NovelToon NovelToon
One Night With Duda

One Night With Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4M
Nilai: 4.5
Nama Author: weni3

Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"




Ig: weni 0192

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Andini mengusap lembut punggung Raihan, ada rasa bersalah kala sang suami tidur dengan gelisah. Karena terjatuh cukup keras hingga tubuhnya terpental, ditambah lagi bobot Andin yang lumayan jika menindih Raihan dalam posisi punggung yang terbentur bahu jalan.

"Kak, kita ke dokter aja ya..." bujuk Andini yang khawatir jika benturan di tubuh Rai menjadi parah.

"Aku nggak apa, tadi kan sudah di urut. Hanya rasanya masih ngilu, coba lihat kayaknya memar dech..." Raihan tengkurap dengan berbantal paha Andin. Pria itu begitu manja, ntah sengaja atau memang sedang usaha.

"Gimana maksudnya?"

"Angkat baju aku!"

Pipi Andini panas, dia tak mungkin berani membuat baju Rai. Rasanya malu walaupun status mereka tak membuat ragu.

"Kak..."

"Ayo nggak apa-apa, aku suamimu!"

Terpaksa Andini membuka sedikit demi sedikit baju Raihan. Jika tak terpaksa karena Rai yang mengeluh kesakitan, sudah pasti dia akan berfikir berulang kali untuk menerima permintaan Rai.

Menutup matanya sedikit kala tubuh Rai mulai terpampang secara perlahan. Hingga mata Andini membola melihat memar yang sudah membiru di beberapa tempat.

"Kakak punya tanda lahir?"

"Mana ada..."

"Ini di punggung kakak kok biru kehitaman begini?"

"Itu memar Andin..."

"Owh, aku kira ada tompelnya." ucap Andin santai.

Raihan gemas mendengar ucapan Andin yang bilang ada tompel di tubuhnya, sejak kapan anak Vino dan Sifa punya tompel. Masih di dalam perut saja sudah di guyur terus sama air kelapa.

"Sakit ya kak?"

"Lumayan, di usapin dek. Butuh perhatian kamu nich, mau di sayang-sayang juga boleh," ucap Rai semakin mengeratkan pelukannya diperut Andin hingga membuat Andini geli sendiri.

"Kak, jangan gitu ikh geli tau!"

"Diem dek, fokus aja usapin punggung aku sampe aku tidur." Andini pun menurut, dia mengusap punggung Raihan hingga keduanya pun tertidur lelap. Andini yang duduk dengan bersandar bantal sedangkan Raihan semakin mengeratkan pelukan.

"Kak...." Andini terjaga saat pagi menghangatkan tapi dorongan dari dalam membuatnya ingin segera berlari untuk menuntaskan.

"Kak, awas dulu!"

Andini mencoba keluar dari pelukan Raihan, entah jam berapa mereka sudah berpindah posisi dan tidur saling berpelukan.

"Kenapa sich?" lirih Rai dengan suara serak khas bangun tidur, dia merasa terusik dengan pergerakan Andini yang begitu resah.

"Lepas dulu kak, gawat kalo begini terus. Ini juga Kakak betah banget meluk aku. Baper aja repot!"

"Emang udah baper dek, kamu nich ganggu aja sich! masih pagi Din." Raihan melepaskan pelukannya, tak menunggu nanti-nanti Andini segera berlari. Masuk kamar mandi dengan perut yang melilit, tapi sampai di sana tak juga kunjung keluar justru perutnya serasa semakin di remas.

"Sakit banget...." Bersandar sebentar di wastafel, hingga peluh membasahi kening. Hampir sepuluh menit Andini terdiam, hingga sakit pun kian mereda. Berusaha kembali untuk biasa dan mandi dengan segera.

Raihan sudah berdiri di depan kamar mandi saat Andini keluar dengan handuk yang membungkus tubuhnya. Karena terburu masuk kamar mandi membuat dirinya tak sempat mengambil baju ganti.

Sempat terkejut melihat Rai yang diam terpaku di depan pintu, untuk kedua kalinya Rai melihat tubuh Andini, walaupun untuk pagi ini masih tertutup handuk hingga lutut. Sang ular bereaksi dibalik sarangnya. Pagi yang Indah di suguhkan sesuatu yang membuat resah.

"Kakak kenapa?" wajah Andini sudah bersemu merah, menatap Rai yang kini melihatnya tanpa jeda.

"Kedip kak, pagi-pagi udah bikin orang deg-degan, minggir aku mau lewat!" sewot Andini, padahal jantungnya sudah salto tak terkendali. Dia begitu malu dan sedikit takut jika saja Raihan khilaf dan menginginkan lebih.

"Ehemmm..." Rai mengendalikan gejolak dirinya, berusaha untuk tersenyum menganggap biasa.

"Jangan galak-galak dek, nanti aja kalo udah di ranjang galaknya!"

"Masih pagi kak, otaknya udah minta di keramasin! aku mau lewat sanaan, Kakak menghalangi jalan."

Andini mencoba untuk keluar tapi Raihan malah justru maju merapat. "Justru masih pagi serangan fajar begitu kuat dek, mau coba? biar bisa keramasan bareng." Alis Raihan naik turun menggoda Andin hingga wajahnya semakin memerah.

"Apa sich kak, aku masih polos jangan di ajak ngomong begituan," ucap Andin yang membuat senyum Rai semakin tampak nyata.

"Kamu lupa kalo udah aku polosin?"

Andini terdiam mendengar pertanyaan Raihan, benar katanya jangankan di polosin bahkan dirinya sudah di masukin. Memejamkan mata membayangkan kembali yang pernah ada, sekelebatan kejadian yang masih teringat hingga rasa perihnya kembali terasa.

"Nggak usah pake diingetin kak, aku nggak lupa! bangga banget yang udah berhasil molosin gadis." Gerutu Andini kemudian dengan sekali dorongan berhasil keluar meninggalkan Raihan yang lengah.

"Bangga lah dek, makasih ya."

"Buat?"

"Udah jadiin aku yang pertama," Andini tertegun saat mengambil baju di dalam lemari, tak ingin menoleh karena rasanya sudah benar-benar malu.

Hingga dia terkejut saat tangan Rai menyentuh pundaknya yang polos. Dan tanpa sadar kain yang ia sempat ambil tadi terjatuh tepat di depan Rai. Melihat itu Rai segera menunduk dan mengambilnya.

Andini yang sempat ngeblank tiba-tiba sadar saat Raihan memperhatikan kain yang jatuh tersebut.

"Merah?"

"KAK RAI!!!" teriak Andini yang membuat Raihan terkejut dan segera melemparkan kain merah tersebut lalu masuk ke dalam kamar mandi sebelum Andini tambah murka.

"Segitiga gue," lirih Andini, wajahnya sudah memerah seperti tomat. Apa lagi Rai dengan jelas membukanya di depan wajah.

Selesai bersiap Andini segera turun tanpa memperdulikan Raihan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia masih malu dengan kejadian tadi, padahal Raihan sudah biasa saja tak membahas. Tapi Andini seakan ditelanjangi setelah Raihan menyentuh benda keramatnya.

"Mbok, ini bekal makan untuk Andini ya?"

"Iya nduk, di bawa ya. Tadi simbok sengaja isi banyakan biar bisa makan berdua dengan den Rai.

"Oh makasih ya mbok, aku berangkat dulu!" pamitnya setelah meminum susu buatan simbok.

"Loh nggak sarapan dulu to, buru-buru banget?"

"Iya mbok, maaf ya mbok soalnya aku udah di tungguin sama kedua sahabat aku. Dah mbok, assalamualaikum...."

"Wa'allaikumsalam....Walah buru-buru banget, itu sudah pamit suaminya belum to."

Andini segera melajukan mobilnya. Dia belum mau bertemu dengan Rai, bahkan wajah nya saja masih bersemu merah.

"Malu banget sich gue, walaupun kak Rai udah pernah liat sampe isinya tetap aja harus di latih lagi biar tambah pandai. Eh .....ngomong apa sich!" Andin memukul mulutnya sendiri.

Hari ini semua berjalan seperti biasa, tak ada tugas di luar dan tetap di kantor dengan formasi yang sama. Bedanya Andini begitu pucat hingga hanya diam di mejanya saat jam istirahat kantor di mulai.

"Kamu nggak makan? bekal kamu sayang-sayang loh nggak di makan. Kalo sakit pulang aja Andin, aku antar...." ucap Tara yang sejak tadi memperhatikan, mau keluar makan pun ia urungkan karena merasa Andini butuh perhatian.

"Gue nggak apa-apa kok Tara, loe keluar aja istirahat. Gue baik-baik aja, beneran dech...." Andini tak ingin merepotkan Tara atau akan membuat masalah nantinya dengan Rai. Dia hanya membutuhkan orang yang bisa ia mintai tolong dengan rasa aman.

"Beneran?"

"Hhmmm....gue mau ke toilet." Andini keluar menuju toilet dengan membawa ponselnya. Dia memikirkan siapa yang harus ia mintai tolong, sedangkan ini sudah urgent.

Memencet tombol berwarna hijau untuk memanggil meminta bantuan.

"Halo..."

"Kak tolongin gue."

"Loe ngapa?"

"Gue di toilet, tolongin gue kak!"

"Ngapain di toilet minta tolong sama gue? loe mau beranak?"

"Ikh, loe bisa nggak sich serius sedikit! gue butuh pertolongan loe bukan banyolan loe!"

"Iya apa?"

"Beliin gue roti buaya yang ada sayapnya sama segitiga bermuda ukuran gue!"

"Loe ngomong apa sich Ndin? roti buaya...loe mau ngelamar siapa? pake yang ada sayapnya lagi, sejak kapan buaya ada sayapnya? loe stres apa gila? perasaan orang tua sama ngapa otak loe kurang segram?"

"Ikh, loe nggak ngerti gue butuh banget apa kak? udah berdarah-darah ini mawarnya..."

"Loe bikin gue puyeng bangle!"

"Pokonya gue tunggu! loe cariin sekarang juga kalo nggak mau liat gue pingsan di toilet!"

Tut

"Anak setan!"

Raihan yang ada di sampingnya menegur Andika karena mengumpat kesal tak jelas dengan siapa. "Berisik dach loe, lagian juga siapa yang beranak dalam kubur?"

"Loe tau yang gue kata anak setan siapa?"

"Siapa?"

"Bini loe!"

"Njiiir bini gue loe bilang anak setan terus loe apa Dika? abangnya setan?" sewot Raihan. "Kenapa sama bini gue?"

"Nggak tau, dia minta pertolongan katanya."

"Maksud loe? Andini kenapa?" tanya Raihan khawatir. Dia mengubah posisinya dengan menghadap Andika.

"Bini loe minta roti buaya yang ada sayapnya sama segitiga bermuda yang ukurannya se dia."

"Gue serius Andika!"

"Gue juga serius, dia bilang begitu. Sekarang dia nunggu di toilet karyawan, bisa pingsan katanya kalo nggak buruan." Tanpa pikir panjang Raihan segera beranjak menuju toilet karyawan yang ada di lantai 11. Beruntung jam istirahat jadi tidak banyak yang ada di tempat, karyawan banyak yang sudah keluar dari ruangannya menuju kantin dan cafe depan kantor.

Masuk ke toilet wanita tanpa peduli ada karyawan yang baru saja keluar dari sana. Sempat heran dan menatap penuh selidik tapi dengan tatapan tajam Rai mampu membuat orang tertunduk hormat dan kabur.

"Andin!"

"Andin kamu dimana?" seru Rai dengan mengecek toilet mana yang tertutup rapat.

"Kak Rai," jawab Andini, dengan mengeluarkan kepalanya dari dalam toilet.

"Kamu kenapa? minta apa tadi sama Andika? kenapa pucet gini mukanya?"

"Kak....tolong aku," lirih Andini membuat Raihan rasanya ingin masuk ke dalam.

"Eh, mau ngapain? jangan masuk! kakak tolongin aku aja," cegah Andini saat Rai memaksa untuk masuk karena merasa tidak beres dengan keadaan Andini dan penasaran dengan apa yang terjadi.

"Minta tolong apa? bilang sama aku sekarang!"

"Aku butuh.....aku butuh pembalut kak."

"Pembalut?" tanyanya memastikan. Dan di jawab anggukan oleh Andini, "berarti kamu nggak hamil?"

1
Ridho Salju
mantap..👍sosor aja😄😄😄😄
Ridho Salju
😄😄 lucu sekali..,
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha Andika kena getahny.... kocak asli
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣Dika bner2 ye
Diny Julianti (Dy)
lucu parah nih cerita
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
asli ngakak sama Andika bisa2 ny pake bungkus wajik, perkosa adeny biar tek dung
Diny Julianti (Dy)
lucu bneran niy cerita sukaaa bgt
Diny Julianti (Dy)
ngakak minuman OB dksh Andin🤣🤣🤣🤣😉
Diny Julianti (Dy)
bneran lucu, Rai ny sabar udh dewasa
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha lucu
Diny Julianti (Dy)
lucu
Mahyuni Suanti
Luar biasa
Mahyuni Suanti
ya ampunnnn gilak thorr😂😂🥰🥰❤️❤️🙏 ini mah seruuuu bangett aku bacanya thorr. trhiburrrr bangettt
mkasih bnyak thorr🫰
Mahyuni Suanti
sumpahhhh ngakak aku thor😂😂😂
Mu'rifatul Laili
Luar biasa
Sri Utami
seru suka banget karakter ceweknya gak lebay
Hrawti
Luar biasa
Tama Ngenana
waduh senang banget jadi 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!