Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Kasih berlari kecil menghampiri Aurel, seorang wanita paruh baya terlihat memegang lembut lengannya.
“Aurel,” Kasih melambaikan tangannya pada Aurel. Wanita paruh baya yang menyadari orang yang menjemput Aurel datang langsung pergi meninggalkan gadis kecil itu.
“Itu siapa?” tanya Kasih begitu dia sudah berada tepat di samping Aurel.
“Tidak tahu,” jawab Aurel. Kasih seperti tidak percaya karena orang itu terlihat bicara serius dengan Aurel dan Aurel juga tidak terlihat takut padanya. Jika saja itu orang asing, Aurel pasti sudah menjauh darinya dan tidak membiarkan orang lain menyentuhnya sedekat itu.
Kasih lalu membawa Aurel masuk ke dalam mobilnya, setelah mendudukkan Aurel di samping kemudi, Kasih meninggalkannya sebentar dan bicara dengan satpam.
“Saya tidak mau ada orang asing yang bicara dengan anak saya, Pak. Kedepanya saya harap anda bisa lebih memperhatikan keamanan anak-anak. Tolong lain kali jangan biarkan orang yang tidak pernah anda lihat sebelumnya mendekati anak saya,” ujar Kasih kepada dua orang satpam yang menjaga sekolah itu.
“Baik, Bu.” Jawab mereka yang juga meminta maaf sudah lalai mejaga keselamatan anak-anak. Setelah itu Kasih kembali ke mobil.
“Kamu mau makan apa, Tante akan traktir kamu makan yang enak,” Kasih mencoba mencairkan hati Aurel yang masih kaku.
“Aku mau langsung pulang aja,” jawan gadis kecil itu. Kasih terlihat kecewa padahal tadi dia sudah berharap Aurel mau menerima ajakannya makan di luar agar hubungannya dengan anak sambungnya bisa lebih dekat.
“Mmm, Tante liat kamu suka baca komik. Bagaimana kalau kita ke toko buku buat cari komik yang baru. Siapa tahu ada komik yang baru rilis.”
Aurel menoleh, dia sepertinya tertarik dengan ajakan Kasih kali ini. Gadis itu mengangguk, Kasih pastinya tersenyum senang. Dia langsung melajukan mobilnya ke salah satu mall yang paling dekat dengan lokasi mereka sekarang.
Setelah sampai, Kasih turun lebih dulu. Dia membuka pintu di sebelah Aurel dan membukakan sabuk pengaman gadis itu. Mereka lalu masuk ke dalam mall bersama-sama, tentu tangan kecil Aurel berada dalan genggaman erat Kasih.
Mereka sampai di toko buku, Aurel langsung mencari di mana rak komik dan buku cerita berada sementara Kasih mengikutinya dari belakang.
Gadis kecil itu ingin mengambil sebuah komik yang ada di rak atas, meski kakinya sudah berjinjit tapi dia tetap tidak bisa menggapainya. Kasih melihatnya hanya menghela nafas. Apa susahnya sih minta tolong. Wanita itu kemudian memasang senyum ramah dan mengambilkan komik yang ingin Aurel ambil.
“Terima kasih,” kata Aurel saat Kasih memberikannya komik yang ingin dia ambil.
“Ambil saja yang mana kamu mau, Tante yang traktir.”
“Pakai uang Papa atau pakai uang Tante,” Kasih terperanjat, ternyata mulut gadis kecil itu tajam juga.
“Pakai uang Tante dong, sekarang kan Tante sudah jadi istri Papa kamu. Jadi uang Papa kamu ya uang Tante juga.”
Aurel tersenyum, sementara Kasih rasanya sudah ingin melayangkan tinjunya pada Aurel saking kesalnya dengan pertanyaan anak itu.
“Kita belanja apa lagi yah?” mereka keluar dari toko buku setelah membeli beberapa komik dan buku cerita untuk Aurel.
“Kita makan aja, aku lapar,” ujar Aurel.
“Cih, tadi di tawari makan bilangnya mau pulang. Sekarang malah bilang lapar,” Kasih hanya bergumam tapi Aurel mendengarnya samar-samar sehingga dia mendongak melirik Kasih.
“Kita makan apa?” ujar Kasih dengan tersenyum bak malaikat padahal dia baru saja mengomel.
Kasih adalah putri tunggal, dia di besarkan dengan banyak cinta dari kedua orang tuanya. Meski tidak bermewah-mewah, tapi dia tidak pernah kekurangan apapun. Hidupnya di kelilingi dengan orang-orang yang menyayanginya hingga membuatnya seenaknya saja menjalani hidup, dia tidak pernah serius dalam melakukan apapun, baik itu belajar ataupun bekerja. Satu-satunya yang membuatnya tertarik hanya taekwondo, tapi itu harus kandas karena Ibunya melarang dan Kasih masih juga mau mendengarkan Ibunya.
Tapi saat dia memutuskan menikah dan menjadi seorang ibu sambung, entah kenapa dia merasa ada yang sangat berubah dalam dirinya. Apalagi setelah dia bertemu dengan Aurel. Tiba-tiba saja naluri keibuan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya keluar dari dalam hatinya dia ingin menjaga Aurel dan memberikannya banyak cinta seperti yang dia rasakan.
Padahal usianya masih terbilang sangat muda. Tapi dia ingin menjadi seorang Ibu yang terbaik untuk Aurel.
Mereka masuk di dalam restoran cepat saji, gadis itu memilih sendiri makanan yang ingin dia makan. Saat makanannya datang, Aurel makan dengan lahap.
“Kita langsung pulang saja, aku mau tidur,” uajrnya setelah selesai makan.
Mereka berdua lalu meninggalkan mall.
“Jangan bilang pada Papa apa yang Tante lihat tadi di sekolah,” Kasih yang sedang fokus pada jalanan di depannya langsung mengalihkan pandangannya pada Aurel. Dia menatap penuh tanya pada anak itu.
“Memangnya dia siapa? Kamu pasti kenalkan?” tanya Kasih. Aurel terdiam sesaat, dia menunduk seolah ragu untuk mengatakan siapa wanita paruh baya yang tadi datang menemuinya di sekolah.
“Dia oma, mamanya mama.” Kasih terkejut, dia langsung meminggirkan mobilnya.
Kasih melepas sabuk pengamannya dan mengggenggam kedua tangan Aurel.
“Memangnya kenapa Papa tidak boleh tahu, apa Papa melarang kamu ketemu sama oma?” Aurel mengangguk.
“Oma bilang apa?” Kasih pensaran apa yang tadi oma katakan pada Aurel hingga dia melarang mengatakan pertemuannya itu pada Dimas.
“Oma hanya tanya Mama dimana.” Kasih mengerti sekarang kenapa Aurel tidak mau Dimas tahu dia bertemu dengan omanya.
Kasih tersenyum sambil mengelus lembut punggung tangan Aurel lalu mengelus lembut rambut panjang gadis itu.
Kasih lalu kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Saat sampai, Kasih menggendong Aurel yang tertidur.
“Tolong ambil barang yang ada di mobil,” pinta Kasih pada Bik Nurmi dengan suara yang sangat pelan.
“Kasih…” panggil Muli.
“sstt…” Kasih naik ke lantai dua masih dengan menggendong Aurel lalu dengan hati-hati meletakkan gadis itu di atas tempat tidurnya.
Berat juga.
“Kalian dari mana?” Muli masih mengekor Kasih di belakangnya.
“Habis jalan-jalan ke mall, beli buku cerita dan komik,” Kasih memperlihatkan paper bag yang baru saja di berikan Bik Nurmi padanya.
Muli tersenyum, dia beberapa kali mengajak Aurel jalan-jalan tapi cucunya itu selalu menolaknya.
“Terima kasih yah, kamu sudah mau mencoba dekat dengan Aurel,” Muli terharu, dia sungguh terharu melihat perjuangan Kasih untuk mendapatkan perhatian Aurel.
“Sudah tugas Kasih sebagai Ibunya. Kasih juga capek, mau istirahat.” Kasih kembali ke kamarnya. Dia meletakkan tasnya di sembarang tempat lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Kasih terus memikirkan tentang wanita paruh baya yang ternyata omanya Aurel. Kasih lalu ingat sebuah cerita kalau mantan istri Dimas menjebaknya dan memaksanya menikahi dirinya. Orang tua mantan istrinya itu juga ikut andil mengancam Dimas dan juga keluarganya.
“Apa Kak Dimas masih dendam sama mereka, makanya melarang Aurel bertemu mereka. Tapi kan Aurel juga cucu mereka, kenapa Kak Dimas melarang mereka bertemu?”