Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Kedua.
Pandangan para penonton terfokus kepada Luo Yan dan Tetua Chen, mereka mencoba mendengarkan apa yang sedang terjadi, tetapi dari tempatnya tidak ada suara satu pun yang keluar.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kau tahu sesuatu, Guru Wang Kai?" tanya Luo Yi dengan nada cemas.
"Kurasa ini akan menjadi kemenangan bagi Luo Yan," jawab Wang Kai, menatap tajam ke arah arena. "Yuan Rui ketahuan menggunakan sedikit tenaga dalamnya."
"Sungguh? Jadi ujian ini dimenangkan oleh Luo Yan!" Luo Yi memegang kepalanya karena tidak percaya.
"Sepertinya begitu, Nyonya Yi. Sudah kuduga, muridku ini memang luar biasa," Wang Kai mengangguk, merasa bangga.
Tetua Chen tiba-tiba mengangkat tangannya dan keheningan kembali menyelinap ke dalam aula.
"Pemenang untuk ujian kekuatan adalah Jenius Tak Dikenal, Yuan Rui!" serunya dengan suara yang bergema.
Tak lama kemudian, suara teriakan melengking Ibunda Luo Yan memenuhi ruangan. "Hei, Guru Wang Kai! Bukankah kau bilang Yuan Rui menggunakan tenaga dalam?"
"Aku juga... tidak terlalu memahami apa yang terjadi di sana," jawab Wang Kai ragu, mengerutkan dahinya.
"Lalu kenapa hasilnya berakhir seperti ini?!"
Seru Luo Yi, tidak mengerti mengapa Yuan Rui bisa menang jika ia menggunakan tenaga dalam. Dari kejauhan, Wang Kai menghela napas, bingung dengan sikap Luo Yan yang tampak sengaja mengalah.
"Kenapa kau melindungiku?" suara Yuan Rui terdengar penuh tanda tanya, wajahnya tampak bingung. Luo Yan adalah pemenang sejati dalam ujian kekuatan, tak ada alasan bagi seseorang untuk kalah saat ujian pendewasaan. Mereka seharusnya mendapatkan banyak manfaat jika menunjukkan bakat mereka ke dunia.
"Karena itu adalah pilihan yang terbaik," jawab Luo Yan dengan tenang, matanya bersinar penuh keyakinan.
"......." Yuan Rui terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Penjelasan Luo Yan terasa membingungkan, sosok yang sekarang di hadapannya begitu misterius dan berbeda dari yang dulu ia kenal.
"Jangan khawatir, di ujian kedua, akulah yang akan menang," Luo Yan tertawa ceria, menepuk rambut Yuan Rui dengan lembut.
"K-K-Kau, apa yang kau lakukan?!" Suhu tubuh Yuan Rui merasa panas, wajahnya memerah saat jantungnya berdebar kencang.
"Ini hanya sebuah hadiah kecil untuk kerja kerasmu sampai sekarang," balas Luo Yan, memberikan senyuman hangat yang membuat hati Yuan Rui bergetar.
Mendapat perlakuan seperti itu, Yuan Rui tak kuasa menahan rasa malu. Wajahnya berubah merah, hingga warna itu menjalar sampai ke ujung telinganya. Jika tidak ada orang lain di sekitar, mungkin dia akan melompat kegirangan di tengah aula seperti kelinci.
"Jangan coba-coba bersikap baik padaku!" ujarnya, berusaha terdengar tegas, meskipun suaranya bergetar.
"Kau sudah berjuang keras sampai sekarang. Baik dirimu di masa lalu maupun sekarang, aku bangga dengan semua usaha yang kau lakukan," puji Luo Yan, matanya menunjukkan kasih sayang.
Air mata hampir saja menetes dari mata Yuan Rui, perasaan sesak menghantam dadanya. Dengan cepat, dia berlari menjauh, berusaha menutupi emosinya. Luo Yan hanya bisa tersenyum melihat sikap Yuan Rui yang menggemaskan.
"Astaga, apakah aku sudah keterlaluan?" desah Luo Yan, merasa sedikit bersalah tetapi tetap senang.
Tetua Chen menghela napas panjang, matanya penuh pertanyaan. "Jadi, dari mana kau mendapatkan belati itu?"
Luo Yan tersenyum, "Semua akan dijelaskan setelah seluruh ujian pendewasaan selesai."
Ujian pertama : Ujian Kekuatan.
Ujian kedua : Ujian Tenaga Dalam.
Semua peserta telah berpindah ke tempat yang lebih luas, sebuah alun-alun kekaisaran yang megah dan bersejarah.
Di tengah alun-alun, batu-batu besar berukuran sepuluh kali lipat tubuh mereka sudah berjajar rapi. Tali segel mengikat batu-batu berat itu, tali-tali tersebut memiliki kekuatan luar biasa untuk menekan tenaga dalam.
Xiao Ning terlihat tidak asing dengan batu-batu itu. Jika tidak salah, Luo Yan telah melatih dirinya dengan keras, berlatih menggunakan batu berukuran raksasa seperti itu.
"Luo Yan gila! Apa dia bisa melihat masa depan?" pikir Xiao Ning, tubuhnya merinding dengan kebetulan yang terjadi.