimana sosok Gio sedang mengomel ke arah Leta.

"Gi...Gio? Aku---" cukup dibuat tak percaya, Leta akhirnya segera berdiri dari duduknya, "gaes aku duluan balik." dan memaksakan langkahnya terburu-buru meski ia sedikit meringis.

Bahkan Aul dan Rahma saja dibuat terkejut oleh kedatangan Gio, dan kini apa? Leta duduk manis di boncengan pemuda mahasiswa itu, yang dimana mereka sama-sama tau jika Leta dan Gio adalah musuh, tak pernah mereka melihat Gio dan Leta akur ketika mereka sering mengunjungi rumah Leta.

"Ul, Ma...aku balik."

Gio lantas melajukan motor ketika Leta sudah naik di belakangnya, berikut Leta yang berdadah ria dengan wajah getir.

"Ma, kamu liat ndak barusan...itu mas Gio kan? Apa jin qorin?" tanya Aul diangguki Rahma, "iyo. Itu mas Gio...sejak kapan, dia jadi ojol?" gumam Rahma balik bertanya pada Aulia.

"Ndak tau."

"Itu tadi si Leta beneran pesen ojol terus dapetnya mas Gio?" Rahma mengernyitkan dahi kritis.

"Itu ojol?" tanya Arkan yang mencerna obrolan kedua gadis teman Leta, "kenal kalean? Nama ojolnya mas Gio?"

Aul dan Rahma menggeleng, susah untuk mereka menjelaskan pada Arkan, akan menghabiskan waktu seminggu untuk menjelaskannya.

"Aku fikir kamu ndak akan jemput." Leta berujar menerima dan memakai helmnya.

Gio melirik dengan ujung mata yang merujuk pada Leta meski tak sampai bisa melihat gadis itu.

"Oh ya udah, besok-besok aku ngga mau antar jemput kalo motormu kenapa-napa. Lagian aku tuh sibuk, kamu cuma nyusahin aja sebenernya..."

Leta menjengkit kesal, bibirnya bahkan sudah keriting dan mendorong kepala Gio, "kalo ngga ikhlas mending ngga usah jemput."

Gio berdesis, karena ucapan Leta ada benarnya juga. Tapi entahlah...ucapan Leta semalam mengusik jiwanya, dimana seorang istri adalah tanggung jawab suami.

"Bukannya bilang makasih, malah ngomel..." omel Gio.

"Matur suwun mas Gio," ucapnya dimanis-maniskan meski setelahnya ia manyun.

Gio membelokan terlebih dahulu motornya ke arah pom bensin, "loh, abis bensin juga motormu?" tanya Leta.

Gio tak menggubrisnya dan lebih memilih mengeluarkan botol minum ukuran besar yang sudah tak ada isinya dari tas.

"Oalah, bilang kalo kamu mau mabok bensin!" cibir Leta lagi yang kini mendapatkan atensi sendiri dari Gio, "buat racun istri nyebelin."

Bukannya takut, Leta justru tertawa mendapatkan pengakuan dosa Gio.

"Mas, isi 1 liter aja." ia menyerahkan botol itu pada petugas spbu. Ia mengeluarkan uang recehan dari saku belakang saat botol telah terisi.

"Terimakasih.." lirih si mas mas petugas. Gio memajukan motornya sedikit lalu menyerahkan botolnya untuk Leta pegang, "nih, minum 3 kali sehari."

Leta tertawa renyah, namun justru tawa itu terlihat menggemaskan ketika gigi gingsul Leta terlihat, "semprul. Suami lak nat..."

"Matur nuwun sanget mas..." kini ia berucap lirih begitu manis pada Gio sampe-sampe orang yang mandang bisa langsung diabetes.

Gio masih tak berekspresi lebih ia justru mengusap wajah Leta kasar, "so manis."

Gadis itu tertawa, "lali aku, kamu tuh ndak akan mempan dimanisin cewek." Angguknya meyakini.

Namun Gio kini berujar yang mampu membuat Leta menatapnya lagi, "kalo nyatanya aku masih suka cewek gimana?"

Leta dibuat kicep sejenak, "oh ya alhamdulillah. Aku kasian karo padhe, budhe, sama mas-mas." Ia mengangguk yakin dengan jawabannya itu.

Tak ada alasan lain lagi untuk mensyukuri kesembuhan Gio, "meskipun aku juga ndak suka kamu. Sering berantem sama kamu, tapi aku juga ndak mau kamu lebih jauh dan lama terjerumus ke kehidupan begitu." Jelas Leta lagi dengan sorot mata dan raut wajah tulus, dapat Gio rasakan itu. Ia langsung mengajak Gio untuk pulang setelahnya.

.

.

.

.

.

1
Wandi Fajar Ekoprasetyo
beuh..... minta d kubur si gio ini.....jgn dlu lah...tunggu SMP leta yg ngasih kan jd nya enak
Wandi Fajar Ekoprasetyo
gila bener....mas Hanoman......
rheisha
persosa aja,orang udah halal ini yo...😄
Maymayarni
lanjut thor
Deuis Lina
itu lebih baik Yo karena gak berdosa juga kamu kan suaminya yg sah
MunaRizka
bener yaa mas gio,,diperkose ataupun enggak tetap aja disalahin🤣🤣
MunaRizka
bertengkar hanya alibi yaa gio
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
kusumaning ati💕
gio...gio....susah sembuh itu si rompis kalo ga dari dirinya sendiri mau...
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
Er
ayo yo tak dukung kalau kamu mau perkosa bojo mu
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
kusumaning ati💕
suruh ospek sama mas hanomanmu goi ...biar dididik laki2 sejati
MunaRizka
astaga kenapa jadi kebetulan,kebenaran yg benernya leta🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
salah paham si pak polisi🤣🤣🤣🤣🤣
ieda1195
pokosa aja gpp yoo,, udah ada lebel halalnya,,
biar si letta gk pergi2 dri kmu
ieda1195
nahh,, siippp mus
Nurhayati Nia
monggo mas gilo wong udah halal ini tohh
Zee Zee Zubaydah
waduuh,si gio main perkosaa aja
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
UfyArie
heee gio glamak😂😂😂
Denok 82
hahaha honeymoon nich crtanya...sampe nginep dihotel ..wes terserah koe Yo .arep mbok apakne bojomu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!