Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Hampir tiga jam Danish menunggu sia sia parkiran Pantai yang sering didatangi Jingga namun istrinya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Tak ada hotel, apartemen atau rumah disekitar situ. Hanya ada ruang terbuka hijau yang luas dan tanah lapang yang terhubung langsung dengan pantai. Hal ini yang membuat Danish semakin gelisah sehingga harus melibatkan keamanan untuk mengecek cctv. Dan sialnya semua kamera pengawas disana ternyata sedang tidak berfungsi karena rusak, sehingga Danish masih belum mengetahui keberadaan Jingga. Ia terpaksa memanggil mobil derek untuk membawa pulang mobil Jingga.
"Apa Bapak sedang bermasalah dengan istri bapak?"
"Soalnya Enam bulan lalu ada kejadian seorang wanita yang tewas bunuh diri di Pantai karena tak kuat menghadapi Suaminya yang melakukan perselingkuhan dan KDRT. Mobilnya juga ditinggal begitu saja disini."
"Argggghhhhhh......." Danish mengerang frustasi dikamarnya seorang diri. Ia dilanda ketakutan yang luar biasa.
Bagaimana jika perkataan salah satu petugas keamanan itu benar adanya.
Jingga meninggalkan mobilnya dan.....
Danish terduduk ditepi ranjang seraya meremas rambutnya dengan kedua tangannya, ia tak sanggup membayangkan hal buruk menimpa Jingga.
Gadis dua puluh satu tahun yang ia nikahi tiga tahun lalu itu dulunya begitu ceria,meski ia kerap kali bersikap dingin. namun akhir akhir ini Jingga banyak berubah, ia hanya tersenyum dan tak pernah lagi bersikap manja kepadanya.
Semua bayangan Jingga dengan segala perubahannya menari didalam kepala Danish.
"Jingga....tidak...tidak....aku harus kekantor Polisi!" Danish segera beranjak. Sebenarnya ia sudah melaporkan kehilangan Jingga tapi karena belum cukup dua puluh empat jam maka belum ditindak lanjuti.
Namun saat hendak meraih handle pintu, Benda persegi yang terbuat dari kayu Jati hitam itu perlahan terbuka dan menampakkan sosok yang sejak tadi tak bisa hilang dari fikiran Danish.
Jingga...
Istriku...
Danish memeluk Jingga Erat, hingga membuat wanita itu kesulitan bernafas.
"Kau dari mana Hemm...." marah dan Syukur Bisa dirasakan Danish secara bersamaan.
"Syukurlah kau baik baik saja." Danish tak memberi kesempatan Jingga untuk berbicara, ia mengecup wajah Jingga bertubi tubi hingga membuat wanita cantik itu menangis pedih..
Mengapa memperlakukanku seperti ini? Jerit batin Jingga. Ia pernah begitu mencintai Danish bahkan mungkin sampai sekarang. Susah payah ia meyakinkan dirinya jika Mencintai Danish bukanlah bahagianya, jika ia bukanlah seseorang yang bisa menghadirkan senyum diwajah sang suami. Lalu mengapa setelah beberapa hari dirinya berperang namun tetap kalah?
Danish seakan tak ingin melepaskan dekapannya, malam ini ia kembali membawa Jingga mengarungi lautan kenikmatan tak berujung diatas peraduan mereka. Lupakan tentang beribu pertanyaan karena Danish harus menyelesaikan sesuatu yang ditahanya beberapa hari ini.
.
.
Flashback.....
"Maaf Jingga karena kau harus jalan sejauh ini." Koa benar benar merasa bersalah pada wanita rapuh yang berjalan dibelakangnya. Sementara ia sendiri menuntun motor dengan bannya yang kempes.
Jingga mengulum senyumannya, Raut wajah Koa yang penuh sesal terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Padahal pria itu biasanya begitu tangguh, tegar dan kokoh dengan segala kata kata dan tindakannya yang seolah bisa melindungi semua yang ada disekitarnya.
"Aku senang bannya kempes itu artinya kita akan pulang lebih lama," Jingga kemudian berjalan sembari melompat lompat kecil persis anak anak, ia melewati Koa sambil menjulurkan lidahnya kearah pria itu.
"Dasar Bocah!" Gemas Koa, ia kemudian tersenyum tipis sambil terus menatap punggung Jingga. Mereka berdua begitu menikmati menyusuri jalanan sepi dimalam yang gelap. beruntung setiap beberapa meter masih ada rumah dan lampu jalan sebagai penerang. Ponsel keduanya pun sudah kehabisan daya.
"Mau gantian mendorong?" Tawar Jingga, ia juga kasihan melihat peluh yang bercucuran di kening Koa.
"Aku bahkan masih sanggup jika harus menggendong mu sambil mendorong motor." Jawab Koa penuh percaya diri.
"Ish...." Jingga mencebik kecil. ia lalu memegang besi dibelakang sadel motor dan mulai membantu Koa mendorong.
Tak lama setelah itu sebuah mobil pick up menghampiri mereka dan menawarkan bantuan. Karena jika harus mendorong untuk mendapatkan bengkel terdekat kemungkinan Akan sangat lama.
Motor Koa dinaikkan diatas bak mobil, mereka berdua pun ikut nain dan duduk saling bersisian. udara malam yang semakin menggigit tulang membuat Koa reflek menarik tubuh Jingga kedalam dekapan hangatnya. Wanita itu kemudian mendongak menatap wajah tampan Koa, "Koa....apakah kita juga sedang berselingkuh?" Jingga merasa dunia yang dulu hanya diisi Danish kini perlahan mulai disusupi Koa.
"Aku bukan pria atau manusia saat bersamamu, aku adalah Koa...pelindungmu. kau bisa menganggapku pedang, baju sirah atau apapun yang kau fikirkan tentang sesuatu yang bisa menjadi alat pelindung" jawab Koa Datar. Meski ia akui saat pertama memandang wajah Jingga ia sudah terpesona dengan wanita bersuami itu.
"heh....." Jingga tertawa geli, ia bukan gadis polos lagi, hubungan ini perlahan membuatnya sangat nyaman, entah itu selingkuh seperti yang dilakukan Sang suami Jingga tak peduli. Wanita itu justru semakin memeluk erat tubuh Koa.." Aku membutuhkanmu...aku takut kehilanganmu...entah mengapa angan mengejar bahagiaku selalu ada bayanganmu didalamnya. maaf Koa karena sudah melibatkanmu sejauh ini. Tapi aku nyaman......" Jingga akhirnya tertidur dengan posisi saling mendekap, sementara Koa terus mengecup pucuk kepala Jingga sambil sesekali mengusap netranya yang perlahan berkabut. Jingga tentu tidak tahu betapa bahagianya Koa mendengar kata katanya barusan.
Flashback Off...
Setelah melalui malam yang indah Danish masih terus memeluk Jingga dari belakang, sambil terus mengendus bau istrinya yang begitu ia rindukan.
"Bagaimana Abang bisa tahu mobilku ada disana?" tanya Jingga dengan tatapan kosongnya.
Apakah cintanya sebenarnya memang mulai berkurang?
Karena apa yang mereka lakukan semalam sama sekali tidak bisa membangkitkan semangat dalam diri Jingga untuk mempertahankan rumah tangganya. atau bisa jadi memang dirinya sudah benar benar lelah.
Semalam setelah Motor Koa selesai ditambal ia sudah tidak mendapati mobilnya. Menurut petugas yang berjaga. mobilnya dibawa pulang oleh seorang pria bernama Danish Bratajaya.
"Kau dari mana? orang perkebunan bilang Kamu sama sekali tidak kesana." Danish malah menjawab dengan sebuah pertanyaan.
"Memandang sang Jingga..," Jingga tersenyum membayangkan semburat Jingga raksasa yang terekam jelas didalam fikirannya. Begitu indah!
"Jingga...."
"Abang aku serius saat mengatakan, aku ingin menciptakan bahagiaku sendiri tanpa ada Abang didalamnya.. Bisakah abang melepasku?"
Hening....
Danish merasa tubuhnya begitu lemas, ia tak bisa mencerna apa maksud dari perkataan Jingga namun anehnya ia seolah sudah paham arti permintaan istrinya itu.
Seketika rasa penasaran mengenai keberadaan Jingga kemarin Hilang tak tersisa.
"Jing...ga."
"Aku tahu Abang berhubungan dengan Mantan abang Alea beberapa bulan ini. Dulu aku selalu berfikir sudah sejauh mana hubungan kalian? Apakah kalian saling menggenggam tangan? saling berpelukan? Mencium? Atau mungkin......heh...." Jingga tertawa miris diujung kalimatnya.
"Aku hanya ingin diam bang menanti kau kembali padaku...tak apa meski tetap bersikap dingin asal aku masih menjadi istrimu. Tapi ternyata hal itu membuatku sakit. Mungkin ragaku terlihat begitu tangguh tapi didalam aku hancur bang....semua remuk...tak bersisa..." Jingga kemudian berbalik dan menatap penuh perasaan wajah pria yang sudah tiga tahun menjadi suaminya itu. Ia mengusap sengan lembut bulu bulu halus yang mulai tumbuh disekitar wajah Sang suami. Entah seberat apa masalah perusahaan sehingga pria itu lupa mencukur.
"Abang.....jika bahagiamu memang bukan diriku maka lepaskan aku bang...aku akan ikhlas."
"Hentikan Jingga!" Danish tidak tahan sengan semua untaian kesakitan Jingga, "Siapa yang akan melepasmu? Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi Istriku!" Tegas Danish dengan nafas yang memburu. Lagi lagi ia marah namun bukan kepada Jingga tapi pada dirinya sendiri yang masih labil.
Ia kemudian bangkit menuju kamar mandi lalu membanting pintu dengan kuat.
Jingga berdiri didekat pembatas balkon, menatap sang fajar yang masih malu malu menyinari dunia. Mukenah selepas sholat subuh masih belum ia tanggalkan.
Mengadu kepada Pemilik semesta ternyata bisa memantapkan hatinya.
Ia mungkin tak akan mengungkit Masalah ini lagi didepan Danish mengingat kemarahan pria itu. Namun Jingga sudah memantapkan pilihan ia ingin keluar dari rumah tangga ini. Ia sudah lelah menangis pilu.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)