Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Sore itu, udara yang mulai sejuk menyelimuti taman belakang rumah. Angin lembut berhembus, membawa aroma bunga anggrek yang sedang mekar. Meyra duduk di bangku taman, tangannya dengan cekatan merawat anggrek-anggrek kesayangannya. Rey, yang baru pulang dari kampus, berjalan menuju luar rumah untuk mencari ibunya.
"Mom," panggil Rey, menghampiri ibunya yang sedang asyik dengan bunga-bunga anggrek. "Siapa Nadine itu?"
Meyra menoleh, tersenyum hangat kepada Rey yang berdiri di depannya. Ia menyentuh satu anggrek lagi, memastikan tanaman itu mendapatkan perhatian yang cukup. "Dia teman baik Rheana," jawab Meyra sambil melanjutkan pekerjaannya. "Dia anak yang malang, Rey. Ayahnya sudah meninggal, dan ibunya baru-baru ini terkena serangan jantung dan harus istirahat untuk sementara waktu."
Rey mendengarkan dengan serius, matanya menyimak ibunya. "Mereka hanya mengandalkan belas kasih dari saudara-saudara mereka, tapi tidak banyak yang bisa mereka harapkan. Jadi, Nadine minta bantuan Rheana untuk mencari pekerjaan agar bisa membantu biaya hidupnya dan ibunya," lanjut Meyra dengan nada lembut.
Rey mengangguk pelan, mencoba memahami cerita ibunya. "Jadi dia bekerja di sini, Mom?"
"Ya, dia bekerja di sini," jawab Meyra dengan tenang. "Rheana bertanya apakah Nadine bisa menggosok pakaian dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Dan dia bilang bisa, jadi saya memutuskan untuk menerima dia bekerja di sini."
Meyra menatap Rey dengan senyum penuh arti. "Dia juga pintar, sama seperti kamu, Rey. Pintar matematika."
Rey terdiam sejenak, terkejut mendengar bahwa Nadine memiliki kemampuan serupa dengannya. "Oooh," jawab Rey singkat, meskipun pikirannya mulai dipenuhi dengan rasa ingin tahu.
"Sudah berapa lama dia bekerja di sini, Mom?" tanya Rey, penasaran.
"Sudah tiga bulan," jawab Meyra sambil menatap Rey dengan penuh perhatian.
Rey merenung sejenak, lalu berkata, "Oke, Mom. Rey bersihkan diri dulu ya."
Meyra mengangguk dengan lembut, mengizinkan Rey untuk pergi. Rey berjalan ke arah kamar mandi, pikirannya masih berputar tentang Nadine dan ceritanya yang begitu menyentuh. Mungkin suatu saat nanti, dia akan mencari tahu lebih banyak. Namun, untuk saat ini, Rey memilih untuk membersihkan diri dan melepaskan lelah setelah seharian beraktivitas.
________________________________________
Hampir jam 6 sore, Nadine mulai bersiap-siap untuk pulang. Ia sudah menyelesaikan tugas hari itu dan kini berdiri di dekat pintu. Meyra sedang duduk di ruang tamu, sementara Rheana baru saja selesai dengan les privatnya.
"Saya pulang dulu ya, Tante," kata Nadine dengan sopan sambil melambaikan tangan. "Sampai jumpa besok."
Meyra tersenyum dan mengangguk. "Hati-hati di jalan, Nadine. Sampai besok."
Nadine kemudian berjalan menuju Rheana yang sedang duduk di dekat meja. "Permisi, Rheana," katanya, menundukkan kepala sedikit.
"Jangan khawatir, Nadine. Sampai jumpa besok," jawab Rheana dengan ramah.
Rey, yang berada di ruang tengah, mengamati seluruh kejadian itu dari kejauhan. Ia hanya tersenyum kecil, tak ingin mengganggu percakapan mereka. Ada sesuatu tentang Nadine yang membuatnya penasaran, tetapi untuk sementara ia hanya menyaksikan dengan diam. Setelah itu, Nadine melangkah keluar dan menghilang di balik pintu gerbang rumah.
Senyum Rey tetap terukir di wajahnya, meskipun pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Tak lama setelah itu, suara mobil terdengar dari luar, dan pintu depan rumah terbuka. Alvin, ayah Rey, masuk dengan langkah cepat, membawa bau segar dari luar. Rey yang sedang duduk di ruang tamu langsung berdiri ketika melihat ayahnya.
Alvin berjalan mendekat dan memeluk Rey dengan hangat. "Apa kabar, Son?" katanya dengan senyum lebar. "Udah siap untuk besok ke perusahaan?"
Rey melepaskan pelukan itu, tetapi terlihat sedikit ragu. "Bagaimana kalau dua hari lagi, Papi?" jawab Rey dengan suara pelan, sedikit lelah. "Rey masih capek dan butuh satu hari lagi untuk istirahat."
Alvin mengangguk mengerti, meskipun ekspresinya sedikit terkejut. "Oke, Son. Kalau begitu, kita tunda dulu. Jaga kesehatanmu, ya," jawab Alvin dengan suara lembut, penuh perhatian.
Rey tersenyum, merasa sedikit lega mendengar respon ayahnya. "Terima kasih, Papai."
Keluarga Rey memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran favorit mereka, sebuah tempat yang nyaman dengan pencahayaan temaram dan atmosfer yang hangat. Meyra, Alvin, dan Rey duduk bersama di meja besar, menikmati waktu bersama setelah hari yang panjang.
Mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, dari perkembangan terbaru di kehidupan Rey hingga rencana mereka ke depan.
Saat makanan mereka datang, dan semua mulai menikmati hidangan, tiba-tiba Rheana teringat sesuatu. Matanya melirik ke arah meja mereka, lalu dengan suara lembut ia berkata kepada ibunya, "Mom, bisakah belikan dua bungkus nasi goreng untuk Nadine?"
Meyra yang sedang menyantap makanannya menoleh, sedikit terkejut mendengar permintaan anaknya. "Oh, iya, Mommy pesankan. Jangan khawatir," jawabnya sambil tersenyum lembut.
Rey yang mendengarkan percakapan itu hanya diam, menyimak tanpa mengeluarkan komentar. Ia merasa penasaran, namun memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Ada sesuatu yang misterius tentang Nadine, dan ia ingin lebih tahu.
Setelah selesai makan malam, keluarga Rey memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka singgah di rumah Nadine yang sederhana. Setelah mobil berhenti di depan rumah itu, Rheana turun dengan membawa nasi goreng yang sudah dipesankan untuk Nadine.
Rheana mengetuk pintu rumah Nadine dengan lembut. "Nadine," panggilnya.
Pintu terbuka perlahan, dan Nadine muncul di ambang pintu dengan ekspresi sedikit terkejut. "Rhe, kenapa datang malam-malam?" tanyanya, suara lembut namun penuh rasa ingin tahu.
Rheana tersenyum hangat, menyerahkan dua bungkus nasi goreng itu kepada Nadine. "Ini aku belikan nasi goreng untukmu. Semoga kamu suka."
Nadine menerima nasi goreng itu dengan tangan yang sedikit gemetar. "Terima kasih banyak, ya, Rhe. Aku memang belum makan," jawabnya dengan tulus.
Sementara itu, di dalam mobil, Rey diam-diam memperhatikan Nadine dari kaca jendela. Ada perasaan campur aduk dalam dirinya—rasa penasaran yang besar dan ketertarikan yang sulit dijelaskan. Nadine terlihat begitu sederhana, begitu berbeda dari dunia yang biasa ia kenal, tetapi ada sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu.
Setelah mereka berbicara sebentar, Rheana kembali ke mobil. Nadine mengucapkan terima kasih lagi sebelum menutup pintu rumahnya. Mereka semua memasuki mobil, dan Alvin memberi klakson ringan sebagai tanda mereka akan pamit pulang.
Malam itu, perjalanan pulang terasa lebih sunyi. Rey duduk diam, matanya menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya masih terbayang pada Nadine—gadis yang kini semakin menyelubungi pikirannya, seperti sebuah teka-teki yang belum terpecahkan.
Halo, Pembaca Setia! ✨
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Dukungan kalian sangat berarti dan membantu saya untuk terus berkarya!
Jika kalian menikmati cerita ini, ada beberapa cara untuk mendukung saya:
🌟 Beri Komentar & Like – Komentar kalian memberikan semangat dan inspirasi bagi saya untuk terus menulis!
🌟 Tambahkan ke Perpustakaan – Dengan menambahkannya ke perpustakaan, kalian membantu meningkatkan popularitas cerita ini.
🌟 Bagikan ke Teman – Cerita ini akan semakin berkembang jika lebih banyak orang tahu!
🌟 Berikan Hadiah atau Tip – Jika kalian ingin mendukung lebih jauh, hadiah dari kalian akan membantu saya secara langsung dan mendorong saya untuk lebih produktif.
✨ Dukungan sekecil apapun berarti besar dan bisa membantu cerita ini mencapai lebih banyak pembaca. Mari kita lanjutkan perjalanan cerita ini bersama-sama! ✨
Salam Hangat dari saya😘😘