Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
“Lo ga mau ama gue ya Van ? lo masih benci gue ya ? sori sekali lagi ya Van,”
Bella semakin mendekat sampai seluruh tubuhnya menempel pada Evan dan wajahnya menatap Evan tepat di depan wajah Evan. “Gulp,” Evan menelan saliva nya, dia tidak tahu harus berbuat apa, melihat Bella sudah di depannya, dia bisa merasakan detak jantung Bella yang berdegup kencang di depannya dan dia yakin Bella juga pasti mendengar detak jantung dirinya yang sudah seperti genderang perang.
“Bel...um....tapi gue belum pernah,” ujar Evan yang bingung harus berkata apa.
“Sama, gue juga belum pernah, kita sama sama belum pernah,” balas Bella sambil memegang pipi Evan.
Wajah keduanya mendekat dan bibir mereka hampir bertemu, tapi tiba tiba, “tok...tok...tok...Van, om masuk ya,” terdengar suara di pintu, seorang pria paruh baya masuk ke dalam rumah Evan yang pintunya tidak di tutup. Tanpa menunda lagi, Evan berdiri dan menggendong Bella, dengan gerakan yang secepat kilat karena tubuh nya ringan, dia langsung masuk ke kamar dan meletakkan Bella di ranjang. Setelah itu, “brak,” dia keluar kamar dan berdiri di depan pintu,
“Eh..pak RT hahaha, ada apa pak ?” tanya Evan.
Pak RT menoleh ke arah sofa dan melihat seragam juga tas yang tergeletak di atasnya, dia juga melihat sebungkus rokok di meja berada di dekat asbak.
“Kamu ngerokok Van ?” tanya pak RT.
“I..iya pak RT, baru mulai hahaha,” jawab Evan yang keringatnya mulai mengucur membasahi wajahnya.
“Ya ga apa apa sih, oh ini ada surat edaran dari RW, kamu belum bayar iuran sampah dan keamanan selama dua tahun loh, kamu bisa bayar separuh dulu ga, kalau ga nanti kita repot nomboknya nih,” ujar pak RT.
“Um...boleh minta waktu sampai minggu depan ga pak, saya belum gajian soalnya, minggu depan saya sudah bisa bayar,” balas Evan.
“Oh ya udah, kalo gitu saya talangi dulu saja, nanti kamu bayarnya sama saya saja, saya ngerti keadaan kamu kok, cuman ga enak soalnya di tanyain sama RW dan kasian juga pak hansip sama tukang sampah yang gajinya kurang,” ujar pak RT.
“I..iya pak, makasih ya pak,” balas Evan.
“Tadi ada siapa Van, rasanya tadi saya denger ada suara perempuan,” ujar pak RT.
“Oh tadi smartphone pak, saya lagi nonton barusan hahaha,” balas Evan yang keringatnya semakin deras.
“Kamu jangan macem macem ya Van, kasihan nenek kamu ga tenang di sana,” balas pak RT.
“Tenang aja pak, pasti hahaha,” balas Evan.
“Dah ya, saya pulang dulu, kunci pintunya, untung yang masuk saya,” ujar pak RT.
“Iya pak, makasih, mari saya anter,” balas Evan.
Evan langsung mengantar pak RT ke pintu dan menutup pintunya, “klik,” Evan mengunci pintu rumahnya dan berbalik, dia bersandar lemas dan merosot turun,
“Ampir aja di kawinin gue, kalau sampai kejadian, gue juga pasti di keluarin dari sekolah, ampun dah,” ujar Evan.
Evan berdiri dan berjalan ke kamarnya, ketika dia masuk, “krr..krr,” terdengar suara dengkuran halus Bella, Evan menghampiri Bella dan menyelimuti tubuhnya yang hanya memakai pakaian dalam, melihat Bella yang tertidur sangat pulas dengan air mata menetes, dia duduk di sisinya dan membersihkan air matanya.
“Dia ga tidur berapa hari nih di penjara, pantes tingkahnya rada aneh barusan, dia ngantuk berat ternyata, dah lah, gue keluar dulu, trus sekarang gue pacaran ama dia nih ? rasanya gue belom bilang gue mau kan ya seinget gue, emang bar bar sih susah, pede nya mentok dan terobos langsung hadeh,” ujar Evan dalam hati.
Tapi ketika dia baru mau berdiri, “tap,” pergelangan lengannya di pegang Bella dengan erat, karena tidak mau membangunkan Bella, akhirnya Evan duduk di sisinya dan membiarkan Bella memegang pergelangan tangannya.
“Ya udahlah, apa boleh buat (menoleh melihat wajah Bella dan tersenyum) gue musti jawabnya gimana ya ? kalau udah kayak gini dan ngeliat dia pules tidur di ranjang gue, udah telat kalo mau nolak, sekarang mau ga mau gue harus terima dia, cuman ngomongnya gimana ?” pikir Evan.
Akhirnya Evan merenung dan berpikir untuk memberi jawaban yang tepat untuk Bella yang tertidur pulas sambil memegang pergelangan tangannya.
*******
Sementara itu di dalam buku, “ck,” Gerard berdecak kesal karena melihat Evan dari buku hologram di depannya,
“Gagal ya ?” tanya Li Tian tersenyum meledek.
“Huh...payah sekali, kalau aku yang jadi dia, aku tidak akan berpikir dua kali (diam sebentar) tapi paling tidak sudah ada kemajuan, Evan sudah berada di jalur nya,” jawab Gerard serius.
“Ya, dua orang berwajah sama, kedepannya dia akan lebih terkejut lagi,” ujar Li Tian.
“Ketika sudah sampai waktu ku yang mengajari dia, aku akan katakan semuanya,” balas Gerard.
“Ya, itu memang bagian mu, jadi sekarang jangan dulu, ingat,” ujar Li Tian.
“Yah...tenang saja, aku akan tepati janjiku, ah benar juga, aku akan mengajari dia teknik bagus agar keduanya bahagia hehehe,” balas Gerard.
“Haaaah...tolong jangan macam macam, raja iblis,” ujar Li Tian sambil menggelengkan kepalanya.
“Siapa raja iblis, jangan sembarangan biksu sesat,” ujar Gerard.
“Hah siapa biksu sesat ? kamu cari perkara ?” tanya Li Tian.
“Maju sini,” jawab Gerard.
“Bersiaplah,” balas Li Tian yang memasang kuda kuda nya.
“Psiuuu,” tiba tiba sebuah laser berwarna biru lewat di tengah tengah keduanya, Li Tian dan Gerard menoleh ke samping, mereka melihat seorang pria bertubuh separuh mesin dan mengenakan jaket yang memegang senjata laser sedang berdiri tegak dengan wajah tanpa ekspresi.
“Jangan seperti anak kecil, kapan giliran ku,” tanya pria yang bersuara kaku seperti robot.
“Haaah si robot yang hanya bisa bilang yes sir,” gumam Gerard.
“Ada apa kamu kesini ?” tanya Li Tian.
“Kapan giliran ku ?” tanya pria besuara kaku seperti robot itu.
“Masih lama, pulang saja sana, Cylde,” jawab Gerard.
“Mohon ijin untuk tetap di sini,” balas Cylde.
“Aduh nambah satu lagi deh pengganggu,” ujar Li Tian menggelengkan kepalanya.
“Apa maksudnya ?” tanya Gerad dan Cylde bersamaan.
Akhirnya ketiganya berdebat sambil berdiri di depan buku hologram besar yang memperlihatkan Evan yang sekarang sedang berbaring di sebelah Bella karena pergelangan tangannya di pegang Bella dengan erat.
******
Tengah malam, “ugh,” Evan terbangun, “gruuyuuuk,” dia langsung memegang perutnya, kemudian dia menoleh melihat ke sebelahnya dan Bella tidak ada di ranjang. Evan berniat bangun tapi tubuhnya terasa berat dan “pyek,” tangannya menyentuh cairan di ranjang. Dia mengangkat tangannya dan melihat ada warna merah di telapaknya, langsung saja dia turun dari ranjang dan menyalakan lampunya.
Ternyata ada noda darah di sprei nya dan basah di sekitarnya, dia juga melihat pakaian dalam Bella berserakan di atas ranjang, tiba tiba dia merasa merinding dan merasakan sensasi dingin sekaligus denyut nikmat di bagian senjata nya yang sudah berada di sana sejak dia lahir, dia menoleh ke bawah,
“Waaaaaa....apa ini ? kok gue telanjang, trus kenapa gue tegang maksimal gini...uh...nyut nyutan, apa yang terjadi,” ujarnya.
“Brak,” pintu di buka kencang, “ada apa ?” tanya Bella. Evan menoleh dan dia langsung memalingkan wajahnya karena melihat Bella dalam keadaan polos tanpa busana sama sekali, membawa centong nasi. Evan perlahan menoleh dan melihat masih ada bercak darah di bagian paha Bella. Wajahnya langsung pucat,
“Bel, barusan lo ngapain ?” tanya Evan.
“Um sori Van, gue sekarang bini lo hehe,” ujar Bella.
“Ya ampuuun....lo perkosa gue Bel ?” tanya Evan.
“Hehe abisnya kalo lo sadar, lo ga mau sih,” jawab Bella.
“Ya elah Bel, gue baru mau memberi lo jawaban kalau gue juga suka lo dan mau lo jadi pacar gue, sekarang lo malah jadi bini gue, lo brutal banget sih,” ujar Evan.
Langsung saja Bella melompat dan memeluk Evan dengan erat, kemudian mereka langsung berciuman mesra. “Plop,” setelah beberapa saat, Evan melepaskan ciuman nya,
“Gue laper,” ujar Evan.
“Oh iya, gue lagi masak trus denger lo teriak,” ujar Bella.
“Lah lo masak bugil gitu, pake baju lah, ampun gue,” balas Evan.
“Ntar, masih perih, ternyata punya lo gede hehe,” balas Bella.
“Aaaaaah....udah, ga usah di bahas,” balas Evan.
Evan mendorong Bella keluar kamar dan menarik handuk yang berada di belakang pintu, dia langsung membalut tubuh Bella menggunakan handuk. Setelah itu, dia memakai celananya dan membantu Bella masak di dapur. Dia melirik ke arah Bella yang nampak segar di sebelahnya,
“Ini jadinya gimana ? ga mungkin gue ga bertanggung jawab, iuran RT aja gue belom bayar, mana hari ini bolos kerja lagi gara gara ketiduran, kali ini mampus gue,” ujar Evan dalam hati.
Sementara itu di dalam buku, tiga orang pria duduk dengan tenang menonton tayangan di buku hologram di depan mereka,
“Nah kan, apa ku bilang, benang merah itu tidak ada, begitu wanita sudah buka pakaian, dia harus di ambil kalau tidak kasihan, siapa yang maju duluan tidak masalah, semua itu sudah hukum alam, sini bayar,” ujar Gerard membuka kedua telapaknya.
“Ck...kali ini kamu menang,” balas Li Tian yang menarik keluar selembar uang merah dari balik pakaian bela dirinya dan memberikan nya kepada Gerard.
Kemudian Gerard menoleh melihat seorang pria lagi yang duduk di sebelahnya dan sedang termenung menatap buku hologram di depannya,
“Oi kamu juga bayar,” ujar Gerard.
“Aku bayar ? aku kan ga ikut taruhan,” jawab Cylde.
“Kamu ada di sini dan menyaksikan semuanya dari awal sampai akhir, sekarang bayar, enak saja nonton gratis,” balas Gerard.
“Ck...ok, kali ini saja,” balas Cylde yang mengambil selembar uang merah dari dalam kantung jaket nya.
“Sip, senang berbisnis dengan kalian,” ujar Gerard sambil memasukkan uangnya ke dalam jas nya.
“Grrrr...dasar mafia,” gumam Li tian dan Cylde bersamaan.