Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 | Pagi Pertama
Sejak awal Ineisha tampak tidak setuju dengan apa yang dikatakan Tiana, bagaimana tidak ia yang terbiasa dimanjakan di rumahnya. Saat di rumah mertuanya malah di suruh mengurus rumah mulai dari masak, beberes rumah dan lainnya. Layaknya seorang pembantu, tentu Ineisha tidak sudi diperlakukan seperti pembantu ketika berada di rumah mertuanya.
Ineisha menginjak kaki sang suami, agar membelanya. Jelas ia tidak ingin melakukan semua itu, tetapi tidak berani menolak langsung dihadapan Tiana.
"Kamu setuju 'kan sama Oma, Chio? Kalo istrimu bantuin mamamu mengurus rumah." Chio yang ditanya seperti itu langsung mengangguk setuju, sedangkan Ineisha langsung mendelik menatap sang suami. Ia kesal karena suaminya sama sekali tidak dapat diandalkan.
"Kenapa cuma aku dan Mama Kalila saja, Oma? Bagaimana dengan Kak Isvara? Harusnya Kak Isvara juga bantuin kami berdua?" tanya Ineisha dengan sengaja, tentu ia tidak mau dirinya mendapatkan tugas beras. Namun, sang Kakak tidak dan malah bisa bersantai.
"Istri saya Isvara tidak akan membantu kalian, itu hanya tugas kalian. Jika Isvara tidak ke kampus, ia akan sibuk di kantor menemani saya, sekaligus belajar dengan saya. Jadi nggak ada kata harusnya untuk Isvara, karena saya tidak akan membiarkannya melakukan apapun yang bisa membuatnya kelelahan," jawab Javas cepat, Ineisha semakin cemberut. Ialah yang berharap dibela oleh sang suami, tetapi Kakaknya lah yang mendapatkan hal itu.
"Mas tenang saja, aku akan berusaha patuh sama semua perintah Mas Javas. Tapi untuk masak, kayaknya aku tertarik. Mungkin kapan-kapan aku akan masak makanan spesial untuk Mas, jika aku tidak sibuk tapi," balas Isvara dengan santai.
"Kalo itu mau kamu, tentu Mas nggak akan menolak. Mas akan menunggu saat kamu memasak untuk Mas, lalu Mas dengan senang hati mencobanya."
"Mama juga mau coba masakan kamu, Isvara. Mama yakin, masakan kamu jauh lebih enak daripada masakan Kalila," kata Tiana.
"Mama bisa aja, masakanku enggak seenak itu kok. Aku yakin, masakan Mbak Kalila tetap yang terenak," balas Isvara tidak enak.
Sedangkan Ineisha melihat hal itu merasa iri, ia sangat tidak suka sang Kakak bahagia diatas penderitaannya.
"Oh iya, Javas. Setelah makan ini kamu mending ajak Isvara berkeliling, Isvara harus tahu apa saja yang ada di rumah kita," titah Tiana.
"Oke, Ma." Javas langsung melirik sang istri muda yang ada di sampingnya. "Ayo sayang, saya akan ajak kamu keliling rumah." Javas mengulurkan tangannya, sedangkan tanpa menunggu lama Isvara menyambut uluran tangan sang suami.
***
Keesokannya...
Isvara sudah bangun terlebih dulu dari pada Javas, ia menatap sang suami tertidur di sofa. Sebenarnya ia tidak tega melihat hal itu, karena tidur di sofa bisa membuat badan pria itu jadi sakit semua. Namun, untuk ia yang tidur di sana tentu saja tidak akan mau. Apalagi jika harus tidur bersama dalam satu ranjang, itu tidak akan pernah mereka lakukan.
Semalam, tidak ada adegan apapun. Mereka berdua memilih tidur di tempat masing-masing tanpa ada perdebatan, tidak ada malam pertama diantara mereka. Karena pernikahan mereka memang bukan pernikahan sungguhan, tentu berbeda dengan Chio dan Ineisha. Itupun jika pasangan itu melakukannya.
Isvara memutuskan mandi terlebih dahulu, semalam ia menghubungi sahabatnya untuk meminta bertemu. Setelah seharian mematikan ponselnya, tentu ketiga sahabat Isvara tidak menolak ajakannya.
Isvara sengaja meminta bertemu, karena ingin menceritakan semua yang terjadi pada dirinya selama dua hari terakhir. Ia tidak suka menyembunyikan sesuatu pada mereka, karena jika mereka tahu dirinya menyembunyikan hal yang penting. Pasti ketiganya akan marah padanya.
Isvara baru selesai mandi, rambutnya memang basah karena gadis itu memilih untuk keramas. Gadis itu sudah menggunakan bajunya sendiri, lebih tepatnya baju yang ia pesan secara online dan langsung diantarkan kemarin. Jadi tidak perlu lagi memakai baju orang lain.
Dan untungnya kemarin saat makan siang, tidak ada yang bertanya mengenai baju yang Isvara pakai saat itu. Karena bajunya terlalu simpel sekali, berbeda dengan Ineisha memakai dress yang membuat gadis itu terlihat anggun.
"Kamu mau ke mana pagi-pagi sudah bangun?" tanya Javas sambil mengejapkan matanya.
"Mau ketemu sahabatku, pengen habisin waktu seharian full kebetulan kita emang lagi free hari ini," jawab Isvara jujur. Javas mengangguk paham, pria itu langsung bangkit dari sofa menuju kamar mandi.
"Isvara," panggilnya lembut.
"Iya." Isvara sendiri baru mulai bersiap."
"Boleh saya minta tolong siapkan baju kerja saya? Biasanya Mama yang akan siapin, cuma sekarang sudah ada kamu. Jadi Mama nggak akan siapin lagi kayaknya," pintanya dengan sungguh-sungguh. Javas sejak dulu memang malas menyiapkan baju kerjanya, ketika di rumah memang sang Mama yang melakukannya bukan Kalila. Javas memang tidak membebaskan wanita itu untuk asal masuk kamarnya, jadi dari pada Kalila ia lebih suka mamanya melakukan tugas itu.
Sedangkan jika Javas sedang berada di luar negri, asisten pribadinya-lah yang bertugas menyiapkan semua yang ia butuhkan.
"Om mandi aja, biar aku siapin. Om nggak sukanya warna apa?" Isvara sama sekali tidak keberatan membantu Javas, toh Javas juga meminta tolong dengan lembut tidak terkesan marah-marah. Dan paling penting tugasnya memang tidak berat untuk dilakukan.
"Semua baju kantor saya suka, jadi kamu pilihan aja yang menurut kamu cocok dipakai hari ini," jawab Javas sebelum masuk kamar mandi.
Dengan cepat, Isvara sudah memilihkan kemeja, jas dan juga celana yang akan digunakan oleh Javas. Setelah melakukan tugasnya, ia kembali bersiap-siap.
Javas baru selesai mandi, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sepinggang. Jika kemarin Isvara terkejut, kini ia mencoba membiasakan diri walau tetap saja gadis itu merasa malu.
"Makasih," ucap Javas tulus, sambil mengambil baju kerja yang sudah dipilihkan oleh Isvara untuk ia pakai di kamar mandi.
Isvara hanya mengangguk, tanda ia menerima ucapan terima kasih.
"Om Javas ke kantor hari ini?" tanya Isvara yang baru sadar, jika ia memilihkan baku kantor untuk Javas berarti pria itu akan pergi ke kantor.
"Iya, untuk apa saya di rumah? Mending saya kerja di kantor?"
"Maksud aku itu, kita 'kan ceritanya pengantin baru? Memangnya Om Javas enggak cuti gitu beberapa hari, masa kemarin baru menikah besoknya langsung berangkat ke kantor. Apa kata Ineisha, Chio dan yang lainnya. Aku sih nggak peduli sama orang kantor, karena mereka juga nggak tau. Tapi gimana sama orang rumah," jelas Isvara panjang lebar.
"Kamu aja akan pergi menemui sahabat kamu, dan menghabiskan waktu seharian. Lalu untuk apa saya tetap di rumah, ceritanya 'kan kamu istri saya. Apa nggak tambah bertanya-tanya mereka. Kita tetap pergi masing-masing, tetapi saya akan antar kamu ke tempat tujuan kamu sebelum saya ke kantor. Jadi kita berangkat bareng, seolah kamu ikut ke kantor sama saya. Sesuai apa yang saya bilang kemarin." Isvara mengangguk setuju dengan semua yang diucapkan oleh Javas.
Saat keduanya sudah siap, mereka berdua bergandengan tangan menuju ruang makan untuk sarapan bersama.
"Pagi-pagi kalian sudah rapih, kalian mau ke mana? Kencan kah?" tanya Tiana dengan sengaja.
"Aku ke kantor, Ma. Isvara akan ikut ke kantor mulai hari ini, toh hari ini nggak ada jadwal ke kampus juga. Iya'kan sayang?" Lagi-lagi Javas-lah yang menjawab pertanyaan mamanya.
"Iya, Mas. Aku akan ikut ke manapun kamu pergi."
Setelah Isvara dan Javas duduk di kursi yang ada di ruang makan, barulah Chio muncul dengan pakaian rapihnya sepertinya pria itu juga ingin ke kantor. Ternyata bukan hanya Javas saja yang memilih ke kantor hari ini, Chio pun sama. Padahal keduanya bisa mengambil cuti.
Sedangkan Ineisha dan Kalila tampak memindahkan satu persatu makanannya dari dapur ke meja makan untuk sarapan, tentu saja wajah Ineisha terlihat sangat tidak ikhlas.
Tiana sungguh-sungguh membuat Ineisha membantu semua pekerjaan Kalila, hingga ia pagi-pagi menggedor pintu kamar Chio untuk membangunkan Ineisha. Ineisha pun terpaksa segera pergi ke dapur, berusaha membantu mertuanya walau ia tidak biasa melakukannya. Karena ternyata Tiana terus mengawasinya. Pagi pertama Ineisha menjadi istri Chio ternyata sangat melelahkan, berbeda sekali dengan apa yang dialami oleh Isvara yang kini terlihat bahagia sekali.
Jika seperti ini terus, Ineisha jelas menyesal telah memilih menikah muda dengan Chio. Harapan Ineisha jelas dijadikan ratu oleh Chio, tetapi ia tidak mendapatkan hal itu. Chio pun sangat cuek dan terkesan tidak perduli pada Ineisha.
Akhirnya selesai memindahkan makanannya, Ineisha langsung duduk di kursi sebelah Chio. Gadis itu sudah sangat lapar sekali, karena sejak pagi tenaganya terkuras untuk membantu Mama mertuanya. Ineisha jadi membayangkan selama ini sang Mama mertua melakukannya sendirian, pasti wanita itu sangat kecapekan sekali.
"Sayang, aku nanti ikut ke kantor ya? Kamu mau ke kantor 'kan?" rengek Ineisha manja.
"Ngapain?" tanya Chio dengan mengangkat alisnya.
"Nemenin kamu-lah yang, Papa aja di temenin sama Kak Isvara kok."
"Kamu nggak usah ikut ke kantor Ineisha, kamu itu di rumah aja bantuin pekerjaan mertua kamu. Dibandingkan kamu kalo ikut ke kantor malah gangguin Chio doang. Beda dong sama Isvara, Javaskan lebih berpengalaman dalam pekerjaannya jadi ia tidak akan gampang diganggu, lagi pula Isvara ke kantor selain nemenin suaminya juga sambil belajar. Isvara 'kan juga ngerti masalah kantor," jelas Tiana panjang lebar.
Mereka semua sarapan dengan lahap, kecuali Ineisha yang sejak tadi cemberut sambil terus mengacak-ngacak makanannya. Namun, tidak ada yang memperdulikan gadis itu.
Sudah selesai sarapan, Isvara dan Javas benar-benar berangkat bareng menggunakan mobil Javas. Javas mengantarkan Isvara ke sebuah apartemen, pagi-pagi pasti jarang sekali restoran ataupun cafe yang sudah buka. Jadi Isvara akan bertemu di apartemen milik Dion yang kebetulan searah dengan kantor Javas.
Sampailah mereka di depan apartemennya, sebelumnya Isvara juga mengatakan pada Javas bahwa sahabat yang ditemuinya ada tiga orang dua perempuan, satu laki-laki dan mereka bersahabat sejak kecil. Entah kenapa Isvara merasa perlu memberitahukan soal itu pada Javas.
"Om apa tidak papa aku nggak pergi ke kantor sama Om, seperti yang kita bicarakan di meja makan tadi? Chio ke kantor, gimana kalo dia tahu aku nggak ke kantor terus curiga sama kita berdua. Sia-sia dong semuanya."
Javas tersenyum sekilas, sebelum menjawab pertanyaan Isvara. "Kamu tenang aja Isvara, kantor saya dan Chio berbeda. Bimantara Grup memang dalam kendali Chio dan juga mama saya. Sedangkan saya punya perusahaan sendiri Jav's Company, yang saya dirikan sendiri tanpa campur tangan siapapun. Kalo Bimantara Grup itu perusahaan peninggalan Papa saya yang memang diwariskan kepada Chio dan Chilla, karena mereka masih belum pantas memegangnya jadi sekarang Mama-lah yang ada di belakang Chio untuk membantunya."
Isvara mengangguk paham, ternyata benar-benar banyak sekali hal yang tidak ia ketahui.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/