NovelToon NovelToon
Kalbara

Kalbara

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh satu

"Saya benar-benar minta maaf karena gagal menjaga Aldara dengan baik, Om, Tante, Bang." Albara menundukkan kepalanya, penuh rasa bersalah.

Orang-orang di hadapannya masih tampak tercengang, wajah mereka kaku, dan bibir sedikit terbuka.

Albara merasa sangat buruk. Dia telah gagal melindungi putri dari keluarga ini, putri yang terluka setelah berada bersamanya. Albara merasa pasrah bahwa ia bisa dipukuli habis-habisan atau bahkan harus dirawat di rumah sakit setelah ini.

"Emm, coba ceritakan kejadiannya, bagaimana?" kata Andrew yang akhirnya pulih dari kekagetannya.

Albara menghela napas panjang sebelum mulai bercerita, "Aldara diserang preman ketika kita sedang jalan-jalan. Katanya, ada yang membantu tadi, tapi saya benar-benar minta maaf karena terlambat bertindak sehingga Aldara harus mengalami hal buruk ini. Saya merasa tidak berdaya melihat dia harus terluka dan menanggung semua ini sendirian."

Mamah Aldara menatap lembut anak gadisnya, sorot matanya terpancar kebahagiaan yang mendalam. Dalam detik berikutnya, ia menatap anak gadisnya yang menatap tajam ke arahnya, memberi isyarat agar mereka tidak menunjukkan reaksi berlebihan yang mencolok dari ibu-ibu pada umumnya.

"Bagaimana keadaan preman itu sekarang?"

"Saya kurang tahu, Bang," jawab Albara dengan serius. "Soalnya saat saya menemukan Aldara, preman itu sudah kabur. Tapi saya janji akan menemukan mereka dan memberikan pembalasan yang setimpal."

Andrew menepuk bahu Albara ringan, membuat laki-laki itu terkejut sejenak. "Santai aja, jangan terlalu formal," kata Andrew sambil tertawa kecil.

Albara mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan situasi ini.

"Lo harus terus di sisi adik gue, ya." Andrew berbicara dengan nada serius.

Albara menelan ludah, merasa tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kamu mungkin gagal melindungi anak saya, tapi melihat seberapa besar kepedulian kamu terhadap Aldara, saya jadi terharu," ucap papah Aldara, seraya menunjukkan senyuman yang penuh makna. "Semoga kamu bisa terus di sisi anak saya, menjaga dan melindunginya, ya."

Meskipun Albara berusaha keras untuk tidak menilai keluarga Aldara sebagai aneh, tak bisa dipungkiri bahwa situasinya memang ganjil. Memangnya ada ya orang tua yang melihat anak gadis mereka pulang dengan wajah luka-luka setelah pergi bersama seorang pria, bukannya marah malah bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Lo mending pulang aja ya, Bar," ujar Aldara berusaha meredam situasi yang terasa semakin tegang.

"Makasih ya udah mau anterin gue," sambungnya dengan senyuman manis yang hangat.

Albara mengangguk. "Baik, kalau begitu saya pamit dulu, Om, Tante, bang." Dia menundukkan kepala sejenak sebelum beranjak keluar.

"Iya, hati-hati di jalan ya, Albara," sahut Mamah Aldara sambil melambaikan tangan.

Diiringi oleh Aldara, Albara berjalan keluar rumah. Aldara menunggu di ambang pintu hingga mobil Albara menjauh dari pandangan. Begitu mobil hilang dari penglihatan, ekspresi wajah Aldara seketika berubah. Tatapan matanya beralih menjadi penuh kekesalan, tangan terlipat di dada, dan melirik tajam ke arah keluarganya. Detik itu, kilatan amarah menyelimuti hatinya, membuat suasana hatinya terasa seperti badai yang siap meledak kapan saja.

"Bisa nggak sih, setidaknya di depan orang lain senyumnya ditahan? Kalian mirip psikopat tahu nggak," protes Aldara dengan wajah kesal.Kesabarannya benar-benar diuji oleh keluarganya.

"Kebahagiaan itu nggak bisa ditutupi, orang sedih bisa pura-pura bahagia. Tapi kalau orang bahagia enggak bisa pura-pura sedih," cetus kakaknya.

"Sayang,," mamahnya menghampiri lalu memeluknya.

"Kamu ketemu Albara dimana? Rumah dia di mana? Dia satu sekolah sama kamu?"

"Mah,kalau Albara denger dia pasti merinding ketakutan."

"Loh kenapa? Mama cuma penasaran sama seluk-beluk cowok keren kayak dia."

Aldara melirik mamahnya dengan tatapan heran,seolah berkata. "Keren dari mananya?"

"Semakin dewasa kamu nanti akan ngerti, cowok keren itu bukan hanya sekedar wajah yang tampan  atau penampilan yang keren. Tapi cowok yang nggak menuntut apa-apa dari kamu dan bikin kamu jadi diri kamu sendiri,itu baru keren."

Untuk orang normal mungkin ucapan mamahnya sangat benar.Tapi dalam situasi ini,arti dari ucapan mamahnya sangat berbeda.Ganti keluarga gimana caranya si?

"Sayang,mamah seneng banget loh." Mamahnya memeluk tubuh Aldara dengan penuh antusias. Wanita itu bahkan sampai membawa tubuh Aldara untuk bergoyang.

"Papah restuin kamu sama Albara,dia punya dampak yang bagus buat personality kamu."

Aldara menatap papahnya."Pah,jangan ikut-ikutan dong,selama ini aku anggap papa yang paling waras di sini."

Papahnya mengernyit." Papah dukung hubungan kamu kok, ada yang salah memangnya?"

"Aku sama Bara itu cuma pura-pura," jelas Aldara dengan raut lelah. Padahal tadi dirinya sudah mengatakan itu.

"Aku cuma bantu Albara biar nggak terus dideketin sama cewek yang ngajar-ngejar dia. Kalau cewek yang ngajar-ngejar dia itu berhenti, aku nggak akan berurusan lagi sama dia."

"Loh cuma pura-pura ternyata." Ucap Andrew.

"Berarti gini aja pah,kita jebak Albara aja." Ucap Andrew pada papahnya dengan raut wajah serius.

Aldara masalah napas kasar seraya mendongakkan kepalanya.Tuhan,kenapa ia diciptakan di keluarga yang aneh seperti ini.

_____

"Kal,hari ini jadi,kan?"

Aldara walaupun matanya dengan tangan, menghalau sinar yang membuatnya perih karena baru saja bangun tidur.

"Ini masih pagi loh, ngapain nelpon?"

"Gue cuma mau ngingetin, siapa tau Lo lupa." Tawa Zulfa terdengar renyah dari sebrang sana.

"Kurang-kurangin deh sifat mengganggu Lo."

"Iya si harusnya begitu,tapi malah makin parah sih ini. Jadi kapan lokasi gue pendidikan lagi?"

"Lo kira gue guru kepribadian apa."

"Wih, gue kangen sama omelan Lo."

Aldara menahan amarah yang meluap-luap di dalam hatinya, ia merasa ingin mengumpat dan melampiaskannya. Dalam diam, dia memutuskan sambungan telepon agar pikirannya tidak semakin terkontaminasi oleh racun emosi negatif.

Aldara bangkit dari tidurnya, dengan langkah mantap ia menghampiri cermin full body yang terletak di samping lemari. Ia mendengus kesal, melihat pipinya yang masih berwarna biru akibat memar. Walaupun sudah mengoleskan salep sebelum tidur, namun ternyata efeknya tak semudah membalikkan telapak tangan.

Aldara lalu beranjak menuju kamar mandi, membersihkan diri agar merasa lebih segar. Setelah itu, ia mengambil pakaian dari lemari. Ia memilih untuk mengenakan celana boyfriend yang longgar, dipadu dengan t-shirt hitam yang bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana.

Setelah mengenakan pakaian, Aldara melangkah dengan percaya diri menuju meja rias. Ia kemudian merapikan sedikit wajahnya, terutama untuk menyamarkan memar yang masih terlihat jelas. Untungnya, luka di pelipisnya telah mulai sembuh, tinggal menunggu waktu hingga warna kulitnya kembali normal.

Aldara mengikat rambutnya dengan rapi, sebelum menutupinya dengan topi yang brim-nya ia tekan lebih rendah. Berbagai upaya ini dilakukan agar ia bisa menutupi wajahnya dari tatapan yang tak diinginkan.

"Mau kemana, Dek?" tanya Andrew heran melihat adiknya yang tampak begitu rapi.

"Jalan-jalan," jawab Aldara singkat.

"Bareng Albara, ya?" sahut Andrew penasaran.

"Apa lo pengin lihat gue bonyok lagi, Kak?" balas Aldara dengan nada kesal.

Andrew tersenyum sambil mengelus kepala adiknya dengan penuh kasih sayang. "Suudzon banget sih, jadi orang. Gue cuma senang karena adik gue punya pacar yang baik," katanya.

"Memang sebaiknya lo lupain masa lalu, gak perlu dipikirin lagi. Sekarang, di depan mata, Lo punya seseorang yang jauh lebih baik daripada cowok yang nolak Lo dulu."

Aldara menatap kakaknya dengan pandangan datar.

"Kak, janji sama gue kalau Lo gak akan mencari tahu apa pun tentang Albara," ujarnya dengan tegas.

Andrew menghela napas. "Ah, enggak seru," keluhnya.

"Janji!" desak Aldara lagi.

Andrew mengalah, "Ck! Iya-iya. Geu janji."

Aldara mengangguk puas. "Oke, gue pergi dulu ya, Kak."

Andrew menundukkan kepala sedikit, tersenyum manis saat pandangan mata mereka bertemu. "Semoga hari lo menyenangkan, Dek," ucapnya dengan hangat seraya mengelus rambut adiknya yang ia sayangi.

1
Alex
lanjut Thor seru bgtsss ceritanya
Muanisah Jariyah
ceritanya seru,sayang typonya kebanyakan
choco eskrim
Ceritanya cukup menari, tapi ada beberapa kata yang typo.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!