Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Terperangkap
Visual Marsha
Seorang wanita berbaring telungkup di tempat tidur. Kedua matanya tertuju pada sang kekasih yang tengah asyik bercengkrama dengan istri dan juga anaknya. Ia berusaha tak membuat suara sekecil apapun dan membuat kedua orang di sambungan video itu berpikir Gavin hanya sendiri di kamar hotelnya.
Akhirnya setelah kurang lebih sepuluh menit telepon itu Gavin matikan.
"Udah video callnya?" tanyanya.
Gavin tersenyum tipis dan mengangguk. "Udah."
"Kalau gitu, sini dong, Sayang," ujarnya manja.
Gavin terdiam tak mengikuti keinginan wanita di depannya. "Marsha, sampai kapan aku harus lakukan ini? Aku terus menerus ngerasa bersalah sama Renata. Setiap kali aku bareng kamu, aku selalu bilang lagi perjalanan dinas sama dia. Dia siapin semua keperluan aku, tapi apa yang aku lakuin di sini? Kenapa sampai sekarang kamu gak pernah ngerti juga gimana posisi aku?"
Gavin menatap perempuan bernama Marsha itu dengan penuh harap dan putus asa. Marsha pun bangkit dan mendekat pada Gavin. Ia meraih tangan Gavin dan membawanya berdiri. Ia letakkan tangan Gavin di pinggangnya, sedangkan ia menarik tengkuk sang kekasih dan mulai menciumnya. Beberapa saat mereka larut dalam permainan bibir itu.
Hingga Marsha pun menjauh. "Tuh lihat. Bukan aku yang gak ngelepasin Mas. Mas sendiri yang udah suka juga sama aku sekarang. Buktinya Mas udah makin kebiasa nyium aku, sentuh aku. Mas gak usah khawatir, aku udah bilang kan gak akan ganggu rumah tangga Mas. Walaupun aku selalu ngerasa sakit saat Mas ngomongin tentang istri Mas, tapi aku tahu, aku di sini cuma orang ketiga."
Marsha pun merengkuh tubuh Gavin dan memeluknya. Ia sandarkan kepalanya di pundak Gavin, "aku udah cukup bahagia dengan kayak gini."
"Tapi udah aku bilang aku gak cinta sama kamu, Marsha."
Marsha tersenyum gemas.
"Yakin? Sekarang Mas udah bisa sentuh aku bahkan tanpa aku minta. Mas menikmatinya. Lagian kita jadian udah mau setahun loh. Kalau Mas gak punya rasa sedikitpun sama aku, kita gak akan bertahan selama itu."
"Kamu tahu persis kenapa aku bertahan. Padahal aku gak mau punya hubungan ini sama kamu," sangkal Gavin membuat Marsha tertawa.
"Mungkin awalnya gitu. Tapi sekarang? Coba tanya hati Mas, apa Mas benar-benar mau berhenti nemuin aku kayak gini? Mas rela? Mas lupa kalau selama ini sebelum pulang kerja Mas harus ketemu aku dulu? Udah deh, Mas jangan nyangkal terus. Mas itu udah cinta juga sama aku."
Gavin sungguh bimbang. Apa yang Marsha katakan memang benar. Ia sudah terperangkap dalam jurang pengkhianatan ini. Awalnya Gavin sangat terpaksa mengikuti keinginan Marsha, namun lama kelamaan, ia mulai terbiasa dan menikmati hubungan gelap ini.
Awalnya Gavin hanyalah seorang karyawan biasa. Hingga suatu hari, sepulang kerja teman-temannya berencana untuk nongkrong di sebuah bar. Gavin bukan tipe yang suka minum. Ia bahkan selalu langsung pulang ketika ada acara-acara seperti itu. Namun kali itu ia tak bisa menolak dan terpaksa ia pun ikut.
Ia minum beberapa gelas dan merasa mulai mabuk. Saat kesadarannya mulai hilang, ia malah bertemu dengan Marsha yang saat itu juga sedang berada di bar bersama teman-temannya. Mereka bertemu di depan toilet. Marsha yang melihat Gavin mabuk, awalnya mengabaikannya. Namun tiba-tiba Gavin muntah dan mengenai pakaiannya dan juga pakaian Marsha.
Marsha marah saat itu. Namun saat melihat wajah Gavin lebih lekat, Marsha tertarik pada Gavin. Ia jatuh cinta pada Gavin pada pandangan pertama.
Marsha pun menelepon supirnya dan memintanya membawa Gavin ke sebuah kamar hotel. Marsha membuka seluruh pakaian Gavin yang terkena muntah. Tanpa Gavin sadari ia malah menyentuh Marsha dan mereka pun melakukannya.
Pagi harinya Gavin terbangun. Ia bingung dan panik. Ia ada di sebuah kamar hotel dan tak menggunakan pakaian. Namun samar ia mengingat, ia melihat Renata dan sempat melakukannya dengan sang istri.
Namun tiba-tiba saja keluar seorang wanita dari arah kamar mandi. Wanita itu cantik, rambutnya panjang dan berwarna coklat. Gavin benar-benar terkejut.
"Kamu siapa?"
Marsha tersenyum gemas. Ia mendekat pada Gavin dan duduk di sisinya. "Kenalin aku Marsha."
"Marsha siapa? Kenapa kamu ada di sini? Kenapa aku..." Gavin seketika panik.
Lalu Marsha menceritakan kejadian tadi malam saat ia bertemu dengan Gavin, hingga mereka melewati malam panas itu.
"Gak mungkin," gumamnya. Seketika bisa mengingatnya. Semalam Gavin memang melakukannya bukan dengan sang istri, namun dengan perempuan asing yang ada di depannya ini.
Gavin dengan segera meraih pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya. Jantungnya seperti diremas kuat, ia benar-benar merasa bersalah. Kata maaf terus ia ucapkan dalam hatinya kepada Renata.
"Gavin." Marsha menahan tangan Gavin yang akan pergi keluar kamar itu setelah ia memakai sepatunya.
"Lepaskan!" bentak Gavin kalut. "Maaf, saya gak kenal sama kamu. Tadi malam saya bener-bener gak bermaksud untuk sentuh kamu. Saya mabuk. Saya benar-benar gak ingat apa-apa. Kita anggap kejadian tadi malam itu gak pernah terjadi."
Gavin pun berbalik dan berniat pergi, namun kembali tangannya ditahan oleh Marsha. "Gak bisa, aku suka sama kamu, Gavin. Aku biarin kamu sentuh aku tadi malam karena aku suka sama kamu."
"Kamu suka sama saya padahal gak kenal saya siapa? Yang benar aja! Dengar ya, saya udah punya istri dan anak!"
Gavin kembali melangkah pergi.
"Kamu gak akan bisa pergi dari aku, Gavin!"
Saat Gavin memegang handle pintu, ponselnya bergetar.
"Itu nomor aku."
Segera Gavin merogoh sakunya, "darimana kamu dapet nomor saya?" tanya Gavin marah.
"Kamu kerja di firma hukum punya keluarga aku."
Sontak Gavin mematung.
"Aku anaknya Ambar Jeane dan Bara Gideon."
Tubuh Gavin merinding dengan hebat mendengar nama atasan tertingginya disebut. "Kamu... anaknya Bu Ambar dan Pak Bara?"
Marsha mengangguk, "aku cari tahu tentang kamu dan ternyata kamu karyawan di bagian administrasi di firma hukum orang tua aku."
Marsha mendekat dan meraih tangan Gavin, "aku jatuh cinta sama kamu, Gavin. Aku gak mau pisah sama kamu."
Gavin menghempaskan tangan Marsha, "saya gak bisa!"
"Kalau gitu kamu harus cek WA kamu sekarang. Lihat video yang aku kirim."
Mendengarnya tingkat kepanikan Gavin bertambah. Dan benar saja ia melihat video berdurasi beberapa detik saja saat dirinya sedang berciuman dengan Marsha tanpa mereka menggunakan sehelai pakaian pun.
Marsha memeluk tubuh Gavin dari belakang. Ia tautkan tangannya di perut Gavin, "aku gak akan ngusik rumah tangga kamu. Tapi please, kamu harus jadi pacar aku. Kalau enggak, aku akan kirim video itu sama istri kamu."
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞