Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Anda kelihatan lelah, Ratu" ujar Jane pagi ini.
Tentu saja Keira lelah. Dia baru saja menikmati waktu yang menyenangkan dengan Jenderal Malone. Bersama para kuda Aetherlyn yang menakjubkan.
"Iya" jawab Keira.
"Ini pasti karena kereta kita yang kecil dan tidak sebagus yang dipakai wanita licik itu. Raja sungguh jahat. Memberi kita kereta jelek dan setelah sampai di Aetherlyn, tidak memperkenalkan Anda sebagai Ratu. Membuat wanita licik itu lebih dikenali sebagai Ratu. Karena selalu berada di sisi Raja"
Jane tampak kesal sekali dan Keira tidak bisa menyalahkan pelayannya itu. Bagaimanapun, apa yang dialami Jane semua adalah kesalahan Keira. Karena dia diabaikan, maka semua orang didekatnya akan mengalami hal yang serupa.
"Maafkan aku" ucap Keira menghentikan rentetan keluhan Jane.
"Tidak Ratu. Anda tidak salah. Saya yang salah karena terus mengeluh"
Hari kedua di Aetherlyn. Keira harus mengikuti Raja dan wanita liciknya pergi melihat pusat pelatihan prajurit. Karena Aetherlyn sangat terkenal dengan kualitas prajurit terbaik di kerajaan. Seperti Jenderal Malone.
Mengingat apa yang dia lakukan dengan Jenderal Malone pagi ini, membuat Keira tersipu. Lalu, muncullah beberapa pria yang menyambut rombongan kerajaan.
Semua pria itu memiliki badan tinggi, besar dan berotot. Membuat mata Keira tidak berhenti menatap.
"Mereka adalah prajurit yang telah menjalani pelatihan selama kurang lebih lima tahun. Awal tahun ini, mereka akan siap dikirim ke kerajaan. Untuk memperkuat pasukan pengamanan Raja" jelas kepala pusat pelatihan.
"Ratu, mereka seperti beruang besar yang siap bertarung" komentar Jane terpukau. Keira juga berpikir sama. Semuanya tampak seperti beruang coklat besar yang siap untuk perang. Lalu, sudut mata Keira menangkap sesuatu yang menarik.
Di belakang rumah pelatihan, dia melihat seorang prajurit yang menyiramkan air ke tubuhnya. Bagian tubuh atas yang telanjang itu tampak begitu menggoda. Membuat Keira harus menelan ludah dengan paksa.
Apa Jenderal Malone yang tidak memakai baju akan terlihat seperti itu? Dia pasti tidak akan bisa menahan diri kalau Jenderal Malone menjaganya dengan tampilan seperti itu.
"Ratu ... Ratu" panggil Jane menyadarkan Keira dari lamunan kotornya.
"Oh iya. Mereka terlihat sangat tangguh" jawabnya berusaha menghilangkan bayangan Jenderal Malone yang bertelanjang dada di pikirannya.
Kunjungan berjalan singkat dan tak lama makan siang telah disiapkan. Tapi ... Ada keributan terjadi di depan aula penyambutan.
"Raja!"
Jenderal Malone mengganggu makan siang dan berbisik ke Raja. Segera pria jahat itu berdiri dan melihat ke arah Nona Mary.
"Sebaiknya Mary dan Ratu lebih baik tetap disini dan melanjutkan makan siang" kata Raja lalu pergi. Keira yang penasaran, segera memberi kode pada Jane. Untuk mencari tahu.
Ternyata keributan itu dipicu oleh keluarga si wanita licik. Lebih tepatnya, kakak wanita licik yang merupakan mantan prajurit Aetherlyn.
"Sepertinya kakak Nona Mary ingin melihat adiknya tapi dihalangi oleh prajurit kerajaan" jelas Jane saat mereka sudah berada di kamar.
Di kehidupan yang dulu, keributan seperti ini juga pernah terjadi. Pelakunya tidak lain adalah kakak dari wanita licik itu. Mantan prajurit kerajaan yang kehilangan satu kakinya akibat perang.
Salah satu bawahan Jenderal Malone yang akhirnya naik pangkat hanya karena adiknya memikat hati Raja saat berkunjung ke Aetherlyn untuk pertama kali.
Saat itu, Keira mendengar kalau kakak wanita licik memiliki masalah judi yang berat. Menghabiskan semua harta benda keluarga yang sebagian besar merupakan pemberian Raja.
Tapi masalah ini tidak pernah menjadi besar. Karena sebagai adik ipar yang baik, Raja kembali memberikan uang cukup banyak. Untuk mengatasi masalah keuangan keluarga wanita licik itu. Hanya saja, kakak wanita licik itu tidak pernah berhenti berjudi. Akan mengalami kerugian lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya terpaksa disingkirkan oleh Raja. Dengan cara dipenggal. Atas persetujuan wanita licik yang tidak lain adalah adiknya sendiri.
"Masalah wanita licik itu tidak berhubungan dengan kita. Lebih baik tidak mencari tahu lagi"
"Baik Ratu"
Mary geram. Dia melihat kakak yang berjalan dengan tongkat ke arahnya. Dengan senyum lebar, setelah menyebabkan keributan yang memalukan.
"Kau pasti memiliki banyak uang. Raja sangat menyayangimu. Bahkan tidak memandang Ratunya. Jadi, kau pasti menguasai semua harta kerajaan di tanganmu sekarang" ucap kakaknya.
"Aku sudah memberimu cukup banyak uang sebelum berangkat ke istana" jawab Mary menahan amarahnya.
"Sudah habis. Semua sudah habis. Jadi kau harus memberiku lagi"
"Kau gila!! Semua uang itu bahkan bisa digunakan untuk membeli sebuah kota!"
"Tapi apa yang kulakukan telah memberimu kesempatan memiliki sebuah istana dan kerajaan" tegas kakaknya.
Mary terdiam. Dia tidak bisa mengabaikan kenyataan itu.
"Aku akan memberikannya saat pergi dari Aetherlyn. Jangan mengganggu kami lagi selama disini!!" katanya lalu berharap kakak yang tidak berguna itu cepat mati.
"Sangat baik. Kakak akan selalu mendoakan cinta Raja padamu tidak akan pernah padam. Agar kau bisa menaiki tangga kekuasaan menjadi seorang Ratu"
Mary tidak tahan lagi, dia bangkit dari kursi dan menampar kakaknya yang kemudian jatuh ke atas lantai.
"Jaga mulutmu!!" ancamnya. Tapi pria berkaki satu itu tersenyum lebar lalu berusaha keras untuk berdiri kembali.
"Kenapa? Bukankah doaku terdengar tulus? Dan kau juga harus membayar semua pengorbananku yang berani memotong kakiku sendiri. Hanya agar Raja mau datang jauh ke Aetherlyn!"
"Itu adalah keputusanmu sendiri. Karena tidak ingin lagi berperang"
"Tapi itu mendatangkan keuntungan untukmu"
"Aku menarik perhatian Raja dengan usahaku sendiri. Tidak ada hubungannya dengan kakimu yang terpotong"
"Kau pikir Raja akan melihatmu kalau aku normal? Raja hanya akan memberiku uang pensiun melalui Malone. Tidak akan pernah datang kemari. Karena aku memotong kaki, kau bisa menjalani hidup seperti sekarang"
Selalu seperti ini. Paria yang menyebut dirinya sebagai kakak ini selalu mengingatkan Mary atas jasanya. Padahal, Mary sengaja mandi di air terjun selama berjam-jam hanya agar Raja yang melewati tempat itu melihatnya.
"Aku hanya memiliki kalung dan gelang emas. Semua harta kerajaan masih berada dalam pengawasan Raja dan penasehat. Bahkan Ratu juga tidak bisa mendapatkannya dengan mudah" jelas Mary lalu memberikan kalung dan gelang emas yang diberikan Raja Minggu lalu.
"Cepatlah mengandung. Agar kau bisa menggeser wanita dari Nemorosa itu keluar dan menjadi Ratu"
"Kau pikir aku tidak berusaha?"
"Tapi wanita dari Nemorosa itu cantik juga. Meski gaunnya sederhana, dia tetap saja menonjol dengan rambut dan wajahnya. Kau harus berusaha keras, adikku!" ejek kakak Mary lalu pergi.
Ingin sekali dia berteriak tapi Raja yang datang dengan cepat menghentikannya.
"Mana kakakmu?" tanya Raja.
Mary menahan diri dan segera bergelayut manja ke Raja.
"Dia sudah pergi. Hanya ingin menyapa tapi oleh prajurit dihentikan karena sedikit mabuk" kata Mary berusaha membuat kakaknya tampak baik di depan Raja.
"Aku akan menghukum prajurit yang menahan kakakmu"
"Raja tidak perlu melakukan itu. Kakak saya juga salah. Anda tidak boleh menghukum orang dengan kesalahan kecil seperti itu" rayu Mary.
"Kau memang memiliki hati yang baik" puji Raja membuat hati Mary sedikit lebih baik. Tapi dia tidak boleh terlalu berhati-hati lagi. Dia harus membuat Raja benar-benar tidur dengannya. Mengandung anak Raja dan segera mengusir Ratu. Agar dia bisa menjadi Ratu yang seutuhnya. Dan mendapat semua harta kekayaan yang harusnya dimiliki oleh Ratu.