Penjara Hasrat Kakak Tiri Kejam

Liang milik Nara memiliki warna indah berwarna pink dan tidak berbulu lebat. Apa karna Nara masih berusia 17 tahun hingga tidak memiliki bulu lebat seperti yang Noah bayangkan selama ini akan milik surgawi para wanita. Noah menatap takjub liang Nara hingga membuat wanita itu sangat malu.

Spontan tangan Nara bergerak menutupi area intinya, ayolah ia sangat malu miliknya ditatap seperti itu oleh Noah. "Jangan ditatap seperti itu, Kak. Nara malu.." Ucap Nara dengan pipi yang bersemu merah.

Timbul senyuman smirk diwajah tampan Noah, ia langsung mengarahkan adiknya kearah liang Nara. Baru ujung saja sudah membuat Nara meringis, sudah terbukti jika semua ini akan sulit untuk Noah lakukan. Noah menatap Nara yang memejamkan mata mungkin karena takut, ia harus memberikan kesan indah kepada Nara karna ini adalah hari pertama untuknya.

"Gigit pundakku jika rasanya sangat sakit, mengerti?" Noah mencoba mengingatkan, ia mengelus pucuk kepala Nara yang sedikit berkeringat.

Setelah merasa jika Nara sudah lebih rileks maka Noah langsung menghentakkan senjata miliknya hingga masuk separuh. Nara meringis kesakitan bahkan meremas erat kain sprei akibat rasa sakit yang luar biasa. Noah melanjutkan hentakkan sekali lagi hingga masuk sepenuhnya, ia melihat kebawah ada bercak darah sebagai tanda jika keperawanan Nara sudah ia ambil.

"Emm.. Sakit, Kak.. Sakit banget.." Nara mengadu, ia menangis dibawah Noah yang sudah merenggut masa depannya. Nara merasa tubuhnya seakan mau terbelah menjadi dua, sampai ia tidak bisa berkata apapun kecuali mengeluh sakit kepada Noah.

Noah tahu, ia menjadi timbul rasa kasihan dihati melihat Nara seperti itu. Dengan penuh kasih sayang ia mengelus pipi Nara terkadang melakukan lumatan bibir untuk mengalah rasa sakit yang Nara rasakan.

"Kau hanya belum terbiasa dengan milikku, setidaknya ketiga kali melakukannya barulah milikmu terbiasa dengan Juniorku." Ucap Noah yang terdengar ambigu sebenarnya.

Meskipun Nara ditengah rasa sakit yang perlahan memudar tapi ia mengerti dengan maksud perkataan Noah tadi. Itu berarti hal seperti ini akan sering mereka lakukan lagi dan lagi, tidak akan ada kesadaran dari Noah untuk berhenti menyentuhnya.

"Ahhhh.." Nara tiba-tiba melenguh karena secara perlahan Noah mulai bergerak mengikuti naluri hatinya. Perlahan tapi berhasil membuat Nara mendesis, ia melenguh karna milik Noah seakan masuk kedalam rahimnya.

"Bagaimana rasanya, sayang?" Tanya Noah sembari bergerak maju mundur menatap Nara yang memejamkan mata dan merintih kencang disaat Noah bergerak maju.

Nara bingung harus menjawab apa, bisa dikatakan sebenarnya ia malu untuk menjawab jujur. "Rasanya.. emmm.. ahhh.. enak, Kak.." Nara jujur karena pergerakan Noah semakin cepat, membuatnya merintih semakin kencang saja.

Tidak menghiraukan suara erangannya yang keluar kencang, Nara hanya mengikuti kata hati saja. Pergerakan Noah membuatnya tidak terkendali, ia menikmati begitu pula Noah sendiri. Sesekali Noah membungkam bibir Nara dengan pagutan bibir, ia panik kalau sempat kedua orang tua mendengar kejadian panas ini.

"Kendalikan suaramu, sayang. Aku belum mau kita ketahuan secepat ini, pelan-pelan saja.." Noah mencoba mengingatkan Nara yang mengangguk pasrah, ia mengigit bibir sendiri karena tidak bisa menahan rasa kenikmatan lagi.

~

Pukul 02:00 dini hari, tapi Noah masih menggempur tubuh Nara yang sudah lemas. Nara mendapatkan pelepasan berulang-ulang kali sedangkan Noah belum sama sekali. Noah ternyata sangat gagah dalam urusan ranjang, karna memang Noah rajin berolahraga dan menjalani hidup sehat.

Berbagai gaya telah mereka lakukan hingga yang terakhir gaya dengan Nara menungging. Memegang kepala ranjang tapi tangan satunya memegang tangan Noah. Tubuh Noah terus menggempur Nara dengan kekuatan penuh sampai tidak kuasa mengeluarkan suara untuk merintih lagi.

"Kau nikmat sekali, Nara.. Ahhh.." Kata-kata itu terus keluar dari Noah disaat menikmati tubuh Nara.

Tangan Noah melepas genggaman tangan mereka, ia meraih dua bongkahan Nara meskipun harus sedikit menunduk. Terus bergerak dengan tangan sibuk meremas dua bongkahan Nara, Noah hanya ingin semuanya harus ada didalam kendali dirinya.

"Ahhhh.. aku mau sampai.." Noah membalikkan tubuh Nara dengan sangat mudah, ia menggempur tubuh Nara tanpa ampun.

Pada akhirnya.. Byuuuuuurrrrrr... keduanya mendapatkan pelepasan bersama, maupun itu Noah ataupun Nara. Sampai Nara langsung jatuh pingsan karena rasa lelah yang luar biasa, sementara Noah tersenyum puas melihat Nara yang tidak berdaya karena nafsunya.

"Kau sangat luar biasa, Nara. Mulai malam ini dan seterusnya kau adalah milikku, Titik!" Sungguh tegas Noah mengatakan semua itu.

Merasa miliknya sudah mengeluarkan semua benihnya maka segera Noah lepas. Perlahan Noah bangkit untuk membersihkan diri, memungut satu persatu pakaian miliknya. Sekarang masalah hidupnya adalah menghadapi sang Ayah yang tidak pernah percaya sama sekali dengannya itu.

Tatapan mata tajam Noah langsung tertuju pada Nara yang sudah tertidur pulas atau pingsan, Noah tidak terlalu peduli tentang itu. Ia memakai pakaian kembali sambil memikirkan urusan besok, mungkin saja Ayah dan Mamanya akan kembali merepotkan dengan masalah Nara.

"Aku sudah melakukan tindakan yang benar, cara aku menjaga Nara adalah dengan cara ini. Menjadikan dia sebagai milikku dan menjadikan Nara sebagai pelampiasan hasratku." Noah membenarkan semua yang ia pikirkan sendiri, tanpa memikirkan perasaan Nara sendiri bagaimana dengan pelecehan yang telah ia lakukan.

•

"Nara, bangun.." Suara Clara tidak membuat Nara terbangun dari tidurnya, melainkan tetap terjaga. Nara sedang berada dialam mimpi, ia teringat dengan sentuhan kasar Noah kemarin malam. Bagaimana cara Noah menyentuh tubuhnya, dan berkata kasar menyakitkan.

"Kakak!" Nara terbangun dari tidurnya, ia mimpi buruk kembali mendapatkan sentuhan kasar lagi. Nara ngos-ngosan, ia terkejut melihat Clara yang ternyata ada di sampingnya.

"Ini Mama, Sayang. Bukan Kakak.." Clara mengelus pucuk kepala Nara dengan sangat lembut hingga perlahan membuat Nara menjadi tenang.

Tiba-tiba saja Nara teringat dengan sesuatu hal yaitu betapa kacaunya keadaan kamar dan dirinya sendiri. Nara langsung melihat dirinya dari pantulan cermin, sudah memakai pakaiannya kembali. Dan tidak hanya itu tapi kamar yang sudah tidak berantakan lagi, apa Noah sendiri yang melakukan semua ini?

"Mama dan Ayah akan mengajakmu untuk liburan, kita akan ke Villa yang di dekat pegunungan. Kamu suka tidak?" Tawaran Clara membuat Nara tersenyum senang.

Hal yang sangat Nara inginkan sedari satu bulan ditinggal orang tuanya adalah mendapatkan jatah liburan seperti hal-hal biasa yang mereka sering lakukan.

"Nara mau, Maaa.." Nara memeluk Clara erat, ia sangat bahagia sekali. "Kakak kali ini ikutkan, Ma?" Tanya Nara padahal yang seharusnya adalah Nara tidak usah mengharapkan pria brengsek itu untuk ikut. Tapi, ntah kenapa kali ini Nara mengharapkan jika Noah harus ikut bersama dengannya.