"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Remehkan
Karena hari ini adalah akhir pekan. Jisya masih lena dalam tidurnya. Beruntung dia masih bertanggal merah, sehingga tak apa jika dia melewatkan waktu Sholat subuh.
Tiba-tiba sebuah tangan lebar menyentuh pipi wanita itu, di mana masih sangat jelas tampak memerah bekas tamparan Sesa semalam.
Merasa ada yang mengusik wajahnya, gadis itu mulai tersadar dari tidur panjangnya yang begitu pulas.
Perlahan dia mulai membuka kedua kelopak matanya untuk melihat siapa yang sedang mengusik tidurnya.
Netranya bertemu dengan netra pria tampan yang duduk di sampingnya sembari membelai lembut pipinya.
"Di mana kau mendapatkan bekas di wajahmu ini?" Tanya Arga pada Jisya.
Wanita itu berpikir dia sedang mimpi dan buru-buru mengocek matanya dengan segera mendudukkan dirinya. "Mas? Kamu sudah pulang? Kapan kamu pulang?" Bukannya menjawab, tapi dia malah balik bertanya.
"Baru saja."
"Siapa yang sudah menyebabkan wajahmu seperti itu?" lanjut pria itu masih menelisik bekas tamparan yang berada di pipi istrinya itu.
Jisya memegang pipinya kemudian menggeleng "Oh ini, ini tidak terlalu sakit kok." Jisya seperti tak ingin mengatakan siapa yang sudah menamparnya.
"Kamu sudah sarapan, Mas?" lanjut Jisya.
"Sudah." Singkat pria itu tampak tak suka dengan sikap istrinya yang tidak mau jujur.
"Sudah? Kamu sarapan di mana?"
"Di mana saja." Jawab pria itu datar.
"Jam berapa ini?"
"10 pagi."
"Apa? pukul 10 pagi? Astaghfirullahaladzim, ternyata aku terlambat bangun." Gadis itu bergegas turun dari ranjang dan berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit berlalu gadis itu sudah selesai mandi, dia langsung keluar dari kamar mandi memakai kimono menuju ruang ganti dan langsung memakai pakaiannya.
Setelah dari ruang ganti, Jisya keluar menuju kursi meja rias dan mendudukkan dirinya berniat untuk mengeringkan rambutnya.
Belum sempat gadis itu menghidupkan pengering rambut yang berada di tangannya. Tiba-tiba seseorang berdiri di belakangnya kemudian mengambil pengering rambut tersebut dan mengeringkan rambut gadis itu.
Jisya sedikit tersentak kaget atas tindakan suaminya itu yang tiba-tiba saja.
"Kamu baik-baik saja kan, Mas? kamu tidak lagi sakit kan?" tanya Jisya karena dia merasa sedikit aneh dengan tingkah laki-laki itu.
"Memang kenapa denganku? apakah perlu menunggu sakit, baru aku bisa membantu istriku untuk mengeringkan rambutnya?" jawab pria itu kembali bertanya.
Jisya tak menjawab lagi ucapan suaminya. Wanita itu terlihat berdiam menatap intens wajah tampan suaminya melalui pantulan cermin.
"Mas." panggil gadis itu tiba-tiba.
"Hm." Arga hanya berdehem menjawabnya dengan kedua mata masih tertuju kepada rambut sang istri yang sedang ia keringkan.
"Kenapa kamu menutupi wajahmu itu dari orang-orang, Mas?" Entah apa yang berada dalam pikiran wanita itu, sehingga dia tiba-tiba mempertanyakan itu pada suaminya.
Tanpa gadis itu sadari dia mulai peduli dengan suaminya. Padahal pernikahan di antara mereka hanya karena Jisya yang tak ingin menikah dengan Ryan. Laki-laki angkuh yang memiliki banyak wanita simpanan di sekelilingnya.
Jari-jari pria itu terhenti sejenak. Kemudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya untuk mengeringkan rambut istrinya.
"Menutupi? Tidak, aku tidak menutupi wajahku, aku tidak memakai topeng di depan orang-orang." jawab pria itu terdengar lucu tapi dengan wajah yang tanpa ekspresi.
"Hahahaha" Jisya tertawa melihat wajah suaminya.
Arga mengerut. "Apa ada yang lucu?" tanyanya mengangkat pandangan dan melihat istrinya melalui pantulan cermin setelah dia mematikan pengering rambut yang berada di tangannya usai rambut gadis itu kering.
Jisya masih tertawa dan membalik badan kemudian memegang kedua rahang suaminya.
"Bicara kamu itu terdengar lucu, tapi wajah kamu malah terlihat aneh yang datar seperti tembok. Coba kamu bisa tersenyum sedikit, pasti kamu akan terlihat sangat tampan," wanita itu sedikit menarik kedua sudut bibir suaminya menyuruh pria itu untuk tersenyum.
Arga mengikuti ucapan gadis itu dan tersenyum dengan wajah yang dipaksakan.
Jisya kembali tekikik, "Tidak seperti itu konsepnya, Mas." Berdiri dari duduknya dan mengambil jilbab berniat untuk turun ke bawah.
"Kau mau ke mana?" Tanya Arga padanya.
"Mau ke bawah, Mas. Terus mau ke mana lagi," jawabnya santai.
"Apa kau tahu, apa yang terjadi di bawah sana?" pria itu membuat Jisya tak mengerti apa maksud darinya.
"Terjadi? Memang apa yang terjadi di bawah sana, Mas?" Bertanya dengan wajah heran.
"Kakak mu sedang melangsungkan acara pernikahannya bersama dengan mantan calon suami mu," jawab Arga seketika merubah raut wajah wanita itu.
"Kak Sasa menikah dengan Malvin... Jadi pernikahannya diadakan hari ini..." Gumam gadis itu yang masih bisa didengar oleh suaminya.
"Kenapa? Kau tidak bisa menerima kenyataan tentang mantan calon suamimu yang malah menikah bersama dengan kakak mu?" Tanya pria itu menatap seksama wajah istrinya.
"Apa aku terlihat begitu menyedihkan? Sehingga kau mempertanyakan itu padaku?" Jisya balik bertanya.
"Aku hanya bertanya, siapa tahu saja kau masih belum bisa move on dari kekasih hatimu itu." Ujar pria itu seperti sebuah sindiran yang terdengar di telinga Jisya.
"Kekasih hatiku? Tidak terdengar buruk." Melewati suaminya dan masuk ke dalam ruang ganti.
Tak berapa lama wanita itu kembali keluar dengan memakai gaun yang sederhana tapi tampak sangat elegan di tubuhnya.
"Ayo kita turun ke bawah." Ajak Jisya menarik lengan suaminya.
"Di bawah sana ada lumayan banyak keluarga pihak dari Ayah mu, apa kau tidak malu jika mereka tahu kalau kau hanya menikah dengan seorang satpam?" Tanya pria itu.
Jisya tersenyum dan........
Cup
Wanita itu mencium pipi suaminya yang membuat Arga sedikit kaget atas tindakan berani istrinya.
"Jika kita tidak turun ke bawah, mereka akan menganggap kita pecundang. Persetan dengan apa yang akan mereka katakan, aku tidak peduli. Lagi pula aku laper, aku mau menghabisi semua makanan enak di bawah sana." Ucap Jisya memeluk lengan suaminya.
Arga menarik tipis sudut bibirnya. Dan mengikuti langkah kaki istrinya yang mulai berjalan sembari menarik lengannya.
Sebelum turun ke bawah Arga kembali memakai topi dan kacamata putih miliknya.
Setibanya di bawah semua anggota keluarga dari pihak Ayah Jisya melihat suami wanita itu dengan pandangan remeh, karena mereka semua tahu kalau Jisya menikah hanya dengan seorang satpam.
"Jadi ini suamimu Jisya? apa sudah habis laki-laki dalam dunia ini? Sehingga kau memilih menikah dengan satpam dari kalangan bawah?" Tanya sepupu Jisya menatap sinis suami sepupunya itu.
Sepertinya mereka semua memang sudah menyusun strategi untuk menghina suami Jisya.
"Benar, sepertinya kau sudah di santet oleh laki-laki ini, Jisya." Sahut sepupu Jisya yang satunya lagi memperhatikan penampilan Arga dari bawah sampai atas yang baginya terlihat sangat norak dan kampungan.