NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Sekali Lagi

Cinta Untuk Sekali Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aninda Peto

Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.

Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.

Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 9

"Aku adalah perempuan pemeluk duka, yang berasal dari patahan-patahan luka, kemudian Ingin bermimpi dan berharap bisa hidup bahagia meski itu mustahil"

Perempuan dengan gaun bermotif bunga hitam dan leher gaun berbentuk persegi, panjangnya di bawah lutut hingga memperlihatkan betisnya yang kuning langsat. Ia berdiri di bibir pantai dengan membentangkan kedua tangannya sembari menutup mata. Merasakan terpaan angin sepoi-sepoi yang menusuk kulitnya. Rambut bergelombang itu terurai indah menutupi punggung yang terbuka.

Di sisi lain tepi pantai sekelompok anak muda tengah asik bermain bola, mereka berlari mengejar bola dan memperebutkannya, bak seorang Putri yang menjadi idaman setiap pria. Setiap sore, pantai adalah tempat favorit yang selalu dikunjungi orang-orang, seakan menjadi tempat melepas penat kehidupan yang melelahkan.

Di pantai ini, Perempuan pemeluk duka berdiri dengan pandangan tertuju ke hamparan laut yang teduh, suara ombak bagaikan alunan musik yang membawanya ke dunia lain, hingga tak sadar ada seorang pria memandanginya dari jauh. Pria yang bertelanjang dada memperlihatkan beberapa kotak di perutnya yang terbentuk indah.

"Apakah aku mampu kembali hidup mesti telah mati berkali-kali? Telah ku usahakan perasaan ini. Namun, tetap saja cintanya masih berlabuh kuat dalam sanubariku... Aku merindukannya, apakah ia merasakan hal yang sama?"

"Aku ingin menyapanya, tetapi ia enggan membalas setiap sapaan yang ku berikan, mungkin dia telah memiliki perempuan lain di sana..." Perempuan itu memeluk tubuhnya berpura-pura ia sedang kedinginan.

"Kamu sangat cantik" Suara khas milik pria berlesung pipi, terdengar jelas di telinga Aulia, perempuan itu kemudian memalingkan wajahnya ke sumber suara dan mendapati pria itu tengah tersenyum indah, hingga dua lesung pipi di kedua pipinya tercetak jelas di pandangannya.

"Ryan" Lirihnya lalu membalas senyuman pria itu. Mungkin dengan tersenyum perasaan rindunya yang tak terbalas akan kian menyusut.

"Tetaplah tersenyum agar aku bisa merasa tenang" Ungkapan Ryan membuat Aulia mematung dan menatap serius ke arah pria itu. Ia tidak mengerti apa maksud yang diucapkan Ryan padanya.

"Kamu mengintai ku?" Tanya Aulia dengan nada datar, dengan sorot mata yang sulit diartikan. Selama ini ia berdiri kokoh dengan rasa tangguh dengan harapan, tak seorang pun mengetahui bahwa dirinya tidak baik-baik saja. Namun, dibalik kewarasannya ada kegilaan yang hampir memuncak yang sulit ia kendalikan.

Tapi pria di depannya seakan tahu segalanya, ia seperti detektif yang sangat mahir tentang urusan patah hati.

"Auli, aku selalu menerima penolakanmu terhadap cintaku tetapi jangan pernah menyakiti dirimu... Sungguh perbuatanmu melukai dirimu seperti kamu sedang melempar jutaan tombak ke dadaku, itu menyakitiku Auli" Dunia seperti milik mereka tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar mereka.

Di tempat itu mereka adalah tuan dan nyonya yang sedang menikmati sandyakala dengan perasaan yang tak menentu. Terkadang pandangan orang-orang menyorot ke mereka dengan tatapan yang menghujat, dan terkadang pula hanya menatap lalu berpaling.

Di Bawah langit yang di penuhi oleh awan berwarna jingga serta instrumen ombak yang sedang mengalun indah. Kedua anak remaja saling beradu pandang, sorot mata Ryan memancarkan sejuta cinta yang akan selalu terukir di setiap pandangannya tertuju pada perempuan di hadapannya. Namun, berbeda dengan Aulia yang memancarkan mata yang penuh akan kerinduan, nestapa dan ketakutan.

"Berhentilah mencintaiku Ryan, aku tidak ingin membuatmu terluka karena keegoisanku... Aku yang sekarang ini, hanya ingin menata hidupku, untuk mencapai masa depan yang ku harapkan tanpa iringan cinta, sebab semua itu akan mengganggu ketenanganku" Ucapnya dengan tatapan berkaca-kaca, sampai setitik air mata jatuh tak mampu membendungnya hingga ia keluar dan membasahi pipi yang begitu halus tanpa noda yang mengotorinya.

"Seribu kali kau menolakku tak akan mampu menggoyahkan cintaku kepadamu, penolakan itu adalah hakmu, dan mencintaimu adalah hakku yang tak bisa kau gugat... Ini adalah janjiku padamu Auli, bahkan jika ada jutaan orang yang mencintaimu, maka aku adalah salah satunya, jika ada satu orang yang mencintaimu, maka orang itu adalah aku, dan jika di dunia ini tak ada lagi yang mencintaimu, maka itu berarti aku telah mati... Tapi cinta ini akan terus amerta, bahkan jika daksaku dan sukmaku telah hirap ditelan Bentala"

Setelah mengatakan untaian yang menyakitkan, Pria itu pergi meninggalkan Aulia dengan perasaan seperti baja yang tak tersentuh sedikit pun, pandangannya menatap laut lepas dan pikirannya melanglang jauh kepada sosok yang masih setia mengisi hatinya.

Bohong jika ia tidak merindukannya, nyatanya tuan itu telah berhasil menduduki takhta tertinggi di dalam hidup Aulia. Langit semakin gelap dan orang-orang perlahan-lahan mulai berkurang, kembali ke rumah untuk beristirahat. Begitu pula dengan Aulia yang telah beranjak dari tempat berpijaknya.

"Aulia!" Seseorang memanggilnya, Aulia melambaikan tangan ke arah perempuan yang berlari padanya. Dia adalah Santika teman sebangkunya di sekolah.

"Kau di cariin tuh sama ibumu" Ucap Santika sontak membuat Aulia menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa ia harus mencuci piring, karena begitu asik dengan keindahan pantai dan kenangan masa lalu membuatnya melupakan pekerjaan penting.

"Astaga, aku pasti kena marah nih" Tuturnya dengan wajah masam.

"Lagian, kalau mau jalan-jalan tuh, usahakan pekerjaan rumah sudah selesai... Dasar" Celetuk Santika membuat Aulia memonyongkan bibirnya kesal.

"Hmmm, baiklah bunda ratu, terima kasih atas nasihatnya... Tapi aku harus segera pergi kalau tidak ibuku pasti akan mengoceh sepanjang hari" Santika hanya terkekeh kecil dan melambaikan tangan ke arah Aulia. Sementara perempuan dengan gaun berbunga hitam sudah berlari jauh sampai tak dapat dilihat oleh pandangan Santika.

Kali ini Aulia sudah berada di sebuah rumah panggung milik neneknya yaitu ibu dari ayahnya, ia kemudian berjalan masuk dengan langkah terburu-buru.

"Ibu, maaf aku kelupaan tidak cuci piring... aku terlalu asik mengobrol dengan temanku" Ucap Aulia merasa bersalah apalagi melihat piring yang tadinya kotor sudah bersih tanpa noda setitik pun. Itu berarti ibunya telah mencucinya.

"Yaudah tidak apa-apa, sekarang kamu masak nasi gih, ibu tidak sempat untuk masak nasi" Aulia mengangguk pelan dan mulai mengambil beras, ia mulai mencuci beras hingga bersih.

Di kampungnya itu masih belum ada listrik sehingga mereka masih menggunakan lampu lentera dan sebagian orang telah menggunakan mesin diesel.

Nenek Aulia sudah meninggal saat usianya menginjak lima belas tahun, dan kini rumah milik neneknya ditempati sementara waktu oleh sepupunya bernama Tati. Jika masih ada neneknya, rumah panggung itu akan selalu ramai, entah itu hari biasa maupun hari lebaran, sangat ramai oleh anak-anak muda. Namun, semenjak kepergian nenek, tak ada lagi kebersamaan seakan hilang bersamaan dengan kepergian nenek.

Bisa dibilang Perempuan itu menginginkan momen-momen bahagia itu kembali hadir, tetapi jika di bayangkan itu mustahil, keluarganya sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai tak memiliki waktu untuk berkumpul bersama.

.

.

.

.

.

Lanjut part 10

1
Agus Tina
Baguus
Aninda Peto: makasih kak
total 1 replies
Dair Kasma
suka paragraf pertama
Dair Kasma
lanjut
Dair Kasma
aku suka kata diksi yang digunakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!