"Antagonis? yap aku suka jika orang memanggilku dengan sebutan itu"
"Tapi.... apa setiap antagonis itu jahat? aku rasa tidak! mereka tidak jahat! hanya saja mereka ingin melindungi diri mereka sendiri dengan cara berpura pura jahat" ~Alice Deonandra Syaputri~
___________________________________
Alice Deonandra Syaputri Agraham. Putri dari keluarga Agraham, sang Bad Girl yang di pandang sebagai gadis yang jahat oleh orang-orang, bahkan dia di juluki sebagai Queen Bullying oleh seantero sekolah.
Dia di beri panggilan seperti itu bukan tanpa alasan yang pasti, Mereka punya alasan, alasan nya karna dia sering membully salah satu murid pintar kesayangan para guru, dan jangan lupakan dia juga kesanyangan seorang Arvin Arkasa.
Arvin Arkasa. Sang Bad Boy yang mempunyai sejuta pesona untuk memikat para wanita, tapi sayang dia merupakan orang yang dingin dan kejam terhadap orang lain tapi dia akan menjadi pribadi yang hangat kepada orang yang dia sayang seperti hal nya kepada Rhena.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PUTRY NABIELA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
WARNING!!⚠️
Banyak kata-kata kasar Dan mengandung ke-kerasan! di harap bijak untuk membaca!
STOP UNTUK JADI PEMBACA BAYANGAN, TOLONG HARGAI PARA PENULIS DENGAN LIKE, RATE, DAN KOMEN NYA
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy Reading Guyss ❤️
...----------------...
..."Tepat pada tanggal 20 November merupakan tanggal dan bulan yang paling gue benci seumur hidup gue!"~Alice Deonandra Saputri...
...🍁...
Ke esokan Hari nya suasa di Mansion Alice sangatlah berbeda apalagi dengan sikap Alice yang bertambah dingin menambah kesan lebih mencekam dari sebelumnya
"Alice" panggil Reno yang merasa ada yang aneh akan sikap putri nya
"Alice" panggilnya sekali lagi yang masih tidak di respon oleh sang empunya
"A-"
"Saya sudah." ucap Alice dingin dan segera beranjak pergi dari sana
"Ada apa lagi Dengan putri pertama ku itu?" tanya Reno pada dirinya sendiri
"Sudahlah mas, mungkin Alice sedang ada sedikit masalah" ucap Retta sembari tersenyum
"Iya pah, kalo gitu Rhena pergi dulu ya pah mah" ucap Rhena dan bergegas pergi setelah berpamitan
****
Se sampai nya di sekolah, Rhena sama sekali tidak melihat keberadaan kakak nya - Alice. di sana hanya ada sahabat dan sepupunya, entah kemana sang Kakak pergi? itu lah yang ada di benak Rhena saat ini
Sementara di tempat Viola
"Eh ca, Alice kemana ya? kok ga ada muncul sampe jam segini?" tanya Viola kepada Mischa yang hanya mendapat gelengan kepala dari sang empunya
"Eumm mungkin telat?atau bolos?"Asumsi Mischa yang juga ikut merasa bingung
"Entah,tapi tumben tuh anak gak ngajak ngajak"monolog Viola
...****...
Malam hari nya di mansion Alice
Tepat jam 23:45
"Rhena! Retta! Alice kemana?!" tanya Reno khawatir
"Aku gak tau mas dari pagi Alice berangkat dan sampe sekarang dia belum pulang" jawab Retta dengan wajah yang tak kalah cemas?
"Rhena, apa kamu melihat kakak kamu?!" tanya Rhena yang hanya mendapat gelengan kepala dari sang empunya
"Tadi di sekolah juga gak ada pah, padahal tadi pagi kakak make seragam sekolah" jawab Rhena apa ada nya
"Astaga kemana anak itu?!" tanya Reno pada diri nya sendiri
Tok
Tok
Tok
"Apa mungkin itu Alice?!" monolog Reno dan langsung bergegas membukakan pintu
"Alice! Ahirnya kamu pu-"
"Alice?! Maaf yah, ini Arvin bukan Alice" ucap orang itu yang ternyata adalah Arvin
"Ayah kira Alice yang datang nak Arvin" ucap Reno sendu
"Memangnya Alice kenapa yah? Emm dan ada di mana? Kok ayah cemas gitu? Terus kenapa Alice tadi gak sekolah?" tanya Arvin berturut turut
"Ar! Cari Alice sekarang!! Ayah mohon, Ayah takut terjadi sesuatu sama Putri Ayah" ucap Reno memohon
"Cari? Maksud Ayah apa? Emang Alice gak pulang?" tanya Arvin yang mulai terlihat khawatir
"Iya Ar! Alice pergi dari pagi dan gak pulang sampai sekarang ini" jawab Reno Frustasi
"Oke, Ayah tenang dulu! Ayah tunggu sini biar Arvin yang Cari!" ucap Arvin dan langsung bergegas pergi dari sana
"Segitu khawatir nya kamu kak liat kak Alice gak pulang? apa kalo aku yang ada di posisi kak Alice sekarang kamu akan cari aku?bahkan seharian ini Kaka belum ada temuin aku atau sekedar ngomong sama aku" batin Rhena sedikit Sendu
***
Sementara kini ada seorang gadis yang sedang duduk dengan mata sembab nya di samping gundukan tanah yang sudah mulai di tumbuhi oleh rumput.
"Bunda! Alice kangen bunda Alice benci sama mereka, Alice ingin meluk bunda lagi! Alice iri bunda! Alice iri sama Rhena yang bisa meluk bunda nya! Alice juga benci sama dia karna dia udah rebut ayah dari Alice! Bunda jemput Alice bunda! Jemput!!" ucap Alice dengan air mata yang tak henti-henti nya turun di pipinya bahkan mata indah nya itu tiada henti nya menatap ke arah batu nisan yang bertuliskan nama Laurent Prasetya
"Dan yah, untuk bunda. Happy birthday semoga bunda bahagia di sana" ucap Alice sembari berbisik di batu nisan itu seolah dia memang sedang bercengkrama dengan sang bunda
"Ok bunda Alice pulang dulu ya alice udah terlalu lama di sini nanti orang rumah pada nyariin lagi..... eh tapi siapa yang mau nyariin Alice? Kan Alice anak yang gak di anggap" ucap nya dengan senyum miris nya
"Gue masih nganggep lo! Jadi berhenti ngomong ngawur seperti itu!" ucap Seseorang dari arah belakang Alice
"Arvin" Beo Alice dan langsung mengusap sisa sisa air mata nya
"Ngapain lo di sini?" tanya Alice dingin
"Jemput lo!" ucap Arvin apa ada nya
"Gue bukan anak kecil yang harus di jemput! Gue bisa pulang sendiri" tolak Alice
"Oh ya? Terus kenapa sampe malem gini lo belum pulang?" tanya Arvin dengan wajah dingin nya
"Bukan urusan lo!" ucap Alice dan langsung berlalu pergi dari hadapan Arvin
"Pulang bareng gue!!" Final Arvin dan langsung menarik pergelangan tangan Alice
"Sial!! Berani nya dia bawa bawa Alice!!" geram seseorang dari balik pohon yang sedari tadi setia menemani Alice di pemakaman
****
Di Mansion Alice
"Alice! Kamu kemana aja? Ayah khawatir" ucap Reno dan langsung memeluk erat putrinya yang baru sampai
"bunda" jawab Alice dingin
"Nak kamu ngapain di sana malem malem?" tanya Reno khawatir
"Iya Alice, kamu ngapain di sana malem malem gini kan bahaya" timpal Retta yang juga terlihat khawatir
"Lebih berbahaya lagi jika saya harus tetap berdiam diri di sini bisa bisa otak saya tercemar oleh manusia terkutuk seperti anda!" jawab tajam Alice
Deg
"Manusia terkutuk?" batin Retta
"Alice!! Jaga ucapan mu!!" Sentak Reno yang tak terima putri nya berbicara hal seperti itu
"Giliran gue di suruh jaga ucapan, giliran dia gak bisa jangan ucapan gak papa" ucap Alice sembari memutar bola matanya malas
"Alice!!" bentak Reno
"Ini kenapa gue makin benci hari dan tanggal ini, tanggal 20 November, tanggal ini bukan cuma karena tanggal di mana pasca pertengkaran waktu itu bulan ini juga merupakan hari kematian bunda sekaligus ulang tahun bunda!! Mungkin ayah gak akan inget karena ayah gak pernah mau nginget!" Bentak Alice dengan sorot mata yang dingin
Deg
Jantung Reno terasa berhenti waktu itu juga waktu pun seperti nya berjalan begitu lambat, dia melupakan hari ulang tahun mendiang istri nya lagi, ia yakin pasti putri kecil nya ini akan tambah membenci diri nya begitupun dengan keluarga baru nya
"Maafin ayah sayang" ucap Reno sendu
"Terserah ayah saja, Alice mau istirahat, dan buat lo, mending lo pergi" usir Alice pada orang yang tak lain adalah Arvin dan ia langsung bergegas memasuki kamar nya
"Segitu gak mau nya lo ada di dekat gue lice?" batin Arvin bertanya tanya
****
Kini seorang gadis cantik sedang berjalan di koridor sekolah sedang berjalan dengan wajah datar nya beserta gaya angkuh nya
Di kelas 12 IPA
"Pagi Alice!" sapa serempak oleh teman sekelas nya yang hanya mendapat senyum tipis dari Alice
"Woe ntar malem ke sirkuit yuk" ajak Viola setelah Alice duduk anteng di bangku nya
"Sirkuit ya? Kaya nya gue punya misi yang lebih menarik deh dari pada balapan" ucap Alice dengan seringai nya
"Misi apa?" tanya Mischa yang sedari tadi hanya menyimak
"Jam tujuh malem gue tunggu kalian di rumah 'kita" ucap Alice sembari menekan kata kata terahir nya
"Whooo sepertinya akan ada permainan yang menantang ini" ledek Viola yang mendapat tatapan jengah dari Alice
"Wey! Gue kan dah lama gak di sini terahir gue di sini 2 tahun yang lalu pas kelulusan kelas 9 SMP gue lupa alamat nya woy!" ucap Mischa dengan wajah kesal nya
"Dasar pikun, biasanya lo sehari hari ada di sono sekarang malah di lupain tempat nya" delik Viola yang mendapat cengiran menyebalkan dari Mischa
"Ntar gue jemput!" Final Viola.
***
Kantin, Disini sekarang Alice berada tepat di bangku tengah tengah kantin
"Lice, liat tuh" ucap Mischa sambil menunjuk seorang gadis berambut pendek yang sedang membawa mangkuk bakso
"Ck! Gadis itu lagi!" kesal Alice
"Lo gak mau bully dia?" tanya Viola penasaran
"Males gue-"
"Aww panas" ucap Alice yang terpotong karena lengan nya yang ketumpahan kuah panas
"Alice!!" panggil serempak Viola dan Mischa
"Maaf kak maaf, Rhena gak sengaja" ucap gadis itu yang tak lain adalah Rhena
"Sialan lo!!" murka Viola dan hampir menampar pipi Rhena tapi terlebih dahulu di cegah oleh Arvin
"Jangan berani lo nyentuh Rhena" peringat Arvin dengan tatapan tajam nya
"Sialan!! Pacar lo tuh udah bikin sahabat gue terluka!!" maki Viola
"Apa maksut lo!! Gak usah ngada ngada pasti Alice duluan yang Bully Rhena kan!!" ucap Arvin tidak terima
"Tutup mulut lo! Dasar Buta!" bentak Viola
"Vio udah, mending sekarang kita susul Alice!!" lerai Mischa
"Susul Alice? Bukan nya Alice ada di sini...., loh? Alice nya kemana?" tanya Viola panik
"Makanya jangan berantem terus! Alice tadi pingsan tangan nya melepuh kayak nya dia ke sakitan sama kecapean deh sampe pingsan gitu, untung ada Felix yang bawa Alice tadi. Tapi gak tau kemana" jelas Mischa panjang lebar
"Yaudah ayo kita susul!" ucap Viola dan langsung berlari meninggalkan kantin
"Felix lagi? Apa yang sebenar nya terjadi?" tanya Arvin pada diri nya sendiri
"Sebenar nya apa yang terjadi?!!" tanya Abrial dengan tegas kepada Rhena yang membuat Rhena semakin terisak
"Udah Bri, biarin Rhena tenang dulu baru kita tanya" lerai Rio yang mendapat tatapan tajam dari Abrial
"Yang sebenarnya terjadi itu si Rhena Rhena itu tumpahin kuah bakso yang masih panas ke lengan Alice sampe merah dan melepuh. Itu yang terjadi" jelas seseorang yang sedari tadi menyimak. Dia adalah Adhlio Malven Avito salah satu sahabat dekat Felix
"Jadi cowok jangan terlalu tempramen bro. malu-malu in" sambung salah seorang siswa yang ber nametag Raka Bramantyo yang juga merupakan salah satu teman Felix
"Cabut bro" ucap Lio yang di angguki oleh Raka
"Gue mau nyusul Alice!" ucap Abrial dan langsung berlalu pergi dari hadapan Arvin
"Ngapain dia nyusul Alice? Dia suka sama Alice?" tanya Arvin dengan tatapan tajam nya yang terus mengarah ke arah punggung Abrial yang kini makin menjauh
"Udah deh, lo gak tau apa apa mending jangan asal tuduh" ucap Rio yang jengah akan sifat Arvin dan langsung berlalu pergi dari sana
"Udah Ar aku gak papa" ucap Rhena yang masih sedikit terisak
"Ar?-"
"Udah lah, ayo Gue anter ke kelas" ucap Arvin sambil menggandeng tangan Rhena
***
Sementara itu, di Rumah sakit yang ada di tengah kota
"Dokter! Dokter gimana ke adaan adik saya?" tanya Viola saat melihat dokter yang keluar dari ruangan Alice
Yap di RS. Felix langsung membawa Alice ke RS karna takut terjadi sesuatu pada Wanitanya?
"Pasien tidak apa-apa tangan nya memang sedikit melepuh tapi tadi udah saya kasi salep, dan soal pasien yang pingsan itu karena pasien Syok dan juga kecapean. Sepertinya pasien kurang istirahat dan pola makan yang tidak teratur" jelas Dokter itu ramah
"Apa kita boleh masuk?" tanya Felix
"Boleh, kebetulan pasien sudah sadar, kalau begitu saya permisi" ucap Dokter itu dan berlalu pergi
Sementara di ruangan yang bernuansa putih itu, Alice menatap nanar pada ruangan tersebut rasa benci dan kesal yang berada di dalam diri Alice rasanya ingin keluar bagitu saja hingga akhir nya ada tiga orang berbeda jenis masuk ke dalam ruangan ini
"Alice lo gak papa? Ada yang sakit? Atau apa?" tanya Mischa Khawatir
"Gue gak papa" ucap Alice dingin
"Siapa yang bawa gue ke sini?" lanjut nya
"Felix" jawab viola
"Makasih Lix" ucap Alice tulus
"Sama-sama, gimana ke adaan lo?" tanya Felix yang mendekat
"Gak baik" ucap Alice dingin
"Kenapa? Masih ada yang sakit? Mau gue panggil dokter?" tanya Felix yang terlihat khawatir
"Bawa dia pulang maka dia akan baik baik aja!" ucap Seseorang yang baru masuk
"Abrial? Ngapain lo ke sini?" tanya Mischa dengan sinis
"Bener yang di katakan Abrial, mending kita bawa pulang" ucap Viola yang ikutan
"Tapi kan Alice masih belum sembuh? Kalo makin parah gimana?" tanya Mischa yang di angguki oleh Felix
"Justru Alice akan makin parah kalo dia tetap di sini! Karena dia benci rumah sakit!" tegas Viola
"Oke, biar gue urus kepulangan nya dulu" ucap Felix yang di tahan oleh Abrial
"Udah gue urus tadi, sekarang tinggal kita bawa pulang" ucap Abrial dingin
"Oke" jawab Felix lalu membantu Alice untuk duduk di kursi roda
"Yang sakit tuh tangan gue bukan kaki gue" ucap Alice jengah
"Bodo lah buruan!!" ucap Felix yang membuat Alice cemberut dibuat nya
"Sepertinya hanya Felix yang bisa membuat Alice nurut begitu saja" batin Viola yang mencerna keadaan
"Gue lebih setuju lo sama Felix dari pada si bajingan itu lice!" batin seseorang yang ada di ruangan itu
"Woh brial! Lo gak mau pulang?!" panggil Mischa yang membuyarkan lamunan Abrial
"Hm" ucap Abrial lalu mengikuti mereka keluar