Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB LIMA
"Kamu Aldo kan?" tanya Rika saat duduk dekat Aldo atau cowok cuek yang ditemui oleh Hera di kampus.
"Siapa ya?" tanya teman Aldo heran. "Kamu kenal dengannya Aldo?" tanya teman Aldo lagi. Aldo hanya menggeleng sebagai jawaban. Aldo dan temannya melanjutkan obrolan seputar bisnis.
"Aldo. Ini aku Rika, kita dulu satu sekolah saat SMP, di kota ini juga." ucap Rika mengingatkan Aldo.
"Saya tidak ingat." jawabnya singkat. "Sudah lah, sana-sana, ganggu saja." ujar teman Aldo melanjutkan obrolan seputar bisnisnya. Aldo memang mengambil jurusan Keperawatan di Kurnia Jaya dan temannya jurusan Apoteker di Kota M.
Mereka datang untuk rencana bisnis mereka, Aldo sebagai perawat yang akan merawat pasien sedang temannya di apotek. "Cocok jika kita membuka Klinik di Kota P, masih sangat berpeluang dari pada di Kota M." ucap temannya.
"Ish mereka benar-benar cuekin aku." gumam Rika pelan meninggalkan Aldo dan temannya. Di tempat duduknya Hera hanya tersenyum meledek karena Rika dicuekin sama sepertinya.
"Cuek banget dia. Dasar Aldo! Dia itu teman SMP aku Hera. Masak lupa sama aku." ucap Rika tidak terima jika dia sudah tidak dikenalinya.
"Oh. Emang sudah lama sih." jawab Hera asal, dia sudah memesak minuman dan makanan untuknya dan juga Rika.
"Ayo makan." ajak Hera menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Dia biarkan Rika mengomel yang belum juga kelar.
"Sudah. Ayo makan dulu, isi tenaga baru labrak dia." ucap Hera asal, akhirnya dituruti oleh Rika.
"Kok aku nasi goreng juga?" tanyanya sambil makan. "Padahal pengen kapurung." ucapnya lagi.
"Besok bikin sendiri." ucap Hera asal. Dalam hati Hera kesal pada sahabatnya, sudah lama nyamperin cowok, sudah dipesankan makanan masih saja ngomel.
"Bener ya?" tanya Rika antusias melanjutkan makan nasi goreng pesanan Hera. Hera hanya mengangguk saja supaya segera selesai urusan.
Usai makan nasi goreng, mereka pulang dengan menaiki motor Rika. Sesampainya dilampu merah mereka melihat Rudi sahabat mereka.
"Itu kayak Rudi." gumam Hera tidak yakin. "Rika." panggil Hera agak keras.
"Hhhmmm, ada apa?" tanya Rika fokus pada lampu yang akan berubah ke warna hijau. "Kenapa sih?" setelah melewati lampu lalu lintas.
"Kamu tadi lihat Rudi gak? Kayaknya dia deh! Tapi kok ada di Kota P ya?" tanya Hera penasaran. Mereka menggunakan motor Honda Revo kesayangan Rika. Kendaraan melaju sedang demi mendengar ucapan Hera.
"Gak tuh. Aku fokus dengan lalu lintas, macet kayak gitu! Kalau gak ku perhatikan bahaya Ra. Emang kamu lihat dia naik apa?" tanya Rika penasaran sambil melirik Hera pada kaca spion sebelah Kiri.
"Dia naik motor Ka, baru dia bonceng cewek. Apa aku salah lihat ya?" ucap Hera lagi sambil mengingat bahwa itu Rudi atau bukan.
"Bukan kali, dia kalau pulang selalu berkabar kan!" sahut Rika cepat. Memang benar kata Rika jika mereka semua di Kota P akan ketemu dan berkumpul apalagi tetangga. "Lagian dia baru sebentar di Kota M, masak dah balik." imbuhnya.
"Eh, Rudi di Kota B, yang di Kota M itu Hasyim tahu! Gimana sih." sahut Hera cepat, karena memang orang tua Rudi yang pindah ke Kota B.
"Tapi Rudi juga mau lanjut di Kota M tahu!" sahut Rika cepat. Rika dan Hera bersahut-sahutan mempertahankan argumennya tentang Hasyim dan Rudi sang sahabat.
"Entah-lah." ucap Hera, lebih baik dia mengalah dari pada debat dengan Rika yang cerewet gak ada habisnya.
"Nanti kita buktikan langsung di rumahnya." ucap Rika masih mempermasalahkan tentang keberadaan Rudi serta dimana dia melanjutkan pendidikan.
"Iya-iya. Emang mau langsung kesana?" tanya Hera. "Kita bawa barang loh, gak malu sama tetangga." imbuhnya.
"Entar malam gimana?" tanya Rika memastikan. Sudah dekat perjalanan mereka menuju rumah. Ternyata lama juga bercakap hanya membahas Rudi, pikirnya.
"Terima kasih Rika." ucap Hera turun dari motor Rika, dia lambaikan tangan karena Rika langsung pulang. Setibanya di rumah, Hera masuk ke dalam rumah dengan mengucapkan salam.
"Ibu mana ya?" gumamnya pelan masuk rumah langsung ke kamarnya menyimpan barang belanjaannya. Kemudian menuju dapur untuk melihat keberadaan ibu Rosita sekalian minum.
"Ibu dari mana?" Hera menuju ruang tamu, melihat sang ibu yang baru masuk rumah. Ibu Rosita membawa pisang masak dari tetangga.
"Dari rumah ibu Setia. Dapat rezeki pisang masak. Bagi-bagi rezeki disana, tadi ayahnya Hasyim yang bawa." jawab ibu jujur sambil duduk dikursi santai.
"Mantap itu bu. Bisa digoreng-goreng. Oya bu, ibu tahu gak Rudi dimana?" tanya Hera penasaran, sempat ibu Rosita tahu informasinya.
"Ah tidak tahu ibu informasi itu, memangnya kenapa kamu tanya Rudi? Bukan kah dia sahabatmu nak?" tanya ibu heran. Seharusnya Hera tahu tentang Rudi karena sahabatnya.
"Tadi aku lihat Rudi di lampu merah bu. Kayak dia tapi kayak bukan juga, baru cewek yang dibonceng bu." jawab Hera antusias.
"Tapi lama ibu gak pernah ketemu Rudi. Dia lanjut kuliah kah? Katanya ibunya pindah ke Kota B." ucap ibu Rosita lagi. Pasalnya Rudi tetangga paling ujung dan Rika tetangga beda lorong atau pas pertigaan.
"Itu betul bu, Rudi pernah cerita katanya orang tuanya mau pindah dan dia mau kuliah di Kota M sama seperti Hasyim. Memangnya rumah Rudi dijual ya bu?" tanya Hera. Mereka malah bergosip tidak bergegas mandi dan memasak padahal waktu sudah masuk ashar.
"Tidak kayaknya nak, kan masih ada saudara Rudi yang di Kota LU, biasa juga datang ke rumah itu. Bisa dibilang rumah singgah kalau ada keperluan mendesak di Kota ini." jelas ibu Rosita yang mengetahui tentang saudara Rudi yang lainnya.
"Oh begitu bu." jawab Hera singkat sambil manggut-manggut.
"Kamu tadi dari kampus kok tumben lama pulang?" tanya ibu Rosita mengalihkan pembicaraan.
"Iya, tadi ketemu Rika di kampus bu. Diajak ke Pusat Perbelanjaan jadi ku temani. Setelah itu pulang malah ketemu yang mirip Rudi bu." jawab Hera jujur pada ibu.
Pasalnya Hera tidak begitu dekat dengan Rudi, berbeda saat Hera dengan Hasyim karena rumahnya saja hanya berjarak beberapa meter saja.
Persahabatan antara Hera, Rika, Hasyim, dan Rudi terjalin sejak Sekolah Dasar. Tetapi Rudi merupakan kakak kelas Hera yang tidak naik kelas, makanya mereka jadi satu kelas. Saat di SMP Rika sempat bersekolah di tempat yang berbeda meski pada akhirnya ketemu kembali di sekolah yang sama.
Begitu juga saat SMA mereka di sekolah yang sama. Gank Hera diberi nama Kepompong.
"Iya sudah. Sudah makan dan sholat?" tanya ibu penuh selidik. Pasalnya Ibu Rosita dan Ayah Rahim termasuk yang paham agama, sehingga mereka mendidik anak-anaknya untuk mengutamakan sholat dimana pun kita berada.
"Sudah dzuhur bu, ashar belum. He-he-he." jawab Hera cengengesan. "Aku masuk bu." pamitnya lalu berlalu pergi ke kamarnya. Hera berniat sekalian mandi supaya segar baru wudhu dan sholat.
Usai dengan rutinitasnya membersihkan badan dan melaksanakan kewajiban. Hera membantu ibunya didapur.
"Masak apa bu?" tanya Hera duduk dikursi melihat ibunya mengupas pisang.
"Mau goreng pisang, kamu buat adonan tepungnya nak." pinta sang ibu, Hera bangkit dan mengambil bahan membuat pisang goreng.
"Kasih susu dan keju ya bu?" tanyanya lagi semangat.
"Pisahkan untukmu dan untuk ayah." jawab ibu mengizinkan asalkan pisang goreng ayahnya dipisah supaya tidak berlebihan manisnya.
"Iya bu." jawab Hera singkat.
cocok