Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Pernikahan dadakan
Nina, berprasangka baik lah terhadap tuan Aldi, dia laki-laki baik, buktinya untuk mengenal mu ia memilih menikahi mu terlebih dahulu, bukankah kau juga menginginkan laki-laki yang pemberani seperti dia, yang berani langsung meminta kau di hadapan keluarga mu?
Kurang apa lagi coba?
Oke, bisa jadi dalam hal keberanian tuan Aldi adalah tipe ku, tapi untuk pernikahan aku nggak ingin yang seperti ini, kenapa harus nikah siri?
Bukankah tadi sudah di jelaskan secara gamblang, ia menginginkan sebuah kesucian dan kehalalan dalam sebuah hubungan.
Harapan Nina pupus sudah, setelah apa yang terjadi beberapa menit yang lalu, ia mendambakan sosok laki-laki Soleh yang Akan menjadi suaminya kelak, yang dapat menjaga shalat 5 waktunya, punya hafal Al-Qur'an, bahkan ia berkeinginan meminta mahar sebuah hafalan surat dalam Al-Qur'an yaitu surah Ar-rohman, dengan berharap pada Allah pernikahannya yang akan di bangun penuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Ceklek
Pintu kamar Nina di buka oleh sang ibu
Nina masih termenung, bahkan ia tidak menyadari kehadiran sang ibu.
" Nak!" Bu Maryam menghampiri anak semata wayangnya dengan lembut
" Ibu!" Tangis Nina pecah
"A- apa yang harus Nina lakukan?"
" Sayang!" Bu Maryam mengelus kepala Nina yang terbalut kerudung, tidak terasa air mata nya turut meleleh melihat sosok sang anak yang menjadi penyejuk hatinya, kini tengah menangis sesenggukan hanya karena ada laki-laki yang melamar dan ingin menikahinya.
" Nak, ibu tidak akan memaksa, ikutilah kata hatimu, jangan sampai keputusan yang kamu ambil nanti, akan menjadi penyesalan di kemudian hari!" Ucap bu Maryam dengan bijak
" Hiks, a- aku bingung Bu, kalau aku tolak takutnya nanti jadi fitnah, tapi kalau di lanjut aku juga takut Bu haaaa....!" Tangis Nina benar-benar menyesakan dada
" Sayang, lihat ibu nak!"
Nina pun menatap sang ibu
"Luruskan niat mu, jangan kau pikirkan masa yang belum datang, pasrahkan semua urusan mu pada Allah!"
Deg
Kata-kata itu benar-benar mengena di hati Nina, bahkan sampai terngiang-ngiang di pendengaran nya, ia juga seolah menemukan jawaban dari pertanyaan hatinya.
Tanpa berfikir lagi Nina menghapus air matanya ia mengambil wudhu dan melaksanakan shalat istikharah, dengan harapan Allah menetapkan hatinya dalam mengambil keputusan yang sangat berharga dalam hidupnya
Lain Nina lain juga Aldi, laki-laki itu malah senyum-senyum sendiri mengingat ulah yang telah di lakukan nya tadi pada permpuan yang sudah berlabuh di hatinya
" Kau benar-benar lucu permpuan bodoh, apa lagi saat sedang berargumentasi!" Gumam Aldi lirih
Keputusan Aldi sudah final, ia sudah yakin dengan apa yang di pilih nya, sekarang ia sedang mempersiapkan diri menemui keluarga Nina
" Aji, apa semua nya sudah siap?" Tanya Aldi saat sudah di dalam mobil
" Untuk saksi dan penghulunya sudah siap tuan, tinggal maharnya yang belum ada!"
" Untuk mahar, sudah saya siapkan berupa uang 50 juta, terlalu sedikit nggak sih, tapi kalau mau di tambahin juga sudah tidak keburu!"
" Itu sudah lebih dari cukup tuan, non Nina bukanlah permpuan matre!"
Tanpa terasa Aldi pun telah sampai di kediaman Nina, banyak para warga yang menyambut kedatangannya, begitu juga dengan keluarga Nina, mereka begitu hangat walau baru pertama kali bertemu, terlihat Ningsih beserta suami dan anak-anak nya tengah duduk lesehan beralaskan tikar, terlihat juga ustadzah Alya beserta suaminya turut meramaikan rumah yang sederhana itu.
Kali ini Aldi juga menahan egonya, untuk tidak acuh terhadap orang-orang yang ada di sana, bahkan ia dengan bangga nya menyalami satu persatu laki-laki yang hadir di sana.
Setelah di persilahkan duduk di tempat akad ,Aldi menengok kanan kiri mencari sosok permpuan yang akan di nikahin nya
" Gimana nak Aldi, apa sudah siap?" Tanya laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai wali Nina
" Ya, saya siap pak!" Ucap Aldi tegas
" Baiklah kalau begitu, kita mulai proses ijab Kabul nya!"
Aldi menjabat tangan laki-laki itu dan mengucapkan ijab qobul dengan satu tarikan nafas, sampai penghulu mengucapkan kata
" Sah!"
" Sah" di ikuti para saksi
Penghulu itu pun melantunkan doa untuk kedua mempelai, begitu juga yang hadir mereka ikut mengaminkan doa yang di panjatkan oleh sang penghulu
Di sebuah ruangan terlihat Nina yang kembali menangis merenungi nasibnya, bahwa saat ini sudah diperistri laki-laki yang tidak diharapkan kehadirannya,
Laki-laki yang sudah menghancurkan impiannya.
Dengan langkah gontai di temani sang ibu ia berjalan menemui laki-laki yang sudah menjadi suaminya