Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31. Terpaksa Membolos
...Tolong jangan pernah menjelekkan atau bahkan membandingkan seseorang atau suatu hal sebelum kamu mengetahui kebenarannya. Jujur, hati ini rasanya sakit...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Ratu merasakan sesuatu menyentuh dahi serta kedua pipinya secara bergantian, sontak Ratu membuka kedua kelopak matanya. Ia membulatkan kedua matanya mendapati wajah Raja tepat di hadapannya.
Sontak Ratu melempar bantal ke arah wajah Raja karena terkejut. "Kak, kenapa dekat banget gitu? Ratu kaget banget muka Kakak nyeramin," celetuknya.
"Gua ganteng," cakap Raja dengan suara berat yang khas.
"Kakak kok suaranya beda? Kakak batuk, ya? Mau Ratu ambilin minum, kah? Atau obat?" tanya Ratu polos.
Raja menepuk jidatnya, gadis lain akan terpesona dengan wajah bangun tidur dirinya, namun Ratu justru menganggapnya seram. Gadis lain akan begitu kagum mendengar suara khas bangun tidurnya, namun Ratu justru mengira dirinya batuk.
Sepolos itu dia? pikir Raja.
"Lo mau sekolah?" tanya Raja. "Kalau, iya, cepat mandi, gua tunggu di bawah dan biar gua yang masak."
"Kak," panggil Ratu. "Kakak baik-baik aja, 'kan? Kakak kok kayak pucat gitu. Suara Kakak juga lain, Kakak gak sakit, 'kan?"
Ratu memegang dahi senior di hadapannya membuat jantung sang empunya dahi berdesir. "Gua gak pa-pa. Buruan mandi, lo ingat gua gak suka cewek lelet, 'kan?"
"I-iya. Gak sampai sepuluh menit lagi Ratu ke bawah!" pekiknya memasuki toilet dengan terburu-buru hingga ia terpeleset di dalam toilet.
Raja menuruni anak tangga membiarkan sang gadis memanjakan dirinya di dalam kamar mandi. Kini ia berkutat di dalam dapur menyiapkan sarapan untuknya dan Ratu. Ia sendiri sudah terbiasa memasak sedari dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sekitar sepuluh menit kemudian Ratu datang dengan seragam putih abu-abunya. "Kak, Kakak mandi dulu aja biar Ratu yang lanjutin masakin nasi goreng sama buatin susu."
"Katanya lima menit, ini udah sepuluh menit. Lima menitnya ngapain aja?" Raja lantas merampas handuk yang ada di kepala Ratu.
"Kak kembaliin! Itu handuk punya Ratu tahu!" pekik Ratu. "Itu juga basah banget, ih! Kembaliin!"
"Gua jemurin, lo lanjut masak itu apinya gak gua matiin." Raja bergegas menaiki anak tangga menuju toilet di dalam kamarnya.
Ratu buru-buru mengaduk nasi gorengnya dengan wajah masam. "Kenapa gak bilang, sih!? Gosong gini, 'kan, jadinya. Padahal bisa dikecilin dulu atau dimatiin pasti gak akan gosong kayak gini," omelnya.
Sepuluh menit kemudian keduanya duduk berhadapan di meja makan menikmati nasi goreng yang gosong sebagian. Ratu melirik ke arah Raja yang tampak biasa saja menikmati perpaduan rasa pahit dan gurihnya nasi goreng.
"Kak? Wajah Kakak kok biasa aja waktu makan ini? Padahal rasanya pahit-pahit gimana gitu kayak wajah Kakak," celetuknya.
"Syukuri aja apa yang ada, habisin semuanya. Mubadzir kalau dibuang," tutur Raja.
"Kak? Tapi itu masih banyak banget tahu! Kita cuma berdua tapi Kakak tadi nuangin nasinya kayak porsi enam orang tahu! Siapa yang mau makan?" omel Ratu menatap wajan yang masih penuh dengan nasi goreng, tentu dengan warna kehitaman di beberapa bagian.
"Lo," sahut Raja santai tanpa dosa. "Lo terlalu kurus, gua masakin banyak buat lo."
"TAPI GAK ENAM PORSI JUGA KALI, KAK!" pekik Ratu kesal. Masa bodo dengan dirinya yang akan diperlakukan kasar pada Raja toh ia sudah biasa.
"Lo berani ngebentak gua rupanya." Raja mendekatkan wajahnya pada Ratu. "Mau mulut gua bertindak, hm?"
"Maksud Kakak apa?" tanya Ratu tidak mengerti dengan apa yang Raja maksud. "Kakak mau marah-marah sama Ratu? Silakan! Cuma itu yang Kakak bisa."
Raja menjauhkan wajahnya dari Ratu membiarkan sang gadis menghabiskan sarapannya. "Maaf," lirihnya.
"Ternyata Kakak bisa minta maaf, ya? Ratu pikir Kakak cuma bisa kasar sama Ratu, kayaknya hidup Ratu memang cuma ditakdirkan untuk dikasarin orang yang Ratu sayang." Ratu menundukkan pandangannya merasa takut memandang wajah Raja.
Orang yang disayang? Gua termasuk? pikir Raja.
Ratu sudah menebak Raja akan berubah galak layaknya seekor singa terlebih ia sudah begitu berlebihan memancing emosi Raja. Raja berpindah duduk di samping kiri Ratu, ia menopang dagu dengan tangan kirinya menghadap sang gadis.
Ratu dibuat kikuk ditatap oleh Raja. Tidak, bukan karena baper melainkan merasa takut dengan tatapan tajamnya seolah hendak memakannya hidup-hidup.
"Apa gua sekejam itu?" tanya Raja dibalas anggukan oleh Ratu-walaupun ragu.
"Apa gua pernah mukul lo?" tanyanya lagi.
Kali ini Ratu terdiam, dalam benaknya muncul kehadiran sang Papa. Raja sangat tahu siapa yang tengah Ratu pikirkan saat ini. Siapa lagi jika bukan laki-laki iblis itu, Ervan.
"Apa gua pernah mukul lo kayak orang yang ada di benak lo, hm? Apa gua pernah mukulin lo pakai sapu, nyiram lo pakai air dingin, dan ngunci lo di gudang? Apa gua pernah kayak gitu sama lo?" Mendengar itu lantas Ratu mendongak tercengang menatap Raja.
"K-Kakak t-tahu semua yang Papa lakuin sama Ratu? Kakak tahu dari mana?" Ratu masih tidak percaya dengan pertanyaan yang Raja ajukan kepadanya.
"Papa lo sekarang dipenjara dan dia cerita semua yang dia lakuin sama lo. Dan gua gak akan izinin lo ketemu lelaki iblis itu lagi, titik!" tegas Raja menatap lekat manik mata Ratu.
"Kak, apa Ratu gak boleh ketemu sebentar aja? Ratu kangen banget sama Papa, Kakak tahu, 'kan, Papa udah berubah sama Ratu. Papa udah jadi baik kok," pintanya.
"Gak! Dia baik sama lo karena itu hari terakhir lo tinggal di penjara rumah itu. Lo jangan dibutakan kasih sayang lelaki iblis itu, gua gak suka lo dekat-dekat lelaki itu lagi!" balas Raja dengan nada ngegas.
"Papa gak kejam! Papa beneran berubah sama Ratu kok, Ratu bisa lihat dari mata Papa. Kayaknya yang iblis itu Kakak! Kakak yang udah misahin Ratu dari Papa dan Kakak yang selalu ngebuat hati Ratu hancur. Ratu benci sama Kakak!" pekik Ratu meninggalkan meja makan.
Dengan perasaan dongkol Ratu membuka pintu dengan seluruh tenaganya, namun pintu justru tetap tertutup dengan rapat. "Loh? Kok gak bisa dibuka?"
Ratu membalikkan badannya, ia dibuat terkejut mendapati Raja berdiri di hadapannya sembari menggoyangkan sebuah kunci. "Kakak kunci pintunya, ya? Bukain, Kak! Ratu mau berangkat ke sekolah, hari ini Ratu harus piket."
"Tumben, bukannya waktu itu lo telat di hari pertama MOS, hm?" Raja memutarkan beberapa kunci dengan jari telunjuknya. "Sekarang sok berangkat pagi buat ngehindarin gua, 'kan?"
"Kak, bisa gak kalau Kakak nyari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum Kakak ngehina orang lain? Di sini sakit, Kak." Ratu menunjuk dadanya dengan tangan kanan. "Dulu Ratu terlambat karena buatin sarapan Papa. Ratu nunggu Papa selesai sarapan baru Ratu bisa pergi ke sekolah, Ratu juga gak sempat sarapan waktu itu."
"Papa marah sama Ratu karena Ratu bangun lebih siang, Ratu lagi sakit waktu itu. Dan lupa siapin pakaian buat Papa. Ratu udah lari-larian ngejar bus dan lari dari halte ke sekolah demi datang tepat waktu. T-tapi Kakak malah hukum Ratu. Padahal Ratu datang lebih satu menit dan Ratu udah masuk di gerbang. Seharusnya Kakak tanya dulu apa alasan Ratu, Ratu sakit, Kak!" lanjut Ratu seraya menangis.
"I'm sorry," gumam Raja tak terdengar oleh sang gadis.
Raja mendekat membuat kaki Ratu mundur beberapa langkah hingga terbentur pintu. Raja terus melangkah ke arah Ratu, tangan Raja ia letakkan di pintu kini seolah dirinya tengah mengapit Ratu di pintu.
Tubuh Ratu menegang, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia memejamkan kedua matanya sembari merapalkan do'a mengusir setan.
Raja mengernyitkan dahinya menatap sang gadis yang terus memejamkan mata dengan bibir yang berkomat-kamit. "Lo ngapain? Gua cuma buka pintunya, gak usah mikir macam-macam. Lihat lo gua gak minat!" ketus Raja sembari membuka pintu.
Kedua pipi Ratu bersemu merah merasa malu dengan apa yang baru saja terjadi. "Ya udah, Ratu duluan."
Saat Ratu hendak berlari tiba-tiba saja Raja menarik lengan Ratu membuat sang gadis menabrak dada bidang milik Raja dengan begitu kencengnya.
"Ah, sakit, Kak. Gak usah kasar bisa, 'kan? Punya Kakak, tuh, keras banget kayak tembok, huh!" desah Ratu mencibirkan bibirnya.
"Hari ini gak usah sekolah dan lo harus ikut gua sekarang!" perintah Raja.
"Tapi, Kak." Ratu terpaksa menghentikan ucapannya lantaran Raja sudah memotongnya lebih dulu.
"Nurut atau gua cium di sini, hm?" ancam Raja sembari menunjuk pada bibir Ratu.
"Eh, i-iya! Ratu nurut kok sama Kakak. K-kita mau ke mana aja, Ratu pasti nurut sama Kakak terus kok gak akan ngeyel lagi," cengir Ratu kikuk. "Kakak gak akan cium Ratu, 'kan? Ratu udah nurut sama Kakak loh."
Raja menyunggingkan senyum miringnya lalu ia mengacak-acak puncak kepala Ratu. "Bagus, lo nurut kayak anak anjing."
Mendengar itu sontak kedua bola mata Ratu membulat. Bisa-bisanya ia disamakan dengan anak anjing oleh senior di hadapannya. Ia lantas memprotesnya dengan ocehannya itu.
"Enak aja nyamain Ratu sama anak anjing! Padahal hewan ada banyak masa disamainnya sama anak anjing. Auk ... auk!" Ratu justru menirukan suara anak anjing lantaran kesal, ia bahkan juga menggeram layaknya anjing sungguhan.
"Lo berbakat jadi anjing, buruan masuk mobil sebelum gua masukin lo ke kandang anjing beneran," guraunya.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/