Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KISAH DI BALIK KEHANGATAN RUMAH
Waktu terus berjalan, dan kehidupan Alfatra, Ariana, serta kedua anak mereka, Kirana dan Arsa, penuh dengan dinamika yang mengajarkan banyak hal. Rumah kecil mereka menjadi tempat tumbuh cinta, tempat belajar dari kesalahan, dan tempat menemukan arti kebahagiaan sejati. Di balik kehangatan itu, ada momen-momen kecil dan besar yang perlahan membentuk keluarga ini menjadi semakin kuat.
Kirana: Menjadi Kakak yang Lebih Dewasa
Sebagai kakak, Kirana mulai menunjukkan perubahan. Meski usianya baru tujuh tahun, ia sudah belajar berbagi perhatian dengan adiknya. Awalnya sulit, tetapi dengan cinta dan bimbingan Ariana serta Alfatra, Kirana mulai menikmati perannya. Ia bahkan sering meminta untuk menggendong Arsa, membantu memilih baju untuknya, atau membaca cerita saat Arsa menangis di malam hari.
“Apa Arsa ngerti cerita aku, Ma?” tanya Kirana suatu malam, dengan ekspresi serius.
Ariana tersenyum, lalu menjawab, “Dia belum sepenuhnya paham, sayang, tapi dia merasa nyaman mendengar suara kakaknya. Itu artinya kamu sudah membantu Mama dan Papa.”
Mendengar itu, Kirana semakin percaya diri. Dia merasa dihargai dan penting dalam keluarganya. Namun, seperti anak-anak lain, Kirana juga terkadang membutuhkan perhatian lebih.
Suatu sore, saat Alfatra sibuk mengurus laporan pekerjaannya, Kirana menghampiri dengan membawa buku gambar.
“Papa, lihat gambarku,” katanya, menarik lengan Alfatra.
“Sebentar ya, sayang. Papa sedang ada pekerjaan penting,” jawab Alfatra tanpa melihat ke arah Kirana.
Mendengar jawaban itu, Kirana tampak kecewa dan meninggalkan ruangan. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Alfatra menyadari kesalahan itu. Ia mendekati Kirana di kamar dan duduk di sampingnya.
“Maaf ya, Kak Kirana. Papa tadi terlalu sibuk. Sekarang Papa mau lihat gambarmu. Coba tunjukkan,” katanya lembut.
Kirana, dengan senyuman lebar, menunjukkan gambar sebuah keluarga kecil di taman. Ada Ariana yang menggendong bayi, Alfatra dengan dasi yang lucu, dan Kirana yang memegang balon.
“Ini gambar kita, Pa. Aku ingin kita pergi ke taman lagi seperti waktu itu,” kata Kirana.
Alfatra merasa terharu. “Tentu, sayang. Akhir pekan ini, kita akan ke taman lagi. Papa janji.”
Ariana: Perjuangan di Balik Layar
Sebagai seorang ibu, Ariana menjalani peran yang penuh tantangan. Bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan, mengurus Arsa yang masih bayi, membantu Kirana mengerjakan tugas sekolah, dan memastikan rumah tetap rapi adalah rutinitas yang melelahkan.
Ada hari-hari ketika Ariana merasa kewalahan, tetapi ia selalu berusaha tidak menunjukkan kelelahannya di depan anak-anak.
“Ma, kamu nggak capek?” tanya Kirana suatu sore saat melihat ibunya mencuci pakaian.
Ariana tersenyum tipis. “Capek sedikit, tapi Mama senang kalau semuanya rapi dan bersih. Kamu mau bantu Mama?”
Kirana mengangguk antusias, mengambil baju kecil milik Arsa dan mencoba melipatnya. Meskipun lipatan itu tidak rapi, Ariana tetap memuji usahanya.
“Bagus sekali, Kak Kirana! Terima kasih sudah membantu Mama,” kata Ariana sambil mengusap kepala putrinya.
Namun, di balik ketegarannya, Ariana juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Alfatra menyadari hal ini.
“Ari, bagaimana kalau akhir pekan ini aku jaga anak-anak, dan kamu ambil waktu sendiri? Pergilah ke salon atau bertemu teman-temanmu,” usul Alfatra suatu malam.
Ariana awalnya ragu, tetapi akhirnya setuju. Hari itu, ia menghabiskan waktu di kafe kecil dengan sahabatnya, berbincang tanpa gangguan. Saat pulang, wajahnya tampak lebih segar dan ceria.
“Terima kasih, Alfa. Aku butuh ini,” katanya sambil tersenyum.
Alfatra: Menjaga Keseimbangan Hidup
Bagi Alfatra, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah tantangan terbesar. Setelah berhasil mendapatkan jam kerja fleksibel, ia menggunakan waktu lebih banyak di rumah. Namun, tidak berarti segalanya menjadi lebih mudah.
Suatu hari, Arsa mengalami demam tinggi. Ariana panik, tetapi Alfatra berusaha tetap tenang. Mereka membawa Arsa ke rumah sakit, dan setelah pemeriksaan, dokter mengatakan itu hanya demam biasa karena tumbuh gigi.
“Kamu selalu tenang, Alfa. Aku kadang merasa terlalu cepat khawatir,” kata Ariana saat mereka pulang dari rumah sakit.
“Karena aku tahu, kalau aku panik, kamu juga akan semakin cemas. Kita harus saling melengkapi, kan?” jawab Alfatra sambil tersenyum.
Kejadian itu membuat mereka semakin menyadari pentingnya kerja sama dalam membangun keluarga.
Kehangatan Malam Hari
Setiap malam, setelah anak-anak tidur, Alfatra dan Ariana meluangkan waktu untuk berbincang di ruang keluarga. Momen ini menjadi waktu mereka untuk berbagi cerita, membahas rencana masa depan, dan saling menguatkan.
“Aku kadang berpikir, bagaimana ya hidup kita kalau dulu kita menyerah?” tanya Ariana suatu malam.
“Kita mungkin tidak akan seperti sekarang, Ari. Tapi aku bersyukur, kita memilih untuk tetap bersama,” jawab Alfatra sambil menggenggam tangan Ariana.
Mereka berbicara tentang banyak hal, termasuk impian mereka untuk anak-anak. Alfatra ingin Kirana tumbuh menjadi seseorang yang percaya diri dan mandiri, sementara Ariana berharap Arsa kelak menjadi anak yang penuh kasih dan tangguh.
“Yang penting, mereka tumbuh dengan cinta,” kata Ariana.
Perayaan Sederhana
Saat Arsa berusia enam bulan, Ariana dan Alfatra mengadakan perayaan kecil di rumah. Mereka mengundang keluarga dekat dan sahabat untuk berkumpul. Kirana tampak antusias, membantu menghias rumah dengan balon-balon warna-warni.
“Aku yang tiup balon, ya, Ma!” katanya sambil membawa setumpuk balon ke ruang tamu.
Saat tamu-tamu berdatangan, suasana menjadi semakin hangat. Mereka semua memuji betapa menggemaskannya Arsa, yang hari itu mengenakan baju bayi dengan motif hewan.
“Dia mirip sekali dengan Alfatra waktu kecil,” kata salah satu kerabat.
Ariana tersenyum sambil melirik Alfatra. “Tapi sifatnya lebih tenang, semoga begitu terus.”
Perayaan itu menjadi momen yang menyenangkan, penuh tawa dan kebahagiaan. Bagi Ariana dan Alfatra, momen seperti ini mengingatkan mereka betapa berharganya keluarga.
Refleksi Akhir
Di malam hari setelah tamu-tamu pulang, Ariana dan Alfatra duduk bersama di ruang tamu, mengamati Kirana dan Arsa yang tidur lelap di kamar mereka.
“Kita sudah melewati banyak hal, Alfa,” kata Ariana pelan. “Dulu aku tidak pernah membayangkan akan ada di titik ini.”
“Aku juga, Ari. Tapi aku tahu, apa pun yang terjadi, selama kita bersama, kita bisa melewati semuanya,” jawab Alfatra, memandang istrinya dengan penuh rasa syukur.
Mereka saling menggenggam tangan, menikmati keheningan malam yang penuh makna.
________
Penutup Bab~
Bab ini menggambarka kehidupan sehari-hari keluarga Alfatra yang penuh dengan dinamika, dari perjuangan kecil hingga kebahagiaan besar. Kehadiran anak-anak tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga membawa cinta dan komitmen antara Alfatra dan Ariana.
Keluarga ini terus belajar dan bertumbuh, membuktikan bahwa cinta, pengertian, dan kerja sama adalah kunci untuk menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Babak baru dalam perjalanan mereka baru saja dimulai, dan mereka siap menghadapi apa pun yang datang bersama-sama.