Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagai pinang dibelah dua
"Kakak sungguh tidak nyaman dengan penampilan seperti ini, Amara!" Protes Naina saat melihat penampilannya yang baru di depan cermin. Tiada lagi kaca mata tebal yang menutupi mata indahnya. Dan tiada lagi rambut yang selalu terkepang itu karena kini rambutnya sudah di sulap Amara menjadi lurus tergerai indah.
"Sebentar lagi Kakak juga akan terbiasa!" Cetus Amara sambil menatap berbinar mahakaryanya yang sangat indah di depannya. Penampilan Naina saat ini sunggu berbubah dari pada penampilannya yang sebelumnya.
"Tatak..." Suara bocah kecil yang masih terdengar lucu itu mengalihkan pandangan Naina dan Amara ke sumber suara dimana gadis kecil yang sudah nampak rapi dengan pakaian barunya dan rambut ekor kudanya tengah menatap bingung ke arah mereka.
"Zeline... Kemari sayang..." Ucap Amara merentangkan tangannya.
Zeline pun berjalan cepat ke arah Amara kemudian terbenam ke dalam pelukan Amara.
"Kenapa Tatak Nai telihat aneh..." Cicit gadis itu menatap berkedip-kedip pada Naina.
Amara tertawa kecil. "Kakak Nai cantik bukan?" Tanya Amara mengelus puncak keponakannya.
Zeline mengangguk polos. "Zel hampil saja tidak mengenalinya." Ucapnya dengan kening mengkerut.
Naina tersenyum. "Apa Kakak terlihat aneh saat ini, hem?" Tanya lembut.
"Tidak... Tatak telihat lebih tantik walaupun lebih tantikan Zel kemana-mana." Balasnya mengikuti ucapan Amara yang pernah didengarnya.
"Kau ini bicaralah dengan benar. Panggil Kakak bukan Tatak." Ucap Amara menekan hidung Zeline.
"Aw... Hidung Zel takit ini..." Amuk Zeline memegang hidungnya yang memerah.
"Lagi pula kau itu selalu saja memanggil Kakak dengan tidak benar." Timpal Amara tanpa rasa bersalah.
"Amara..." Ucap Naina saat wajah Zeline sudah berubah masam.
"Ya, ya... Baiklah... Ayo kita keluar. Ayah dan Ibu sudah menunggu di luar." Ajak Amara.
Dengan langkah malas Naina pun mengikuti langkah adiknya bersama dengan anaknya keluar dari kamar. Ia sungguh benar-benar merasa tidak nyaman dengan penampilan barunya saat ini.
"Naina..." Ibu merasa terkejut melihat penampilan putrinya yang baru. Kemudian pandangannya beralih pada wajah cucunya yang menggambarkan wajah Naina. "Kau dan Zeline benar-benar mirip." Ucap Ibu dengan mata berkaca-kaca.
"Putri Ayah cantik sekali..." Puji Ayah menatap sayang pada putri sulungnya.
"Siapa dulu dong yang merubah penampilan Kakak... Amara...!" Seru Amara menepuk dadanya.
"Tatak telihat mirip Zel, Bu?" Tanya Zeline yang sudah duduk dipangkuan Ayah.
Ibu mengangguk. "Ya... Kau mirip sekali dengan Kakak Nai..." Balas Ibu menahan sesak di dadanya.
"Nai merasa tidak nyaman seperti ini, Yah..." Keluh Naina menjatuhkan tubuhnya di samping ayahnya.
"Lambat laun juga akan terbiasa, sayang..." Balas Ayah mengelus lembut rambut putrinya.
Matahari semakin naik ke permukaan. Keluarga kecil itu pun sudah mulai bersiap-siap untuk keberangkatan mereka kembali ke kota sore hari nanti.
"Kita tidak akan tinggal di sini lagi ya, Bu?" Keluh Zeline saat semua orang mulai sibuk memasukkan barang-barang ke dalam mobil.
"Kita akan kembali ke sini suatu saat nanti, sayang... Saat ini kita harus tinggal di kota menemani Ayah dan Kakak Amara di sana." Ucap Ibu mengelus rambut cucunya.
Wajah gadis kecil itu nampak sendu. Pandangannya mengeliling dari teras rumah seperti mencari keberadaan seseorang.
"Kau sedang mencari siapa bocah kecil?" Ucap Amara melihat pergerakan Zeline.
Zeline menatap sendu pada Amara. Hingga membuat wanita itu nampak bingung.
"Zel sedang mencali keberadaan Blyan. Biasanya Bly suka lewat di depan lumah kita, Tak." Ucap Zeline dengan cemberut.
"Ada apa kau mencari Bry?" Tanya Amara.
"Zel ingin belpamitan padanya untuk pelgi ke kota." Balas Zeline dengan polosnya.
***
Semakin kencang komennya... Votenyaa... Dan likenya... Maka author akan semakin rajin upnya☺ Sebagai bentuk dukungan atas karya author yang baru.
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣