Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-26
Ani menyeret tubuh puteranya menuju kamar dengan kepayahan.
Setibanya didalam kamar, ia memeriksa beberapa luka dibagian wajah dan juga tubuh puteranya. Wanita itu tak dapat mempercayai hal ini, karena seharusnya Tony membawa pulang uang yang mereka sudah rencanakan sebelumnya.
"Dasar Tony! Urus si Tafasya saja gak becus!" ia terlihat sangat kesal. Kemudian mengambil tisu basah untuk membersihkan cairan pekat yang mengalir dari lubang hidung pemuda itu.
Sementara itu, Tafasya yang berada didalam kamar barunya mengedarkan pandangannya melihat seisi kamar yang tanpa ornamen apapun.
Ia membaringkan tubuhnya diranjang, dan mencoba mengingat aroma khas tubuh sang pahlawan yang selalu menyelamatkannya.
"Apakah itu mas Arya?" gumannya dengan lirih. Ia sangat hafal watak dari mantan suaminya itu. Dimana pria itu adalah sosok yang sangat lembut dan tidak pernah menyakiti siapapun.
Entah setan apa yang merasukinya sehingga membuat ia harus mengikuti segala permainan dari ibu dan adik yang saat ini diragukannya.
"Jika benar mas Arya? Mengapa ia mengurungku disini?" segala pertanyaan muncul dibenaknya, dan semua sangat rumit. "Apakah ia akan menyusun rencana untuk membalas dendam padaku?" wanita itu menimpali gumanan nya.
Sementara itu, Arya mengemudikan mobilnya menuju sebuah bandara. Ia menunggu kedatangan puteranya yang akan tiba bersama dua orang bodyguard yang mengawalnya.
Ia sengaja memilih jadwal tiba malam untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Sebenarnya pria itu berat untuk membawa pulang puteranya, akan tetapi Rayan mengatakan rindu padanya, dan ingin melihat ibunya. Entahlah, perasaan bocah terkadang sulit untuk ditebak.
Ia sudah bersikeras untuk membuat puteranya mengerti, tetapi semua tidak dapat ia kendalikan, dan terpaksa mengalah untuk menjaga mental puteranya.
Waktu menunjuk pukul sebelas malam. Suasana masih ramai oleh orang yang menjemput para penumpang dibandara.
Sedangkan Arya memilih menunggu ditempat yang dijanjikan sebelumnya.
Sebuah mobil berwarna hitam menghampirinya yang menepi didepan sebuah taman. Ia membuka pintu depan, seorang bocah laki-laki bergegas masuk dan mendekapnya.
"Ayah," teriaknya dengan begitu senang. Ia tak lagi dapay melukiskan kebahagiaannya saat ini setelah berpisah sekian lama dengan pria yang membuat hidupnya begitu sangat berarti.
"Iya, Sayang. Apa kabarmu," ia membalas dekapan puteranya dengan penuh cinta kasih.
Lalu keduanya melanjutkan perjalanan menuju pulang.
*****
"Uhuuuuuk...," Tony terbatuk saat merasakan dadanya terasa nyeri.
Ia tahu jika pinggangnya masih ngilu akibat tendangan Tomy malam tadi, akan tetapi rasa sakit kian menjalar dibagian dadanya. Ia merasakan sesak dan membuat sekujur tubuhnya terasa sangat nyeri.
Ia melihat rumah sangat sepi dan tak menemukan ibunya dimana. Bahkan wanita itu tak membawanya berobat untuk mendapatkan pemanganan dari luka yang dialaminya.
Ia merasakan hidungnya tersumbat. Sepertinya cairan pekat itu mengering dan menyumbat jalur pernafasannya.
"B-Bu," ucapnya terdengar bindeng karena pengaruh tulang hidungnya yang patah.
Ia tak mendengar sahutan. Pemuda itu berusaha untuk bangkit, tetapi kepalanya terasanya sangat berat.
Sementara itu, seorang wanita paruh baya berusaha menerobos masuk kedalam pagar rumah yang dijaga ketat oleh dua orang bodyguard.
"Hei, aku ini mertua dari Arya, maka jangan kurang ajar!" ucap Ani saat mencoba melawan dua orang berpakaian serba hitam itu.
"Kami dilarang untuk memberikan ijin masuk kepada siapapun yang tidak memiliki tanda pengenal khusus tamu!" sang bodyguard juga bersikeras untuk menahannya masuk.
"Oma," panggil seorang anak kecil berseragam TK yang mana ia harus sudah masuk sekolah karena sudah sangat lama libur.
Sebenarnya sang ayah sudah memindahkannya ke sekolah yang baru, akan tetapi ia meminta kembali le sekolah yang lama.
Seketika wajah Ani berubah sangat drastis. Ia tersenyum sangat sumringah.
"Cucu oma. Sini, Sayang." Ani mengulurkan kedua tangannya untuk menyambut bocah tersebut dengan senyum palsunya.
Saat tangan itu hampir sampai, Arya menggendong sang putera kecilnya untuk masuk kedalam mobil.
"Kamu berangkat kesekolah saja ya, Sayang," Arya meminta sopirnya untuk membawa Rayan pergi kesekolah, sedangkan Ani menatapnya dengan sorot mata yang penuh kekesalan.
Rayan yang masih bingung, terpaksa pergi kesekolah dengan tatapan penuh penasaran dalam pengintaiannya dibalik kaca mobil.
Setelah mobil yang ditumpangi Rayan pergi, Arya berbalik menatap Ani dengan begitu dingin. "Pergilah dari tempat ini, karena aku tidak ingin berdebat dengan wanita," ucapnya dengan datar.
Wanita paruh baya itu tersentak kaget mendengar ucapan menantunya tersebut.
"Hei, Arya! Kamu jangan sombong karena sudah kaya. Aku ini mertuamu, dan demi Rayan, kamu harus balikan dengan Tafasya!" ucap Ani dengan lantang. Ia sangat berharap dapat mengambil keuntungan dari rujukan keduanya.
Arya melipat kedua tangannya didada. Ia masih menatap wanita itu dengan dingin. "Bukannya waktu kalian memintaku menceraikannya? Lalu mengapa sekarang memaksa untuk rujuk?"
Ani gelagapan. Ia tampak bingung untuk menjawab apa. "Ya, semua itu untuk Rayan,"
Arya tersenyum sinis. "Untuk Rayan atau keuntungan kalian?" sindirnya.
Wanita paruh baya itu semakin kesal dengan sindiran dari Arya. "Kamu ini jangan su'udzon, semua ini demi kebaikan Rayan," Ani kembali mengeaskan alasan palsunya.
Arya menghela nafas berat. "Pergilah, aku tidak ingin berdebat dengan wanita. Dan satu hal harus kalian ingat, jangan pernah dekati Rayan!"
Ani membolakan kedua matanya. "Tidak bisa begitu. Aku juga dapat merawatnya, asalkan kau memberikan uang bulanannya untuk merawat Rayan,"
Pria itu tertawa sinis. "Tidak perlu, aku bisa merawatnya sendiri!"
"Aku juga berhak merawatnya!" Ani semakin berani.
"Tidak ada hak disana, karena kamu bukan omanya!" sahut Arya menegaskan.
Seketika Ani tercengang. Ia merasakan ucapan Arya sangat mengena dihatinya. "A-apa maksudmu?" tanya wanita itu dengan terbata.
"Yang jelas aku mengetahui sesuatu hal, jauhi Rayan atau aku akan membongkar semuanya dihadapan Tafasya!" ancam Arya dengan tatapan tajam.
Seketika Ani merasakan degub jantungnya menderu dengan kencang. "K-kau! Siapa kau?" Ani merasakan gugup yang berlebihan.
"Tidak perlu mencari tahu, yang pastinya aku adalah ayah Rayan, dan jangan pernah datang ketempat ini lagi!" Arya memutar tubuhnya dan meninggalkan wanita paruh baya nan licik itu.
Ia memasuki mobilnya dan mengemudi secara perlahan, lalu meninggalkan Ani yang masih tercengang menatapnya.
Para bodyguard memaksa wanita itu untuk menjauh dari pintu gerbang dan Ani tak dapat menahannya, karena tenaga mereka jauh berbanding dengannya.
Arya mengemudi menyusuri jalanan yang saat ini ramai oleh orang berlalu lalang yang akan beraktifitas sesuai dengan kebutuhannya.
Saat lampu merah menyala. Ia menghentikan mobilnya dan menatap para pengendara lainnya yang sama mengantri untuk menunggu lampu hijau menyala.
Sesaat pandangan matanya melihat seorang wanita muda berhijab yang menggunakan sepeda motor matic ikut berhenti dilampu merah dan mereka terpisahkan oleh sebuah mobil disebelahnya.
Arya menatap wanita muda itu untuk beberapa saat. Setengah jiwanya yang kosong terasa kembali saat melihat wanita itu tersenyum pada seorang bayi perempuan yang berada digendongan ibunya dimotor depan tepat doa berhenti.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor