NovelToon NovelToon
Little Girl And The Secrets Of The World

Little Girl And The Secrets Of The World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Dunia Lain / Perperangan
Popularitas:237
Nilai: 5
Nama Author: YareYare

menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14. Buku Berbahaya

Sebelumnya, Hill dengan jelas melihat ibunya di Magi bersama pasukan Yidh. Hal itu membuatnya merasa sangat senang, dan ia pun buru-buru memutuskan untuk pergi menemui ibunya. Namun, saat dia mencoba melarikan diri sendirian, Helix sudah menyadari niatnya, sehingga akhirnya mereka pergi bersama di pagi hari, menunggangi unicorn, sementara orang-orang di sekitar masih terlelap.

Unicorn bergerak dengan sangat cepat. Ia terbang menembus udara dengan kelincahan luar biasa, namun yang membuat Hill dan Helix nyaman adalah kemampuan unicorn untuk memantulkan udara yang masuk ke depan. Meskipun kecepatan gerakan unicorn sangat tinggi, mereka berdua tidak merasakan guncangan berarti. Rasanya seperti duduk di dalam kereta kuda yang bergerak perlahan, nyaman dan stabil.

Waktu pun berlalu, dan akhirnya mereka berdua sudah berada di atas Kota Magi, menunggangi unicorn. Mereka mengamati keadaan di bawah dengan perasaan yang campur aduk.

Di mana ibuku? Kenapa kota ini terlihat begitu hancur? pikir Hill. Kota Magi yang pernah dikenal megah kini hanya dipenuhi reruntuhan. Semua yang ada di sini tampak jauh lebih hancur daripada Disha, yang meski rusak, masih menyisakan sedikit bangunan utuh. Magi, kota yang jauh lebih besar, bahkan lebih besar daripada Disha, seolah tak dapat dipercaya bisa hancur secepat ini. Hill memandang ke seluruh arah dan melihat bahwa tanah di sekitar kota ini tidak ada lagi yang hijau. Tanahnya tandus dan gersang. Apa yang telah terjadi di sini? pikirnya.

Saat matanya terus memindai area, ia melihat banyak sekali pasukan Yidh yang sedang bergerak di bawah sana. Apa yang mereka lakukan?

"Hill, lihat itu," kata Helix, menunjuk ke bawah. "Pasukan Yidh sepertinya sedang berusaha membangun kembali kota ini. Tempat ini sudah bukan Magi lagi. Kau tahu kenapa mereka begitu cepat membangun kembali tempat ini?"

Hill menatap pasukan Yidh yang bekerja keras. "Kenapa, Paman Helix?"

"Karena tempat ini sangat besar, lebih besar dari Disha. Judith pasti memilih tempat yang lebih luas daripada disha yang kecil. Aku yakin ada yang tahu tentang Judith di Yidh, itulah kenapa mereka berusaha membangun kota ini dengan cepat. Begitu mereka selesai, tempat ini akan menjadi milik mereka. Para rakyat yang ada di hutan sana, mereka akan hidup seperti itu, terpinggirkan." Helix mengamati pasukan yang sibuk bekerja, matanya sedikit keras saat berbicara tentang nasib rakyat di hutan.

Hill terus meminta unicorn terbang lebih tinggi, berkeliling di sekitar kota untuk mencari ibunya dari udara. Ia berharap bisa melihat sosok ibunya di antara kerumunan yang ada di bawah.

Sementara itu, di hutan Treeden, Levia merasa gelisah. Dia terus bertanya-tanya ke setiap penduduk yang ditemuinya, mencari tahu keberadaan Hill.

Ke mana perginya Hill? Bahkan Helix pun tidak ada. Aahhh...! Aku harus ke tempat unicorn untuk memastikan... Levia berpikir dengan panik.

Dia kemudian terbang cepat menuju tempat di mana unicorn biasanya berada. Sesampainya di sana, ia mendapati unicorn sudah tidak ada lagi.

Sialan, mereka pasti pergi ke Kota Magi. Aku terkecoh. Tentu saja, Hill pasti akan ke sana untuk segera bertemu ibunya, itu sudah jelas tujuannya. Begitu ibunya muncul di dekatnya, dia pasti akan buru-buru ingin menemui ibunya, tidak peduli apapun yang terjadi. Aku harus segera menyusul mereka. Helix pasti bersama dia...

Levia tidak bisa menahan kekhawatirannya. Ia terbang semakin cepat, namun sebelum ia bisa pergi lebih jauh, suara Ratu Peri tiba-tiba terdengar.

"Tunggu, Levia," kata Ratu Peri dengan tegas. "Kamu tidak boleh pergi ke Magi. Pasukan Yidh sangat banyak di sana."

Levia terhenti sejenak, menoleh ke arah Ratu Peri. "Tapi Hill... Aku harus menyusulnya!"

Ratu Peri menggelengkan kepala dengan lembut. "Aku tahu kamu mengkhawatirkan dia, tetapi kau tidak akan sampai ke sana dengan cepat. Perjalanan itu akan memakan waktu berhari-hari. Berbeda dengan Hill. Dia menaiki unicorn, makhluk langka yang sangat cepat. Mungkin dia sudah sampai di sana, sementara kamu masih dalam perjalanan. Jika kamu menyusulnya sekarang, itu akan sia-sia. Jangan terburu-buru, Levia. Itu akan berbahaya."

Levia terdiam, hatinya terombang-ambing. Meski Ratu Peri memberi peringatan yang jelas, perasaan khawatir dan cemasnya tidak bisa hilang begitu saja.

Sementara itu, Hill dan Helix terus mencari ibunya. Hill menaiki unicorn, berputar ke setiap arah tanpa diketahui oleh pasukan Yidh. Waktu terus berlalu, namun ia tak juga menemukan sosok ibunya. Bahkan, tak ada seorang pun yang mengenakan tanda sihir di leher mereka.

Kenapa aku tidak bisa menemukan ibu? Kenapa tidak ada tanda sihir teleportasi di mana pun?

Saat mereka terus terbang, tiba-tiba terlihat lingkaran sihir di bawah mereka. Dari dalam lingkaran itu, muncul seorang wanita dan seorang pria yang mengenakan tanda sihir di leher mereka.

"Paman Helix, itu ibu! Kita harus segera turun!"

Segera, Hill menyuruh unicorn untuk menurunkan ketinggian. Dengan penuh semangat, ia berteriak dari atas.

"Ibuuuu! Ibbuuuu!"

Mereka pun mendarat dengan cepat di depan wanita itu. Hill langsung turun dari unicorn dan berlari ke arah ibu yang ia cari-cari, lalu memeluknya dengan sekuat tenaga.

"Hill, sudah ku bilang jangan turun dari unicorn!" seru Helix, khawatir.

Hill tetap memeluk ibu dengan penuh haru, matanya penuh air mata.

"Ibu, akhirnya kita bertemu! Aku sudah lama mencari Ibu!" katanya sambil menangis, suaranya bergetar.

Beberapa pasukan dan pengguna sihir yang ada di sekitar mereka mulai melihat ke arah Hill dan ibunya.

"Ibu, ayo kita pulang. Eh... tapi kita tidak punya rumah lagi, kan? Rumah kita sudah hancur. Tapi aku senang, Ibu baik-baik saja... Ibu, kenapa diam saja?" Hill bertanya, matanya tak lepas dari wajah ibunya.

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Ibu Hill memandangnya dengan tatapan yang sangat asing. Wajah yang dulu selalu penuh kasih kini terlihat dingin dan tanpa emosi. Pandangannya seolah tak mengenali anaknya.

Ibu... pikir Hill dengan cemas, hatinya terasa sakit. Kenapa Ibu melihatku seperti itu?

"Ibu..." Hill memanggilnya, merasa ada yang tak beres.

Tiba-tiba, ibu Hill mendorongnya dengan keras hingga Hill terjatuh ke tanah. Dengan tatapan penuh kebencian, ibu Hill berkata dengan suara dingin.

"Jangan sentuh aku, dasar rendahan! Kau membuat pakaian ku kotor!" katanya dengan nada menghardik.

Helix, yang dari tadi diam, langsung turun dari unicorn dan mendekat ke Hill.

"Apa-apaan ini? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Helix, mengangkat Hill yang terjatuh. "Hei, kau! Dia anakmu! Kenapa kau bisa melakukan itu kepadanya? Selama ini dia terus mencarimu!" kata Helix dengan marah, tak bisa menahan kecewa terhadap wanita itu.

"Aku tidak punya anak yang terlihat seperti itu! Pakaianmu penuh sobekan, jubahmu kotor, tubuhmu penuh bekas luka. Aku bahkan tidak ingin melihatmu!" kata wanita itu dengan nada penuh kebencian.

Helix segera mendekat dan berbisik, "Hill, ibu mu sudah gila. Ayo kita pergi."

Hill berdiri terdiam, matanya kosong, namun air mata terus mengalir deras. Hatinya hancur. Pikirannya kacau, tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, pengguna sihir teleportasi di sisi wanita itu mulai berbicara.

"Yang Mulia, anak itu... dia mirip sekali dengan Anda."

"Memang... dia sangat mirip dengan ku," jawab wanita itu dengan suara dingin. "Tunggu, pria itu tadi memanggilnya Hill... Hill... Hill... Hahaha! Nama itu! Kau sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam ingatanku."

Wanita itu tertawa terbahak-bahak. Suaranya terdengar gila, seperti tertawa dengan kebencian yang terpendam.

"Tidak kusangka, dengan cepat kau datang padaku," katanya sambil tertawa. "Ternyata kau anaknya Rith. Tolong, tolong lepaskan aku, aku harus segera bertemu dengan anakku, itu yang selalu dia katakan di dalam penjara Yidh. Hmmm... kau pasti memiliki sesuatu, bukan? Buku itu... buku dengan sampul putih, ringan seperti daun. Kembalikan buku itu padaku."

Hill terdiam. Hatinya semakin terasa sesak, tetapi ada sesuatu yang menyadarkannya. Dia bukan ibuku... pikirnya. Matanya mulai terbuka, dan rasa sakit itu perlahan menghilang.

"Kamu bukan ibu ku," kata Hill dengan suara gemetar. "Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu mirip sekali dengan ibu ku?"

Wanita itu tersenyum dingin, tatapannya penuh penghinaan. "Aku adalah Ratu Kerajaan Yidh. Namaku Elen. Aku memiliki sihir yang bisa mengubah diriku menjadi siapa pun yang ku inginkan. Umurku sudah sangat tua, dan aku tidak ingin terlihat seperti itu. Saat pasukanku menyerang Magi, seorang prajurit menemukan seorang wanita cantik dan membawanya kepadaku. Aku tidak bisa membiarkannya pergi. Aku menggunakan sihirku yang hanya bisa digunakan sekali setiap sepuluh tahun untuk mengubah diriku menjadi dia—memiliki tubuh, wajah, bahkan ingatannya. Ingatan tentangmu."

Elen berhenti sejenak, menatap Hill dengan tajam. "Tapi kau berbeda. Ingatanku tentangmu adalah anak yang ceria, bersih, penuh harapan. Tapi yang ada di hadapanku sekarang adalah anak yang kotor, penuh luka, wajah yang selalu tampak sedih. Satu hal lagi yang mengejutkanku adalah ingatan tentang buku kuno. Dan sekarang... kau memegang buku itu, bukan? Aku kira buku itu hanya mitos. Tapi ternyata aku sangat beruntung bisa menemukannya di tangan seorang anak kecil yang lemah. Ibumu masih hidup, dan aku telah memenjarakannya. Karena selama sihir ini aktif, jika ibu mu mati, aku juga akan mati. Berikan buku itu padaku, dan aku akan membawamu bertemu dengan ibu mu."

Mendengar penjelasan itu, rasa sakit hati Hill perlahan menghilang. Pikirannya mulai tenang. Ia merasa sangat bersyukur, karena orang di depannya yang kasar dan penuh kebencian itu bukan ibunya. Ibu nya masih hidup.

Hill membuka tasnya dengan tangan gemetar, dan perlahan mengeluarkan buku itu. Ia menggenggamnya erat-erat, seakan tak rela menyerahkannya, namun ia tahu ini satu-satunya cara.

"Bagus," kata Elen, senyumnya semakin lebar. "Sekarang berikan buku itu padaku."

Jika aku memberikan buku ini, maka aku bisa segera bertemu dengan ibuku...

"Hill, dia orang jahat! Aku merasa buku itu sangat berharga, sebaiknya jangan kau berikan kepadanya."

"Jangan dengarkan pria itu, cukup berikan buku itu, maka kau akan bertemu ibumu. Aku akan melepaskan ibumu, dan kalian bisa hidup bahagia bersama di sana."

Hill berjalan perlahan, berusaha memberikan bukunya kepada Ratu Elen, tetapi Helix terus berbicara, mencegahnya untuk menyerahkan buku tersebut. Seketika, Elen menggunakan sihir angin yang kuat, membuat tubuh Helix terhempas ke belakang.

"Paman Helix!" Hill berteriak, panik.

Tiba-tiba, Hill merasa dirinya berada di tempat yang serba putih. Kemudian terdengar suara seorang wanita yang lembut namun penuh kekuatan.

"Hill, ingatlah keputusan yang akan kau pilih. Kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan, tetapi keputusanmu akan mempengaruhi kehidupan orang-orang di sekitarmu. Pikirkanlah baik-baik, apakah keputusanmu bisa membahayakan orang lain? Apakah keputusanmu benar-benar akan membuatmu bahagia? Buku itu memiliki pengaruh yang sangat besar, membuat penggunanya merasa ingin menguasai dunia. Buku itu bisa menggoda makhluk untuk menjadi sangat jahat dan kuat, tetapi di sisi lain, buku itu juga bisa membuat dunia menjadi damai dan penuh kebahagiaan."

"Apa maksudmu?" tanya Hill, kebingungan.

"Buku itu bukan hanya sekadar hadiah ulang tahun dari ibumu," suara itu melanjutkan. "Buku itulah yang memilihmu. Dimulai dari pengguna sebelumnya, seribu tahun yang lalu, dia menitipkannya kepada orang lain. Seiring berjalannya waktu, isi buku itu mulai berubah mengikuti zaman, hingga akhirnya setiap halamannya dipenuhi gambar yang kabur, dan tulisan kuno muncul. Banyak orang yang mencoba mencari tahu tentang buku ini, tetapi mereka tidak bisa memunculkan satu pun gambar dari halaman-halaman tersebut. Kemudian, buku itu berpindah tangan lagi, hingga akhirnya sampai ke tangan orang tuamu. Mereka menerima buku itu dari orang asing dan menjelaskan buku tersebut kepada mereka. Ibumu yang kemudian memberikannya kepadamu, karena dia percaya kau bisa mengerti isinya. Namun kenyataannya, ibu mu tidak menyadari bahwa buku itulah yang mempengaruhinya untuk berpikir demikian. Buku itu yang telah memilihmu, dan akhirnya, kamu berhasil membuka tiga gambar dalam buku itu."

"Banyak hal yang tidak bisa kumengerti," Hill menggelengkan kepala. "Tapi, jika aku memberikan buku ini kepada Ratu elen, bukankah mereka tidak akan mengerti juga? Mereka tidak dipilih oleh buku itu. Lalu aku bisa bertemu dengan ibuku, kan?"

"Mereka akan mengerti," suara itu menjawab tegas. "Karena kau sudah membuka tiga gambar dalam halaman buku itu. Begitu satu gambar saja terbuka dan kau memberikannya kepada orang lain, buku itu akan kecewa. Buku itu akan membuat penggunanya haus akan kekuasaan dan kekuatan, sehingga buku itu akan berubah menjadi buku yang jahat. Kamu sudah melihatnya, bukan? Di dalam buku itu ada informasi tentang makhluk kuno yang sangat kuat. Buku itu akan membantu pengguna yang tidak terpilih untuk menaklukkan makhluk itu dan memerintahkannya untuk menyerang berbagai tempat."

"Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali," Hill berkata dengan penuh kebingungan. "Lagipula aku masih kecil, dan aku tidak punya kekuatan apapun. Aku bahkan tidak bisa membaca tulisan kuno di dalam buku ini. Kenapa buku ini memilihku?"

"Kau akan mengerti ketika waktunya tiba," suara itu menjawab dengan lembut namun pasti. "Dan mengenai tulisan kuno, bukankah sekarang ada seseorang di dekatmu yang bisa membacanya? Dia adalah keluargamu yang baru, kau tahu siapa dia, kan?"

"Paman Helix...".

"Ya, dia telah melalui banyak siksaan selama satu minggu sebagai bahan percobaan tanpa henti. Percobaan itu membuatnya bisa membaca huruf kuno. Itu bukan kebetulan, Hill. Helix datang dari dunia yang berbeda dengan dunia tempatmu sekarang. Sepertinya aku sudah mengatakan ini sebelumnya. Dia datang dari dunia yang berbeda, dan takdirnya juga berbeda. Jadi sekarang, keputusan ada di tanganmu. Apakah kau akan memberikan buku itu atau tidak? Pilihlah dengan hati-hati, dan kau akan mengerti semuanya ketika waktunya tiba."

Seketika, Hill mulai sadar kembali.

"Ayo, berikan buku itu padaku."

"Hill, jangan berikan!" teriak Helix dengan panik.

Hill segera berlari menuju Helix.

"Dasar anak sialan, serang mereka!" teriak Ratu Elen dengan marah.

Unicorn itu dengan cepat berlari menuju Hill dan Helix. Ia menggigit pakaian mereka dan dengan kekuatan luar biasa melemparkan mereka ke udara, lalu terbang menjauh. Tanpa sadar, Hill dan Helix sudah berada di punggung unicorn. Di belakang mereka, serangan-serangan sihir terus menghujani, namun unicorn itu dengan gesit menghindari setiap serangan yang datang.

"Hei, Hill, bukankah unicorn ini terlalu cepat dan gesit? Setahuku, unicorn tidak secepat ini. Apakah dia unicorn yang berbeda?" tanya Helix, keheranan.

"Aku juga tidak tahu. Gambar unicorn seperti ini tidak ada di dalam buku ini," jawab Hill, bingung.

Sementara itu, di hutan Treeden, terlihat Levia yang terus gelisah dan marah.

"Aaarghh! Sudah lama, aku sangat khawatir! Sialan! Kenapa aku tidak bisa tenang?!"

"Tenang, Levia, mereka sedang dalam perjalanan kembali," jawab Ratu Peri dengan sabar.

"Benarkah, Ratu Peri? Akhirnya..." Levia terlihat sedikit lega.

Waktu terus berjalan, dan akhirnya Hill dan Helix tiba di hutan. Perlahan, mereka mendarat, dan Levia dengan cepat menghampiri mereka. Tanpa ampun, Levia langsung memarahi mereka, sementara Hill dan Helix hanya bisa diam mendengarkan ocehan Levia yang tidak henti-hentinya. Setelah itu, Levia mendekat dan memeluk wajah Hill.

"Maafkan aku, Levia, karena tidak memberitahumu. Aku tahu kamu pasti akan mencegahku," kata Hill dengan penyesalan.

"Itu karena aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa! Kau juga, Helix! Kau malah membiarkannya!" jawab Levia dengan cemas.

"Hehe," Helix hanya bisa tertawa canggung.

Mereka kembali ke rumah tempat mereka menginap semalam. Hill kemudian menceritakan semuanya kepada Levia, Ratu Peri, dan Raja Magi. Raja Magi telah mengetahui bahwa Hill adalah Heal of the World, namun ia memilih untuk tidak mengatakannya langsung. Ia membiarkan Hill untuk mengetahuinya sendiri nanti. Setelah itu, Hill menceritakan bahwa saat ini pasukan Yidh sedang membangun sebuah kota dan berencana untuk menguasai tempat tersebut. Waktu terus berlalu, hingga akhirnya hanya tinggal mereka bertiga di rumah itu.

"Hill, aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. Sihir pengubah tubuh itu adalah sihir yang sangat unik, seperti sihir teleportasi. Jadi, dia kini menyerupai ibumu dan memenjarakannya di Yidh," kata levia dengan khawatir.

"Ya," jawab Hill dengan suara berat. "Tetapi Ratu Elen tidak akan membunuh ibuku selama dia masih menyerupai ibuku. Jadi, aku masih punya waktu untuk menyelamatkannya. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana caranya. Pengguna sihir teleportasi itu sangat sulit ditemukan. Mungkin dia saat ini berada di Yidh, dan dia tidak akan muncul begitu saja."

"Oi, Hill, Levia, sebenarnya ada cara untuk membuat penyihir teleportasi itu muncul. Kita harus melawan pasukan Yidh," kata Helix.

"Paman Helix benar. Kita harus melawan pasukan Yidh agar pengguna teleportasi itu muncul. Setelah itu, kita suruh dia memindahkan seluruh pasukan Yidh dan aku ke Yidh, sehingga warga Magi bisa mendapatkan kembali tanah mereka. Kita juga harus menahan pengguna teleportasi itu agar dia tidak bisa memindahkan pasukannya ke sini lagi. Karena jarak antara Yidh dan Magi sangat jauh, mereka akan kesulitan untuk kembali ke sini jika tidak ada pengguna teleportasi," kata Hill dengan semangat.

"Itu tidak mungkin, mereka memiliki pasukan yang sangat banyak. Kita bertiga tidak akan bisa melawan mereka. Kita tidak sekuat mereka," kata Levia, terlihat khawatir.

"Apa yang Levia katakan benar. Kita bertiga tidak akan cukup kuat melawan mereka," Helix menimpali.

Mereka bertiga berpikir keras mencari cara untuk menculik pengguna sihir teleportasi. Tak lama kemudian, Raja Van muncul dan berkata.

"Maaf, aku mendengar pembicaraan kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian bertiga melakukan hal berbahaya seperti itu, apalagi Hill adalah anak kecil dari desa Magi. Aku tidak bisa membiarkannya. Sangat sedih rasanya mengetahui bahwa pengguna teleportasi Magi mengorbankan dirinya untuk kita. Hill, kamu membutuhkan sihir teleportasi untuk bisa segera menolong ibumu, kan? Lagipula, ibumu adalah warga desa Magi juga. Aku tidak akan membiarkan kalian bertiga melawan Yidh sendirian."

"Apa maksudmu, Raja?" tanya Hill, bingung.

"Hmm... dengan kata lain, bukan hanya kalian bertiga, tapi kita semua juga akan melawan Yidh. Seperti yang Hill katakan sebelumnya, kita akan menculik pengguna teleportasi agar pasukan Yidh tidak bisa datang ke sini lagi. Kami juga belum menyerah pada Magi. Kami berencana untuk melawan balik setelah keadaan kami membaik. Lihatlah keluar."

Hill, Levia, dan Helix keluar dan terkejut melihat banyak orang berkumpul. Mereka adalah seluruh warga Magi, mulai dari wanita, pria, hingga anak-anak. Mereka hampir memenuhi setengah hutan Treeden.

"Lihat, Hill. Kami sudah mendengar perjalananmu dari Ratu Peri. Kamu terus berusaha demi mendapatkan kembali kebahagiaanmu. Setelah mendengar hal itu, kami tidak ingin kalah. Kami akan berusaha mendapatkan kembali tanah kami. Tujuanmu pergi ke Yidh sangatlah berbahaya, tetapi jika aku mencegahmu, aku tidak bisa menjamin kebahagiaanmu akan kembali. Tindakanmu telah menggerakkan hati banyak orang. Kami semua akan melawan Yidh, menculik pengguna teleportasi, dan membantu kamu menolong ibumu. Kami masih memiliki banyak prajurit di sini. Meskipun kebanyakan dari mereka hanya warga biasa, banyak di antara mereka yang memiliki kekuatan sihir. Kami tidak akan kalah dari Hill yang tidak memiliki sihir. Kami akan pergi berperang lagi demi merebut kembali Magi, dan setelah itu, kita akan memaksa pengguna teleportasi Yidh untuk membuka lingkaran pemindah, lalu pergi ke sana untuk membantu Hill menyelamatkan ibunya."

Teriakan semangat terdengar di seluruh hutan, dan Hill merasakan perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Selama ini, dia hanya melakukan perjalanan berdua bersama Levia, lalu bertambah satu dengan Helix. Sekarang, seluruh warga Magi siap membantunya. Tak lama kemudian, Hill mulai berbicara kepada Helix.

"Paman Helix, setelah semua ini selesai, aku akan menunjukkan buku ini kepadamu."

"Baiklah, Hill," jawab Helix dengan senyum kecil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!