Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Seperti melintasi waktu yang saling bertaut, kami kembali saling menebarkan api kebencian. Aku semakin curiga terhadapnya, entah dongeng seperti apa yang akan ia ceritakan terhadapku. Selama ini aku merasa tertipu oleh perilaku baik yang ia tampilkan kepadaku. Andai saja dulu aku tidak terburu buru untuk menikah dengannya mungkin saat ini aku tidak perlu merasakan koyakan batin yang begitu membara.
"Sweet cake, maafkan aku"
"Aku tidak bisa memberimu jawaban jika kamu tidak menceritakan yang sebenarnya terhadapku" seruku sembari menatap tajam kearahnya.
"Beri aku waktu untuk meceritakan kepadamu, aku tidak siap jika harus kehilanganmu untuk kedua kalinya" aku mengernyitkan dahi bingung mendengar kalimat yang ia lontarkan.
"Jika kamu tidak siap, aku akan mencari tahu sendiri kebenarannya"
"Sayang, aku akan menceritakannya ketika dokter telah menyatakan keadaanmu membaik dan kita bisa kembali ke Indonesia ya" rayunya terhadapku.
"Mengapa kamu seolah menutupi sesuatu terhadapku, kamu telah membohongiku selama ini. 6 tahun, aku terbelenggu dengan namamu yang melekat dihatiku, lalu kamu mengacaukannya begitu saja. Lantas mengapa kamu dulu mendekatiku dan tidak berbalikkan saja dengannya? Hebat, aku seperti gadis bodoh diantara kalian" ucapku dengan sinis kepadanya.
Ethan terdiam membisu setelah mendengar penuturan sadisku, ia tidak berkutik sedikitpun. Karena memang aku sudah mencurigainya sejak awal kemunculan laki laki ini setelah aku meninggalkannya.
"Aku tidak bermaksud membohongimu, aku fikir wanita itu telah melupakanku. Aku kaget ketika temanku mengenalkan diriku terhadapnya. Maaf aku tidak berani jujur saat itu, aku takut kehilanganmu"
"Tapi nyatanya kamu sudah kehilangan aku sejak 4 tahun lalu" ujarku dengan dingin.
"Sweet cake" ia menggenggam tanganku dengan lembut, dengan kasar aku menariknya. Untuk saat ini aku membutuhkan ruang sendiri untuk merenung.
"Aku akan bermalam di apartement Raymond saja, kamu jangan menggangguku untuk saat ini. Tolong, aku butuh ruang untuk merenungkan semuanya" ia menoleh dan menatapku serius, namun aku tetap tidak menghiraukannya dan beranjak masuk kedalam kamar.
"Sweet cake, aku tidak bisa terima jika kamu menginap ditempat lelaki lain. Bagaimanapun juga kamu masih isteriku" ia terus membuntuti sampai ambang pintu. Aku meliriknya sekilas memastikan lelaki ini tidak akan menghalangi rencanaku utuk pergi dari sini.
Aku mengangkat koper kecil miliku dan memasukkan pakaian yang telah ku ambil random dari lemari.
"Apa apaan kamu ini, kok sampai membawa koper segala? Sweet cake jangan seperti ini" ia bersikeras menghadang langkahku yang semakin gesit menghindarinya. Nahasnya adalah badan kami yang berbeda ukuran membuatku harus sedikit mendorongnya agar ia mau menyingkir dari hadapanku.
"Tolong hargai keinginanku" aku menatap nyalang kearahnya sembari berlalu dari hadapannya.
"Sweet cake"
"KAMU PAHAM NGGAK SIH ETHAN, KAMU MENGERTI BAHASA MANUSIA KAN!!" nafasku tersenggal ketika aku meneriakinya dengan keras, jengkel sekali aku dengan laki laki satu ini. Mengapa ia tidak juga paham dengan emosi ku saat ini.
"Oke oke, aku antar ya"
"Terserahmu saja"
Lalu aku menggeret koper dengan sedikit kasar, menandakan jika aku benar benar murka terhadapnya. Berkali kali ia ingin merebut koper yang ku genggam, namun selalu berhasil kutangkis dengan kasar tangan kekarnya itu. Cih, biar saja ia merasa bersalah. Ini tidak sebanding dengan yang kurasakan selama ini.
...****************...
Sesampainya kami didepan unit apartement milik Raymond, aku segera mengeluarkan kartu akses yang telah Raymond berikan kepadaku.
"Sudah, sampai sini saja. Kamu balik sana gih" usirku terhadapnya, ia dengan tampang datar berbalik dan berjalan meninggalkanku yan masih terbengong didepa pintu. Heran saja, ia tidak mengomel yang macam macam lagi seperti biasanya.
"Lo ngapain disini" aku terlonjak kaget mendengar suara cempreng milik Raymond.
"Apaan sih, lo ngagetin aja deh"
"Heh monyet, gue yang harusnya kaget. Tiba tiba aja ada penyusup disini" ujarya setengah nyinyir,
"Minggir deh, gue mau istirahat. Dimana kamarnya" aku bergegas masuk dan celingukan didepan ruang tamu.
"Jelasin dulu lo ngapain segala bawa koper kesini" dengan cepat Raymond menghadangku yang ingin memasuki kamar miliknya.
"Suka suka gue lah, emang gaboleh?"
"Heh setan, gue ogah ya dikeroyok laki lo lagi"
"Tenang aja, dia tahu kok. Kan tadi ikut nganterin kesini" ia semakin melotot mendengar penuturan santai dariku.
"Lo berantem?" aku hanya mengangguk santai kearahnya dan mulai berjalan memasuki area kamar miliknya.
"Terus gue tidur dimana Ness kalau lo nginep disini" lalu aku menunjuk keluar ruangan yang membuatnya semakin frustasi.
"Seminggu aja deh"
"Sehari"
"Lima hari" ia tetap menggeleng mantap sebagai bukti jika ia tidak menyetujui tindakan konyol ku ini.
"Oke seminggu" aku tetap mengeyel dengan keinginan awalku dan segera menyeretnya keluar dari dalam kamar.
Dengan cepat aku membereskan pakaianku kedalam lemari yang masih kosong lali bergegas keluar kamar dan akan menceritakan semuanya kepada Raymond.
Setelah selesai, aku keluar dengan raut wajah tak bersalah. Tak kusangka ternyata Raymond tengah menungguku persis didepan pintu kamar. Aku yang merasa berdosa hanya bisa cengengesan dihadapannya.
"Udah kan? Ayo sini ceritain ke gue lo kenapa" lalu ia menggiringku ke ruang tamu.
"Ternyata selama ini gue ketipu dengan tingkah religius milik Ethan Mond" ujarku setengah histeris kepadanya. Raymond terlonjak kaget mendengarkan pekikikan suaraku.
"Terus?''
"Ternyata, sebelum sama gue dia dulu udah pernah pacaran sama itu cewe" ujarku mulai menangis sesegukan.
"Terus?"
"YA MASA LO GA NGERTI SIH ALURNYA KEMANA" aku semakin histeris melihat respon darinya yang sangat tidak memuaskan.
"Yaudah mau gimana lagi. Sekarang juga kalian udah ada Keeynan"
"Tapi dia belum cerita semuanya sih ke gue, dia janji cerita ketika kita balik ke Indonesia"
"Yaudah sabar dulu kek, lo kasih dia ruang buat siapin diri cerita ke lo. Jangan nodong mulu"
"Kok lo gitu sih Mond"
"Ya menurut gue sih bakalan ada hal besar yang mau dia ceritain ke lo, mangkannya dia minta waktu buat cerita."
"Kira kira apaan ya Mond"
"Mana gue tahu, bego" sungutnya kesal terhadapku.
Setelah percakapan kami berdua, tiba tiba aku teringat akan Stefany. Aku masih penasaran dengan identitas wanita itu. Aku memukul keras lengah Raymond sehingga ia terlonjak kaget dan menatapku sinis.
"Gimana, lo udah cari tahu tentang wanita yang namanya Stefany tadi?" dia mengangguk mengiyakan pertanyaanku.
"Tapi gue harus mastiin sesuatu lagi sih, ntar kalau udah final gue kasih tau ke lo semuanya" ujarnya membuatku kesal sekaligus penasaran.
"Kenapa harus nanti sih"
"Masalahnya, gue baru dapat secuil tentang dia. Lo sabar dulu kek" aku cemberut mendengar penuturan keras darinya itu.
"Tapi Nes, kayaknya gue bakalan ngasih tau pas lo udah pulang ke Indo aja deh"
"Kenapa gitu"
"Udah deh gak usah banyak tanya, udah baik gue mau bantuin lo ya"
"Lo gitu banget sih Mond sama sepupu sendiri" ujarku dengan tampang yang semakin tertekuk.
"Suruh siapa nyusahin gue"
...****************...
"aku dan teman kamarku"