Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Gatan tiba di pemakaman umum menjelang petang. Lelaki itu membawa dua tangkai mawar merah di tangannya.
Lelaki matang itu memakai kacamata hitamnya yang menutupi seperti apa kondisi matanya yang sebenarnya. Sembab?
Pantang bagi lelaki untuk menangis!!
Tapi faktanya, kacamata hitam itu mampu menutupi seperti apa mata lelaki yang sudah kehilangan separuh hidupnya.
Istri yang ia cintai juga buah hatinya!
Gatan berhenti di tengah makam antara makam mendiang istri pertamanya dan Asha.
Lelaki itu berjongkok meletakkan setangkai mawar merah di masing-masing nisan. Di usapnya batu nisan bertuliskan nama bunda dari Asha.
"Maafkan aku sayang...! Seharusnya sejak dulu aku mempercayai mu kalau Ana bukan perempuan yang baik!"
Lelaki itu menunduk penuh sesal.
"Seharusnya aku juga tidak menyalahkan Asha atas kepergian mu sayang! Harusnya aku tahu, Asha juga sangat kehilangan kamu!"
Gatan mengusap lelehan bening di pipinya yang ia sendiri tak sadar sejak kapan hal itu terjadi.
Tangan Gatan beralih ke batu nisan Asha.
"Papa sudah jahat sama kamu Sha, papa jahat! Bahkan memaafkan diri papa sendiri rasanya papa juga tidak mampu!"
Isakan kecil keluar dari bibirnya.
"Seharusnya papa menjaga kamu, menyayangi kamu bukan malah membuatmu terluka atas apa yang bukan kesalahan mu Sha...maafkan papa!"
Aisha yang sudah berdiri beberapa saat di sana mendengarkan ucapan Gatan. Tapi tak ada sedikit pun niat Asha untuk turut menimpalinya. Ia memilih diam di belakang Gatan.
"Rasanya ...percuma papa hidup di dunia ini, Sha! Hanya kalian yang papa punya. Tapi kalian sudah lebih dulu meninggalkan papa! Kalian ingin menghukum ku? Apakah kalian juga sudah bertemu di surga sana, iya???"
Aisha memalingkan wajahnya tak mau menatap Gatan sekalipun itu punggungnya.
Ciiihhhh! Lagaknya seperti manusia sebatang kara! Tak ingat dia punya ular berbisa di rumah? Batin Aisha.
"Papa sendirian, Sha! Papa sendirian, bunda...!", kata Gatan yang seperti tak punya gairah hidup. Padahal tadi saja ia bisa memaki-maki Ana dengan sekuat tenaga.
Lelaki itu jatuh terduduk sambil melipat kedua kakinya.
"Sandy bukan darah daging ku! Kalian tahu, aku merasa manusia paling bodoh selama bertahun-tahun memelihara manusia macam Ana!"
Sandy bukan anak papa?
Kriett....
Aisha tak sengaja menginjak ranting kecil yang tak jauh dari kakinya. Gadis itu sedikit terperanjat dan tentu saja Gatan spontan menoleh ke Aisha.
"Nak Aisha, ngapain?", tanya Gatan ramah. Ia melihat name tag yang ada di seragam Aisha. Ia pernah bertemu dengan gadis itu, hanya saja ia lupa namanya siapa.
Aisha tak langsung menjawab. Ia bisa melihat wajah basah papanya yang mungkin lelah menangis sejak tadi.
Tak ada reaksi apa pun, Gatan memasang kembali kacamata hitamnya. Ia lupa, Aisha melihat matanya yang sudah merah karena terlalu banyak menangis.
"Bukankah selama ini anda sangat mempercayai Ana?", tanya Aisha. Gatan menautkan kedua alisnya.
Aisha berjalan melewati Gatan lalu duduk di depan nisan bundanya.
"Bukankah setiap kata yang keluar dari mulut Ana adalah kebenaran? Dan jika Asha yang bicara, itu pasti bohong?", tanya Aisha dengan mata yang melotot tajam pada Gatan.
"Apa maksud kamu, nak Aisha? Dan....kenapa kamu justru berada di depan makam istriku, bukan Asha? Kamu benar teman Asha atau hanya mengaku-ngaku?", cerca Gatan.
"Tidak penting apa maksudku! Yang pasti, penyesalan anda saat ini tidak akan berpengaruh apa pun! Tubuh di balik nisan ini ...tidak akan pernah kembali ke dunia ini apalagi kepada anda!"
Gatan menggeleng pelan. Rasa-rasanya aneh sekali mendengar ucapan Aisha. Ia yang tak mengenal gadis itu sama sekali di buat bingung dengan ucapan seperti itu.
"Di mana anda saat Asha kelaparan? Di mana anda saat semua kebutuhannya ia sendiri yang penuhi meski harus babak belur agar tetap mendapatkan uang? Dimana???!!"
Aisha memang berbicara pelan, tapi lelehan bening itu menunjukkan sedalam apa emosinya.
"Bahkan sebagai seorang ayah, anda saja tidak bisa menempatkan peran anda!", Aisha mengusap kasar air matanya lalu berdiri bermaksud meninggalkan Gatan.
"Kamu tahu segalanya tentang Asha, nak Aisha?", tanya Gatan yang membuat Aisha menghentikan langkahnya.
Tapi tanpa ada keinginan menjawab, gadis itu berlalu dari sana dan membiarkan Gatan menatap punggungnya saja.
Siapa gadis itu sebenarnya ? Asha tak pernah dekat dengan gadis mana pun selama ini. Tapi kenapa dia seolah tahu segalanya tentang Asha???
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Eva menunggu kedatangan suami dan putranya di depan pintu sambil mondar mandir.
"Sebenarnya siapa yang kamu tunggu, Eva?", tanya Kakek Abid yang sejak tadi melihat tingkah sang menantu.
"Nunggu mas Firman dan Fazal, Yah!", jawab Eva pada mertuanya.
Eva pun heran ,biasanya bapak mertuanya sering keluar hingga jarang sekali di rumah pada siang hari. Tapi sekarang, hari menjelang petang justru lelaki sepuh itu malah ada di rumah.
"Memang ada apa sampai kamu harus seperti setrikaan? Tanpa kamu tunggu, mereka tidak akan tersesat memasuki rumah ini!", sindir kakek Abid.
Eva tak menyahuti ucapan mertuanya. Perempuan itu lebih memilih menunggu suami dan anak bungsunya di teras.
Lamat-lamat suara mesin motor memasuki gerbang. Eva memicingkan matanya dan menatap benci setengah mati pada Aisha.
Ya, Aisha ternyata lebih dulu sampai kerumah di bandingkan Fazal.
Aisha melepaskan helmnya. Gadis itu terlihat santai, tapi ia melihat gerak gerik ibu mertuanya yang mencurigakan.
Aisha pun berjalan melewati Eva yang sedang menatap dirinya.
"Dasar gadis kampung, tidak punya sopan santun!", ujar Eva. Aisha menghentikan langkahnya.
Emosinya belum begitu stabil lantaran bertemu Gatan di makam. Kenapa sampai rumah justru.....???
Gadis itu pun berbalik mendekati ibu mertuanya lagi.
"Sebenarnya ibu ada masalah apa sama saya? Kenapa seolah anda begitu membenci saya!", kata Aisha yang sedang mencoba melupakan amarahnya atas kejadian sebelumnya.
"Fazal lebih pantas dapat gadis mana pun seperti yang dia mau. Tapi herannya ,kenapa harus dengan kamu!"
Aisha tersenyum tipis sambil berjalan semakin dekat dengan wajah Eva.
Eva yang takut Aisha ngamuk, memilih mundur karena ia tahu di balik senyumnya, ada sesuatu yang mungkin saja terjadi.
"Kenapa mundur, Bu? Takut?", tanya Aisha.
"Dasar menantu kurang ajar!", bentak Eva. Aisha tak menyentuh Eva sama sekali .Tapi gadis itu menarik salah satu sendal yang Eva pakai dengan kakinya lalu menendangnya jauh ke depan melewati pintu
"Asha!!!"
"Ambil ya Bu, sekalian olahraga sore! Barangkali nanti pas ayah sama mas Fazal pulang, ibu sudah siap menjemput di depan gerbang."
Aisha tetap memasang wajah senyum palsu lah!
"Dah ibuuuu....", ujar gadis itu berlari menuju ke kamarnya di lantai dua.
Eva mengomel tapi sayang Aisha tak mendengar teriakan ibu mertuanya yang melengking!
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏✌️