Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Rian mengerutkan keningnya saat melihat seorang wanita yang mirip dengan Claudya, Wanita itu datang ke cafe tempat Rian bekerja dan sejak tadi Rian tidak henti-hentinya menatap wanita itu.
Rian yakin kalau wanita itu adalah Ibunya Claudya tapi Rian juga tidak bisa menebak karena selama ini Rian belum pernah bertemu dengan orang tua Claudya.
"Nyonya, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Rian setelah menghidangkan beberapa menu makanan yang di pesan oleh Ibu-ibu sosialita itu.
"Nanti kami akan panggil kalau ada yang harus dibantu," ujar Bella.
"Baik." Rian langsung pergi dari sana.
Saat ini Claudya datang ke cafe itu bersama dengan Ibnu Abbas dan Zidan yang mengendong Agnia, mereka duduk di salah satu meja yang kosong. Claudya begitu akrab dengan beberapa pelayan di sana karena Claudya pernah bekerja lama disana.
Claudya memberikan menu pada Ibnu Abbas dan Zidan.
"Dina, aku pesan nasi goreng dengan telur tapi jangan pedas itu buat Agnia, kalau aku pesan mie ramen saja," ucap Claudya.
"Kalau minumnya?" tanya Dina.
"Aku air putih saja," ujar Claudya.
Zidan memberitahukan pesanannya pada Dina, saat ini Claudya tengah berbincang dengan Ibnu Abbas, kedekatan antara mereka sangat terlihat apa lagi keluarga Zidan sangat menyayangi Agnia.
Claudya menatap ke semua arah cafe itu, matanya tertuju pada seseorang yang saat ini tengah makan bersama dengan teman-temannya.
"Mama," gumam Claudya.
Ibnu Abbas menatap pada Claudya yang saat ini fokus pada sekumpulan ibu-ibu.
"Ada apa, Clau?" tanya Ibnu Abbas.
Claudya menatap pada Ibnu Abbas dan Zidan.
"Papa Zidan, wanita itu adalah Ibu aku." Claudya langsung bangkit dari duduknya dan mendekat pada sekumpulan Ibu-ibu sosialita.
Claudya sangat merindukan ibunya itu, walaupun Ibunya sudah melakukan sesuatu pada Claudya tetap saja sebagai seorang anak dia tetap merindukan orang tuanya.
Claudya berdiri dibelakang Bella yang saat ini tengah asik berbincang dengan teman-temannya.
"Mama," panggil Claudya yang membuat Bella menghentikan aktivitasnya yang tengah makan.
Bella menatap pada Claudya begitu juga dengan ibu-ibu itu yang langsung terkejut menatap Claudya karena setau mereka kalau saat ini Claudya tengah berada di luar negeri, Bella mengarang cerita tentang Claudya karena ingin menyembunyikan bayi yang Claudya kandung.
Bella bangkit dari duduknya, tatapannya tajam menatap pada Claudya terlihat kalau saat ini Bella kesal pada kedatangan Claudya yang mendadak, Bela ingin sekali marah karena cerita karangannya pada ibu-ibu itu akan sia-sia.
Bela bahkan bilang kalau Claudya akan menikah dengan seorang pengusaha kaya yang tinggal diluar negeri. Teman Bela yang melihat itu langsung terkejut dan bertanya-tanya tentang hubungan antara anak dan Ibu itu.
"Jeng Bela, hebat sekali Claudya datang kemari hanya untuk menyusul kamu jeng," ujar salah seorang dari mereka.
Bela tersenyum seketika tatapan tajam tadi berubah menjadi tatapan bahagia yang membuat Claudya heran dengan sikap ibunya itu.
"Sayang, kau pulang?" Bela langsung memeluk putrinya itu dengan sangat erat.
"Jangan bahas tentang anak itu dihadapan teman-teman mama!" ancam Bela berbisik ditelinga Claudya.
Claudya mematung mendengar ucapan itu, bayangkan saja Mamanya bahkan tidak mau mengaku cucunya. Walaupun Claudya tau kalau dirinya salah tapi apa sesudi itu kah Mamanya mengakui Agnia sebagai cucunya?
"Sayang, kapan pulang?" tanya Bella bersandiwara dihadapan teman-temannya.
"Aku baru datang," jawab Claudya dengan senyuman yang terpaksa, sungguh sekarang Claudya menyesali perbuatannya yang mendekati Mamanya padahal jika tau akan di perlakukan seperti ini mungkin Claudya enggan mendekati pada Mamanya itu walaupun Claudya sangat rindu pada Mamanya.
"Claudya, kamu bersama siapa disini?" tanya salah satu teman Bela yang mengenal Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas mendekat ke sana bersama dengan Zidan dan Agnia, Ibnu Abbas menyapa beberapa orang yang dia kenal. Bela menatap pada anak perempuan yang tengah digendong oleh Zidan.
"Senang bertemu dengan kalian disini," ujar Ibnu Abbas.
"Aku tak sangka ternyata Claudya dekat dengan putra tuan Ibnu," sahut temannya Bela.
"Ya, Claudya adalah anak yang baik jadi aku yakin kalau anakku akan bahagia bersama dengannya." Ibnu Abbas tau kehidupan Claudya seperti apa? Karena semuanya sudah Zidan katakan tanpa terkecuali pada orang tuanya, Ibnu Abbas menatap pada Bela yang saat ini hanya menatap Agnia dengan tatapan sinis.
"Nyonya Bela, anda beruntung karena mempunyai anak seperti Claudya." Ibnu Abbas berucap mencoba menjelaskan kalau Claudya tidak seburuk yang Mamanya pikirkan.
"Terimakasih tuan,"
Salah satu dari mereka menatap Agnia yang sejak tadi ada di gendongan Zidan.
"Tuan, siapa anak itu?" tanyanya menatap pada Agnia yang anteng di gendongan Zidan.
Semua orang diam bahkan Ibnu Abbas juga tidak bisa bicara tentang masalah ini, tapi Zidan paham pada bungkamnya Claudya, apa lagi saat ini Claudya terlihat sangat sedih.
"Ini adalah cucu papa," jawab Zidan yang langsung membuat Ibu-ibu itu mengangguk.
"Lucu sekali,"
Zidan tersenyum, dalam hatinya Zidan paham kalau Claudya tengah bersedih walaupun dipeluk beberapa kali oleh Bela. Tapi hal itu tidak membuat Claudya seantusias sebelumnya.
**
William menatap pada pria yang sejak lama mengancamnya itu, akhirnya setelah banyaknya uang yang keluar akhirnya William bisa mendapatkan pria itu dengan bantuan anak buah Indra.
"Siapa perempuan itu?" tanya William mengancam pria itu dengan sebuah pisau.
"Buat apa kamu tau? Bukannya kamu sudah punya istri?" tanya Pria itu yang ternyata masih sangat muda mungkin seusia dengan William.
William menyimpan pisau itu karena tidak ada gunakan William mengunakan kekerasan karena ternyata orang itu hanyalah seorang pengancam.
"Aku harap kamu mau memberi tahukan itu padaku, aku sangat ingin bertemu dengan anakku, tolong kamu beri tau aku!" William memohon dengan memaksa.
"Aku akan beritahu tapi kamu janji harus membebaskan aku, jangan pernah menyakiti aku!" ujarnya.
"Aku tidak berniat menyakitimu, tapi kamu sendiri yang melakukan itu padaku." William duduk di sofa yang bersebrangan dengan pria itu.
"Katakan!" ancam anak buah Indra yang membuat Pria itu ketakutan.
"Anda tau Claudya?" tanya Pria itu.
William mengerutkan keningnya, tatapannya langsung mengarah pada pria itu. "Ada apa dengan Claudya? Apa wanita itu Claudya?" tanya William.
"Aku paham kau tidak ingat tapi alangkah baiknya kau cari sendiri saja." Pria itu berucap tapi setelahnya mulutnya mengeluarkan busa seperti Pria itu keracunan.
William panik, dia langsung mendekat pada pria itu dan memberikan air minum padanya tapi sayangnya pria itu sudah tewas ditempat duduknya.
William semakin penasaran sekarang, tapi ucapan pria itu mengarah pada Claudya.
"Apa wanita itu Claudya? Pantas aku juga sudah menduganya, sekarang aku harus cari Claudya!" sahut William yang langsung pergi dari sana.