Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Keesokan harinya, saat ini Deril mulai di antar ke rumah Ibu Retno pagi-pagi sekali, sepertinya anak itu merasa sungkan jika harus melibatkan orang lain, tapi bagaimana lagi Bibinya memang selalu seperti itu, memanfaatkan dirinya yang masih kecil ini.
"Deril, kau harus ingat ya! Jika berada di sana, bila perlu bawakan Tante uang yang banyak gak tahu bagaimana caranya," ancam Lita.
"Nggak mau Tante, Deril gak mau mencuri," tolak anak itu.
"Ya sudah, kalau tidak mau jangan pernah lagi kembali ke rumah Tante," ketus Lita.
"Tante Deril mohon, jangan pernah menyuruh Deril berbuat seperti itu, Deril janji setelah ini akan bekerja lebih giat lagi untuk Tante, tapi Deril mohon jangan pernah nyuruh Deril untuk mencuri, karena Deril tidak mau melawan kata-kata ibu," sahut Deril yang Masik tetap dalam pendiriannya.
"Halah, kerja apa dengan kakimu yang lumpuh itu, lagian selalu bawa-bawa nama ibumu, memangnya ibumu yang sudah meninggal itu bisa membiayai dirimu," omel Lita.
Deril saat ini hanya terdiam bahkan anak ini merasa frustrasi karena keadaan ini yang membuat dirinya harus berdiam diri duduk diatas kursi roda, meskipun usianya masih terbilang anak-anak namun Deril sudah pintar mencari uang dengan cara berjualan tisu di taman raya, kadang juga di lampu merah.
Bukan hanya itu saja, malamnya dia juga bekerja mencuci piring di warung kecil milik tetangganya, anak ini begitu gigih dalam mengais rezeki, itu semua dia lakukan karena tekanan hidup yang teramat besar dari keluarganya.
"Pokoknya, Tante gak mau tahu, kau harus selalu membawakan Tante uang dengan cara apapun," tekan Lita kepada Deril, sedang anak itu hanya terdiam meratapi nasibnya yang seperti ini.
Taksi pun sudah melaju, membawa mereka berempat ke rumah Ibu Retno, sesampainya di sana Deril begitu tertekan, anak itu merasa kalau dirinya tidak ingin berbuat seperti yang di suruh tantenya itu, karena di rumah sebesar ini pasti penjagaannya sangat ketat.
'Tidak, aku tidak mau mencuri, apalagi Ibu Retno selalu baik sama Deril,' tolak anak tersebut di dalam hatinya.
Sesampainya di rumah Ibu Retno, Deril di sambut dengan baik, oleh keluarga Ibu Retno apalagi Ayana yang merasa tersentuh hatinya ketika melihat anak itu.
"Ting tong." Bel berbunyi segera Jumi membukakan pintu.
"Mari masuk Ibu dan keluarga sudah menunggu kedatangan kalian," sahut Jumi dengan sopan.
"Baguslah memang mereka harus menunggu kedatangan kami," sahut Lita dengan ketus.
Saat ini mereka sudah berada di ruang tamu, keempat orang tersebut langsung masuk, Deril dan juga Meme begitu terkejut dengan penampakan rumah yang begitu mewah ini.
"Kak Deril, sebentar lagi mau tinggal di rumah mewah ini ya?" tanya bocah itu sambil berbisik.
"Iya, hanya untuk berobat saja," sahutnya dengan lirih.
Selamat pagi Deril," ucap Retno menyambutnya dengan begitu hangat.
"Selamat pagi juga Ibu," sahutnya dengan sopan.
Perkenalkan, ini anak Ibu panggil saja Om Andre dan ini istrinya, dan anak perempuan kecil itu cucu Ibu, anak dari Om Andre," ucap Retno memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya.
"Assalamualaikum, namamu siapa Nak," sapa Ayana sambil mendekat ke arah Deril.
"Namaku Deril Tante," sahut anak itu.
"Wah, nama yang bagus, semoga kamu betah ya tinggal di sini, ingat selalu semangat ya! Biar cepat sembuh kakinya dan bisa berjalan seperti dulu lagi," kata Ayana menyemangati anak itu.
"Terima kasih Tante," sahut anak itu.
Ayana terlihat begitu peduli dengan keadaan Deril yang seperti ini, bahkan dari sorot matanya saja Aya sudah paham kalau anak ini menyimpan banyak masalah di dalam hidupnya.
'Anak ini seperti tertekan, astaga! Sebenarnya apa yang sudah terjadi,' pikirnya di dalam hati.
"Ibu, aku ingin mainan itu." tiba-tiba saja tangan Meme menunjuk boneka yang di pegang oleh Gista.
"Jangan ini milik Gista," tolak anak itu.
"Ibu, aku ingin boneka itu," ucapnya kembali sambil merengek.
Semua orang yang melihat kejadian ini pun langsung memberi arahan kepada Meme. "Sayang, kamu mau boneka?" tanya Ayana mencoba untuk mendekat.
"Iya, aku mau boneka itu," sahutnya sambil menunjuk milik Gista, sedang anak itu langsung menyembunyikan bonekanya di balik badannya.
"Kalau mau Tante kasih ya, tapi kamu tidak boleh nangis, gimana? Mau," ucap Aya.
"Iya aku mau," sahut Meme.
Seketika pandangan Ayana beralih ke suaminya yang sepertinya sedang buru-buru.
"Mas, mau kemana?" tanya Ayana.
"Mas, mau kembali ke kantor Sayang," ucap Andre sambil mendaratkan ciuman ke kening istrinya.
"Baiklah kalau begitu hati-hati ya," sahut Ayana sambil mencium punggung tangan suaminya.
"Ma, aku pamit dulu ya," pamit Andre sambil meninggalkan ciuman ke pipi kiri ibunya.
"Hati-hati Sayang," ucap Retno.
Andre pun langsung meninggalkan rumah karena memang ada pekerjaan yang harus di urusnya, setelah kepergian suaminya, Ayana langsung membawakan boneka untuk Meme dari kamarnya.
"Sayang, ini bonekanya," ucap Aya sambil menyerahkan boneka kesayangannya kepada anak kecil itu.
"Aku gak mau boneka yang ini, aku maunya boneka yang di pegang oleh anaknya Tante," sahut anak itu dengan berani.
"Sayang itu bonekanya Kak Gista, Meme sudah punya sendiri, lebih baik mainin punya sendiri, sama bagusnya kok," ucap Ayana memberi pengertian.
"Ya elah terima boneka seperti itu saja, kasih saja kenapa, dasar orang kaya pelit," celetuk Lita sedang Shana hanya terdiam seperti tidak peduli dengan anaknya sendiri.
"Maaf Mbak, ini bukan masalah bonekanya, tapi mbak harus ajarkan kepada anak sedari dini untuk fokus dengan apa yang dia punya agar tidak merebut milik anak lain," sahut Ayana yang tidak mau kalah.
"Oh kamu, mau ajarkan saya, tentang mendidik anak, ini hanya perkara anak kecil, dan hal ini sudah lumrah, kemana-mana anak kecil juga seperti ini, lagian terima boneka begitu saja, kenapa gak diberi sih katanya kaya," cibir Lita.
"Sudah aku katakan, ini bukan masalah bonekanya, tapi sebisa mungkin harus ajarkan anak agar dia tidak tantrum ketika ada temannya megang sesuatu, setiap anak pasti akan memiliki sifat yang sama, tapi tergantung kita sebagai orang tua mengarahkannya seperti apa, kalau memang itu bukan hak kita, kita juga harus kasih penjelasan dengan cara baik-baik agar hati anak luluh, dan ingat jangan pernah berlindung dengan kata anak-anak, karena tidak semua orang mau mengerti dengan keinginan kita," jelas Ayana panjang lebar.
"Halah, kebanyakan alasan lu, bilang saja pelit," ketus Lita.
"Terserah itu hak anda, dan jangan salahkan saya, jika anak anda akan selalu seperti itu jika ada anak lain megang mainan," balas Ayana.
Ayana pun mulai mendekat ke arah Gista dan Meme untuk memberikan arahan kepada kedua anak kecil itu. "Gista dan Meme, sini mendekat," panggil Ayana.
"Sayang, kalau ada teman yang megang mainan, kau tidak boleh langsung memintanya ya," ucap Aya menasehati.
"Tapi aku kan pingin," sahut Meme.
"Kalau pingin sebaiknya tanya dulu kepada yang punya, mau gak di pinjam, dan kalau tidak kamu gak boleh maksa," terang Aya.
"Ya sudah kalau begitu aku minta maaf tadi susah maksa," ucap Meme.
"Bagus anak pintar," ucap Ayana.
Sekarang Ayana mulai memberi saran kepada anak sambungnya itu, agar mau meminjamkan mainannya ketika ada temannya.
"Gista, kalau ada teman yang mau minjem mainannya di kasih ya Nak," ucap Ayana memberi perhatian juga.
"Aku mau kok di pinjam, tapi jangan boneka yang ini, karena boneka ini pemberian terakhir Mommy," sahut anak itu.
'Astaga ternyata Gista memiliki alasan tertentu,' gumam Ayana di dalam hati.
"Top anak pintar, ya sudah mulai sekarang kalian main yang baik ya dan jangan berantem," pesan Ayana yang di angguki oleh dua anak itu.
Saat ini Ayana mulai menyusul mertuanya ke kamar yang sudah di khususkan untuk Deril, sedang dia orang ini sibuk berkeliling mengecek isi perabotan yang ada di rumah ini.
"Tante guci kecil ini kalau di jual kira-kira mahal nggak?" tanya Shana.
"Sudah jangan banyak tanya, ambil yang kecil-kecil saja, biar tidak kelihatan dan kau harus ingat ini rumah orang kaya, apapun yang ada di sini pasti semua bisa di jual dan di jadikan uang," sahut Lita.
Catatan penulis :
Selamat pagi menjelang siang, semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini. ❤️❤️❤️🙏🙏🙏
siapa ya yg coba memeras Bu Retno