Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lorong Ajaib dan Misteri Masa Lalu
Begitu mereka melangkah melewati gerbang, suasana langsung berubah. Interior kastil jauh lebih besar dari yang terlihat dari luar, dengan lorong-lorong yang seolah terus memanjang dan bercabang tanpa ujung. Dindingnya dipenuhi dengan lukisan-lukisan bergerak yang menggambarkan pertempuran dan kejadian misterius dari masa lalu. Cahaya redup dari obor berwarna biru menciptakan bayangan yang bergerak sendiri, membuat suasana semakin aneh.
“Gue nggak yakin kita masih di dimensi yang sama,” gumam Riko, melihat sebuah lukisan di mana seekor naga tengah bertarung dengan ksatria berzirah emas. “Kayak hidup semua benda di sini.”
Tatsu, seperti biasa, santai saja. Dia malah mencoba menyentuh salah satu lukisan, berharap menemukan tombol rahasia. “Pasti ada jebakan rahasia di balik ini. Kalau nggak, ngapain repot-repot bikin kastil keren begini?”
Ryo memperhatikan peta dengan seksama. “Kita harus ke tengah kastil. Ada sesuatu yang penting di sana.”
Tiba-tiba, lantai di bawah mereka bergetar, dan dinding di belakang mereka menutup rapat, meninggalkan hanya satu arah untuk maju.
“Serius, ini klise banget,” keluh Riko. “Kenapa selalu harus ada jalan yang nutup?”
“Dramatisasi, bro,” jawab Tatsu sambil berjalan santai ke depan. “Lo harus nikmatin setiap momen kayak gini.”
Lorong Ujian
Mereka sampai di sebuah persimpangan dengan tiga lorong yang masing-masing memiliki simbol berbeda di atasnya: api, air, dan angin.
“Pilihan klasik,” Tatsu bergumam sambil mengamati simbol-simbol itu. “Jadi, kita pilih yang mana?”
Ryo menatap simbol-simbol itu dengan serius. “Kita harus pisah. Gue ambil lorong angin.”
“Gue ambil api,” Riko mengangkat tangan. “Walau agak serem, gue lebih suka yang panas-panas.”
Tatsu menyeringai. “Berarti gue air. Tenang, adem, dan mungkin ada ikan-ikan lucu.”
“Ini bukan kolam renang, Tas,” sindir Riko sebelum melangkah ke lorong api.
“Gue tahu, tapi gue berharap ada sesuatu yang seru.” Tatsu melangkah masuk ke lorong air dengan santai, tangan di saku.
Ujian Riko: Lorong Api
Begitu masuk, Riko merasakan hawa panas yang langsung menyengat kulitnya. Dinding lorong dipenuhi lava yang mengalir perlahan. Di ujung lorong, tampak sebuah obor raksasa yang menyala terang.
“Selesaikan teka-teki, atau kau akan menjadi abu,” suara misterius menggema.
Riko melihat ada beberapa batu besar dengan simbol aneh. Di atasnya, ada tulisan: "Susun urutan elemen untuk memadamkan api abadi."
“Eh, gampang nih.” Riko mulai memikirkan elemen-elemen yang bisa mengalahkan api. “Air, pasti pertama.” Dia menekan batu bertanda air, tapi tiba-tiba lava di dinding naik sedikit.
“Eh, salah?”
Dia mencoba menekan batu bertanda angin, dan tiba-tiba api di obor mengecil.
“Oke, angin dulu, terus… air!” Setelah menekan urutan yang benar, api padam sepenuhnya, dan lorong terbuka menuju ruangan berikutnya.
Ujian Tatsu: Lorong Air
Tatsu berjalan melewati lorong yang penuh dengan air terjun kecil. Lantai licin, tapi dia berjalan dengan santai, seolah-olah sedang di taman hiburan.
“Selamat datang di ujian kesabaran,” suara lembut terdengar. “Kumpulkan tetesan air murni untuk membuka pintu.”
Tatsu mengernyit. “Serius? Disuruh nangkep air? Gue kira bakal lebih dramatis.”
Dia melihat ember kecil di pojok ruangan dan mulai menangkap tetesan air dari air terjun. Tapi setiap kali dia hampir penuh, embernya bocor.
“Ah, jebakan klasik,” gumamnya. Dia melihat sekeliling dan menemukan sebuah mangkuk emas di balik batu. “Ini dia!”
Dengan mangkuk emas itu, dia berhasil mengumpulkan air dan membuka pintu ke ruangan berikutnya.
Ujian Ryo: Lorong Angin
Ryo menghadapi lorong yang penuh dengan hembusan angin kencang. Di tengah lorong, ada beberapa balok melayang yang harus dia pijak untuk mencapai ujung.
“Seimbangkan energi angin, atau kau akan terhempas,” suara tegas terdengar.
Ryo menutup matanya, merasakan arah angin, dan melangkah hati-hati di setiap balok. Dengan keahliannya, dia mencapai ujung lorong dan membuka pintu menuju ruangan utama.
Bertemu Kembali
Mereka bertiga tiba di ruangan besar yang penuh dengan cahaya biru. Di tengah ruangan, berdiri sebuah altar dengan kristal besar yang berkilauan.
“Ini pasti kunci ke dimensi lain,” kata Ryo dengan nada serius.
Tatsu mendekati kristal itu dan menyentuhnya. Tiba-tiba, ruangan bergetar, dan portal besar muncul di tengah-tengah mereka.
“Siap, bro?” tanya Tatsu dengan senyum lebar.
Riko menatap portal itu dengan gugup. “Gue nggak yakin, tapi… ayo aja lah.”
Mereka melangkah masuk ke portal, menuju dunia berikutnya yang penuh misteri dan tantangan baru.
Bersambung di Bab 32.