Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Pagi hari nya, benar saja Ica terbangun lebih dulu saat merasakan area bawah nya yang terasa basah di sertai rasa mulas yang melilit.
Ica segera menarik diri dari pelukan Daddy nya, lalu berlari ke kamar mandi, memakai pembalut nya keburu tembus dan meninggalkan noda di kasur.
Untung saja, dia sudah memiliki stok pembalut. Kalau tidak, dia tak bisa membayangkan bagaimana cara bicara nya untuk meminta Zen membeli barang perempuan yang keramat bagi laki-laki itu? Membayangkan nya saja membuat Ica geli sendiri.
Zen terbangun saat tak merasakan tubuh gadis nya yang semalaman dia peluk bagai guling.
"By.." Teriak Zen saat mendengar bunyi gemericik air di kamar mandi.
"Iya Dad," Jawab Ica dengan teriakan juga.
"Lagi ngapain?" Hening, Gadis itu tak lagi menjawab dan itu membuat Zen penasaran dengan apa yang sedang di lakukan gadis nya di dalam kamar mandi.
Zen membuka pintu, membuat Ica yang membersihkan darah di paha dan betis nya seketika mendongak.
Zen melongo melihat keadaan gadis nya yang nampak mengerikan, darah nya bahkan menetes langsung ke lantai tanpa perantara.
"By.."
"Aaaa Daddy, kenapa masuk tanpa izin. Sana keluar, ini memalukan." Ica segera mendorong tubuh tegap Daddy nya keluar dari kamar mandi. Sungguh demi apapun dia sangat malu di lihat dalam kondisi yang memalukan.
Ica segera mengunci pintu saat berhasil mendorong tubuh Daddy nya keluar kamar mandi, dia bersandar di balik pintu. Menikmati sensasi mulas yang melilit perut nya, kening nya berkeringat dan bibir nya memucat.
Selesai memasang pembalut dan mengganti segitiga nya, Ica keluar sambil memegangi perut nya yang terasa kram.
"By.."
"Ya Dad.." Jawab Ica lirih.
"Astaga sayang, kamu terlihat pucat. Ada yang sakit?" Tanya Zen dengan wajah panik nya, ini pertama kali nya dia sepanik ini, padahal biasa nya dia tak pernah peduli pada siapapun.
"P-erut Dad, mules.." Jawab Ica terbata.
"Terus, Daddy harus apa sayang?"
"Boleh minta teh jahe hangat?" Pinta Ica, wajah nya di buat sememelas mungkin, agar pria itu mau menuruti keinginan nya.
Padahal wajah nya tak di buat memelas pun, Zen pasti membuatkan nya, dia kan bucin akut dengan mu Cha!
"Daddy buatkan sekarang sayang, tahan dulu sebentar ya.."
Zen keluar kamar dengan tergesa-gesa, bahkan pria itu hanya memakai bathrobe saja, karena semalam dia membuka seluruh pakaian nya hanya menyisakan boxer nya saja, karena Ica merengek ingin memeluk perut roti sobek nya.
Zen menuruni tangga, disana sudah ada Bimo yang bersiap menjemput sang atasan.
"Pagi pak.."
"Bim, handle dulu perusahaan ya. Ica sedang sakit, aku tak bisa meninggalkan nya."
"Ta-pi hari ini ada rapat dengan klien dari amerika, Tuan.."
"Kan bisa kau wakilkan Bimo, sudah pergilah. Kau membuang waktu berharga ku," Usir Zen, sedangkan pria itu sudah pergi ke dapur, membuat Bimo melongo.
Sejak kapan pria datar itu begitu perhatian pada orang lain? Ohh ya ralat, Ica bukan orang lain!
Terpaksa lah, Bimo pergi ke kantor tanpa Zen pagi ini. Sebenarnya dia malas menghadiri meeting dengan klien tanpa Zen, apalagi klien nya wanita. Dia pasti habis di goda,
...
Di dapur, Zen tengah bertanya pada Bi Arin cara membuat teh jahe untuk meredakan sakit perut datang bulan.
"Bi, bagaimana cara membuat teh jahe hangat?" Tanya Zen,
"Nona Ica sedang datang bulan?" Zen menganggukan kepala nya cepat.
"Gampang tuan, rebus teh hijau, geprek jahe merah, di rebus. Setelah berubah warna kasih gula sedikit, lalu di minum selagi hangat." Jawab Bi Arin.
"Liatin ya Bi, takut salah. Soalnya ini pertama kali aku membuat nya.." Bi Arin hanya mengangguk mengiyakan, lalu mengawasi Zen yang mulai meracik bahan-bahan yang sudah di sediakan bi Arin.
"Jahe nya agak banyakan, biar hangat.." Bi Arin memberi petunjuk saat Zen memasukan hanya sedikit jahe.
"Tambahkan ini.." Bi Arin kembali memasukan jahe merah yang sudah di geprek ke dalam panci.
"Apa gak terlalu pedas nanti nya Bi?"
"Justru itu akan membuat mulas nya berkurang karena hangat dari jahe nya." Jawab Bi Arin, membuat Zen manggut-manggut.
"Sudah jadi Den, kasih gula sedikit." Zen menuang teh jahe nya ke dalam gelas dan membawa nya dengan baki.
"Bi, sarapan nya bawakan ke kamar aja ya.."
"Baik den, nanti saya antar." Jawab Bi Arin.
Zen menaiki tangga dengan hati-hati, takut teh nya tumpah.
Zen membuka pintu kamar nya dengan perlahan, dia melihat Ica yang berbaring dengan tangan yang memegangi perut nya.
"Ini, diminum dulu By.." Zen duduk di samping gadis nya, menyodorkan teh jahe buatan nya.
Ica meminum nya perlahan karena masih panas, dia memejamkan mata nya saat teh hangat itu memasuki tenggorokan nya.
"Gimana, enak gak By?" Tanya Zen dengan antusias.
Ica tak menjawab, dia hanya mengacungkan kedua jempol nya ke arah Zen.
"Jahe nya pas.."
"Tak sia-sia aku membuat nya kalau kamu suka, By.."
"Daddy membuat nya sendiri?" Tanya Ica.
"Iya, untuk mu selalu spesial. Ya, meski Daddy di ajarin Bi Arin sih.."
"Makasih ya Dad, sudah bersusah payah hanya untuk buatin Ica teh jahe."
"Gapapa sayang, kamu segalanya untuk Daddy.."
"Daddy gombal.." Ucap Ica manja.
"Siapa yang gombal, lagian napa gak percayaan sih?"
"Apa Daddy tak ke kantor?" Tanya Ica mengalihkan pembicaraan.
"Daddy mau jagain kamu aja seharian ini.."
"Loh, terus kantor gimana?" Tanya Ica lagi.
"Ada Bimo yang handle sayang.."
"Kasian dong, menurut aku kasih dia waktu buat nikmatin hidup nya Dad, dia kan jomblo."
"Nanti saja, sudahlah jangan urusi perusahaan." Ucap Zen.
"Daddy pergi ngantor aja, lagi pun kalau udah minum teh jahe pasti baikan kok."
"Gak, Daddy disini aja nungguin kamu." Tolak Zen.
"Dad, Ica baik-baik aja. Cuma mules datang bulan aja, ini wajar. Ica gak sakit parah kok, jadi Daddy pergi ngantor aja ya, kasian Asisten Bimo."
"Ta-pi By, aku ingin disini bersama mu."
"No, kalau bisa sendiri jangan menyusahkan orang lain, kasian Dad.."
"Huh baiklah, tapi kalau ada apa-apa, aku adalah orang yang harus kamu telpon duluan." Peringat Zen.
"Okey, my handsome daddy.." Jawab Ica dengan senyum manis nya.
"Baiklah, Daddy bersiap dulu. Tak usah membantu ya, tiduran saja." Zen mengusap puncak kepala gadis nya, lalu pergi ke kamar mandi dan bersiap pergi ke kantor.
"Baby, Daddy pergi dulu. Hati-hati di rumah dan kalau ada apa-apa langsung hubungi Daddy."
"Iya Daddy bawel.."
Zen hanya tersenyum lalu mencium sebentar bibir mungil sang gadis, lalu pergi dengan setelan kerja dan tas kerja yang dia tenteng.
"Bi, aku nitip Ica. Aku ke kantor dulu, kalau ada apa-apa langsung lapor ke saya."
"Baik den.." Jawab Bi Arin.
Pria itu pergi dengan langkah gontai nya, dia malas bekerja hari ini. Bisa di pastikan dia takkan fokus bekerja karena terus memikirkan gadis nya.
....
🌷🌷🌷
Mas bucin nya ngantor dulu🤭 hari senin ini, jangan lupa vote ya😘
Emg mo di gagahi waktu M?