NovelToon NovelToon
KARMA Sang Pemain Cinta

KARMA Sang Pemain Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Pelakor jahat / Balas dendam pengganti
Popularitas:26.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Naura, seorang gadis desa, terjerat cinta pria kaya raya—Bimo Raharja, saat memulai pekerjaan pertama di kota.

Pada suatu hari, ia harus menahan luka karena janji palsu akan dinikahi secara resmi harus kandas di tengah jalan, padahal ke-dua belah pihak keluarga saling mengetahui mereka telah terikat secara pernikahan agama.

"Mas Bimo, tolong jangan seperti ini ...." Naura berbicara dengan tangis tertahan.

"Aku menceraikan kamu, Naura. Maaf, tapi aku telah jatuh cinta pada wanita lain."

Baru saja dinikahi secara agama, tapi tak lama berselang Naura ditinggalkan. Masalah semakin besar ketika orang tua Naura tahu jika Bimo menghamili wanita lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Mirip Don Juan

Naura duduk di ruang kerjanya yang kecil, masih merenungkan percakapan terakhir dengan Raka di pantry beberapa hari yang lalu.

Baginya, Raka adalah teka-teki. Pria itu sering menunjukkan perhatian yang tulus, tapi sikapnya yang berubah-ubah kadang membuat Naura bingung.

Namun, apa pun itu, Raka berhasil membuatnya merasa sedikit lebih baik, meski bayang-bayang masa lalu dengan Bimo masih menghantuinya.

Tepat saat pikiran itu melintas, ponselnya berbunyi.

Sebuah pesan masuk dari Raka.

"Ada waktu makan malam nanti? Aku ingin membahas sesuatu. Aku jemput jam tujuh, oke?"

Naura terdiam sejenak, membaca ulang pesan itu. Sejak kapan Raka jadi begitu ... langsung? Tanpa memikirkan banyak, ia mengetik balasan singkat, "Baik."

Jam tujuh tepat, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan kost Naura.

Raka keluar dengan mengenakan setelan kasual, tapi tetap terlihat berkelas. Naura, yang mengenakan gaun sederhana, hanya bisa terpana.

"Siap?" tanya Raka sambil membuka pintu untuknya.

"Mas Raka, ini terlalu berlebihan. Kita 'kan cuma makan malam." Naura mengangguk canggung.

Raka tersenyum tipis, menatapnya dengan mata yang penuh entah.

"Aku hanya ingin memastikan kamu merasa spesial malam ini."

Perjalanan menuju restoran terasa nyaman, tapi penuh tanda tanya.

Raka tampak lebih santai dari biasanya, bahkan menyetel musik lembut yang mengisi keheningan di antara mereka.

Begitu tiba, Naura semakin terkejut. Restoran itu adalah tempat yang hanya pernah ia lihat di majalah.

Interiornya elegan, dengan lampu-lampu kristal berkilauan di langit-langit.

"Mas Raka, serius, kita makan di sini?" tanyanya, ragu.

"Kenapa tidak? Kamu pantas mendapatkan yang terbaik," jawab Raka, suaranya tenang tapi penuh makna.

Selama makan malam, Raka mulai menunjukkan sisi yang berbeda.

Ia melontarkan lelucon-lelucon ringan yang membuat Naura tersenyum, bahkan tertawa kecil.

Tatapannya selalu terfokus pada Naura, seolah-olah tidak ada hal lain yang lebih penting di dunia ini.

"Mas Raka, ada apa denganmu malam ini? Kamu berbeda," akhirnya Naura bertanya, setengah bercanda.

Raka menyandarkan diri di kursinya, menatap Naura dengan senyum penuh arti.

"Berbeda bagaimana?"

"Entahlah," Naura berkata, mencoba mencari kata yang tepat.

"Seperti … Don Juan. Romantis dan penuh perhatian. Ini bukan kamu yang biasanya."

Raka tertawa kecil. "Mungkin ini memang sisi diriku yang belum kamu kenal."

Naura mengernyit, merasa ada sesuatu di balik kata-kata itu.

"Tapi kenapa?"

Raka terdiam sejenak, lalu berkata, "Karena aku ingin kamu tahu bahwa ada orang di dunia ini yang benar-benar peduli padamu. Aku ingin kamu bahagia, Naura."

Naura terdiam, menatap Raka dengan campuran rasa bingung dan terharu.

Ia ingin percaya pada kata-kata Raka, tapi luka masa lalu membuatnya ragu.

Namun, sebelum ia sempat merespons, Raka melanjutkan dengan suara yang lebih lembut tapi serius.

"Dan aku tidak akan memaksamu untuk apa pun. Aku hanya ingin kamu tahu, aku ada di sini. Untukmu."

***

Di tengah makan malam itu, Raka mengajukan pertanyaan yang membuat Naura tersentak.

"Naura, aku ingin tahu … apakah kamu masih memikirkan Bimo?"

Naura terdiam, jari-jarinya meremas tepi serbet yang ada di pangkuannya. Suara Raka begitu tenang, tapi pertanyaannya membawa beban yang berat.

Setelah menarik napas panjang, ia menjawab dengan suara yang nyaris berbisik.

"Kadang, aku masih memikirkannya. Tapi bukan karena aku merindukannya. Lebih kepada … rasa sakit dan kecewa yang belum bisa hilang. Aku sering merasa kotor, tidak pantas ada di dekat orang seperti Mas Raka."

Raka menatapnya dengan mata penuh simpati, lalu tanpa banyak bicara, ia mengulurkan tangannya.

"Ikut aku. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan."

Mobil berhenti di depan sebuah mansion megah yang membuat Naura terpana.

Bangunan itu berdiri kokoh, dengan taman luas dan lampu-lampu yang memancarkan kehangatan.

"Mas Raka, tempat apa ini?" tanyanya bingung.

"Tempat ini adalah bagian dari masa lalu keluargaku, tapi malam ini, aku ingin menjadikannya bagian dari masa depanmu." Raka tersenyum samar.

Mereka berjalan ke halaman belakang di mana sebuah api unggun kecil menyala.

Di tangannya, Raka membawa sebuah tas penuh dengan barang-barang yang tidak asing bagi Naura. Foto-foto masa lalu, kenangan saat bersama Bimo.

Raka melemparkan satu per satu ke dalam api, membuat Naura membeku.

"Mas, apa yang kamu lakukan?"

"Menghapus jejak masa lalu yang membuatmu terluka. Kamu harus berhenti melihat ke belakang, Naura. Hidupmu terlalu berharga untuk dihabiskan mengenang seseorang yang tidak pernah menghargaimu." Raka menatapnya dengan serius.

Mereka berdua terdiam, memandang api yang melahap kenangan itu. Naura merasa hatinya campur aduk—antara lega, sedih, dan marah.

Namun, di sisi lain, kehadiran Raka di sisinya memberikan ketenangan yang ia tidak tahu ia butuhkan.

Hari berikutnya, Raka mengajak Naura berjalan-jalan di mall, mencoba mengalihkan pikirannya.

Mereka berbicara tentang hal-hal ringan, hingga tiba-tiba langkah Naura terhenti.

Matanya menangkap sosok Bimo di kejauhan, tengah menggenggam tangan Citra yang perutnya mulai membesar.

Mereka terlihat bahagia, tertawa sembari masuk ke sebuah toko bayi.

Air mata Naura mengalir tanpa bisa ia tahan. Ia berbalik, memeluk Raka tanpa berpikir panjang.

"Mas, kenapa rasanya sakit sekali? Aku tidak iri pada mereka … tapi kenapa ini terasa begitu menyakitkan?"

Raka mengelus lembut punggung Naura, lalu berbisik di dekat telinganya, "Apa yang membuatmu iri pada mereka, Naura? Kalau kamu mau, aku bisa memberimu lebih dari itu."

Kata-kata Raka membuat Naura mendongak, menatapnya dengan bingung.

Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, Raka menggenggam tangannya dan membawanya ke toko perhiasan terdekat.

Di dalam toko itu, Raka mulai memilihkan perhiasan untuk Naura, tanpa memedulikan harga.

Kalung berlian, gelang emas, hingga cincin cantik yang dipasangkan ke jari Naura.

"Kamu pantas mendapatkan semua ini," katanya dengan senyum tipis.

Tidak jauh dari sana, Bimo yang baru keluar dari toko bayi terdiam.

Ia melihat Naura dan Raka yang terlihat seperti pasangan sempurna. Perasaan aneh menyeruak di dadanya—antara cemburu, marah, dan terhina.

Naura menatap perhiasan yang kini menghiasi tubuhnya, merasa bingung dengan tindakan Raka.

Namun, saat ia melirik ke arah Bimo yang masih mematung di kejauhan, ia merasakan sesuatu yang baru—sebuah kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Di sisi lain, Raka menatap Bimo sambil tersenyum tipis, seperti seseorang yang baru saja memenangkan sebuah permainan besar.

***

Raka memandangi Naura dengan sorot mata bingung bercampur heran.

Melihat satu per satu perhiasan mahal yang ia beli dengan hati-hati dilepaskan dari tubuh Naura, ia mencoba memahami apa yang sebenarnya dirasakan gadis itu.

"Aku tidak butuh ini, Mas," ucap Naura dengan nada lembut namun tegas.

Raka menarik napas dalam, lalu menatapnya serius.

"Kenapa, Naura? Biasanya, perempuan merasa senang diberi hal-hal seperti ini. Kamu menolaknya, padahal aku hanya ingin membuatmu bahagia."

Naura mendongak, menatap Raka dengan mata yang penuh kejujuran.

"Karena aku tidak perlu benda-benda ini untuk bahagia, Mas. Kamu tahu apa yang benar-benar membuatku merasa lebih baik?"

Raka mengerutkan dahi, menunggu jawaban Naura dengan sabar.

"Kamu," jawab Naura dengan suara pelan tapi mantap.

"Sikapmu, perhatianmu, caramu membuatku merasa dihargai. Itu sudah lebih dari cukup untuk mengobati luka-luka yang ada di dalam hati ini. Aku tidak butuh barang-barang ini untuk membuktikan sesuatu."

Raka terdiam, memproses setiap kata yang keluar dari mulut Naura. Gadis ini benar-benar berbeda, pikirnya.

Di balik kesederhanaannya, ada kekuatan yang begitu besar, dan itu membuatnya semakin terpesona.

Namun sebelum ia bisa menjawab, suara langkah berat terdengar di kejauhan. Raka dan Naura menoleh hampir bersamaan.

Dari balik kaca toko, Bimo berdiri mematung. Wajahnya penuh dengan emosi yang sulit dijelaskan—marah, terluka, sekaligus menyesal.

Ia berbalik pergi dengan tergesa-gesa, tetapi Naura tak melewatkan tatapan terakhir yang penuh arti dari Bimo.

Hatinya kembali bergemuruh, tapi ia cepat-cepat mengalihkan pandangan ke arah Raka.

Raka, yang masih terdiam, akhirnya berkata dengan nada rendah, "Aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi satu hal yang aku tahu, Naura—aku tidak akan pernah membiarkan kamu merasa sendirian lagi."

1
Nina_Melo
lagi, yang banyak
Nina_Melo
update yang banyak dong
Adinda
aku suka pria yang kejam dan tegas,semangat raka.
Lintang Lia Taufik: Terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Teddy
semangat bikin bab barunya
Lintang Lia Taufik: Makasih ya
Samantha: Hmmm Tedy
total 2 replies
Nina_Melo
suka /Drool/
Adinda
jangan mau kembali sama bimo naura, kamu berhak bahagia bersama pria lain.
Lintang Lia Taufik: Wah terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
Antonio Johnson
lanjut
Antonio Johnson
like
Samantha
up
Samantha
suka
Teddy
like
Nina_Melo
Gas,
Lintang Lia Taufik: Makasih ya Nina
total 1 replies
Teddy
kasian
Nina_Melo
lanjut, gak sabar tunggu perbucinan
Nina_Melo
lanjut
Samantha
up
Teddy
selalu ada sih drama terselubung. Di manapun itu
Nina_Melo
Makin serem ya
Antonio Johnson
weh, tegang bacanya
Nina_Melo
sadis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!