"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Timeless
"Sampe ketemu nanti mbak Lilac!!!"
"Iya." Lilac hanya menanggapi ucapan rekan-rekan kerjanya itu dengan anggukan dan senyum tipis. Malas menjadi seseorang yang berbeda saat mereka juga tak membahas apapun tadi. Sepertinya mereka menganggap Lilac benar-benar meliburkan diri untuk sekedar menenangkan pikiran. Mengingat selama ini Lilac merupakan karyawan yang tergolong rajin.
Setelah merapikan barangnya, Lilac memutuskan untuk pulang, tapi setelah membeli sebungkus eskrim. Maka dengan niat itu lah, kini Lilac berjalan dengan penuh kesadaran kearah toko yang biasa ia singgahi ketika pulang bekerja. Memindai setiap isi freezer untuk menemukan eskrim dengan rasa baru yang ingin ia coba. Tangan kecilnya ia gunakan untuk memindahkan tumpukan-tumpukan eskrim dari bawah keatas. Terlihat begitu serius padahal hanya untuk memilih sebungkus eskrim.
"Kakak udah masuk kerja lagi?"
Seketika Lilac terdiam. Suara berat yang menyapanya itu kini terdengar berbeda. Nada ceria dan ramah itu tak terasa lagi. Lilac dengan cepat mengambil sebungkus eskrim dan memutar tubuhnya kebelakang. Remaja tinggi itu berdiri disana, menatapnya dengan senyum lembut yang kini terukir. Berbeda dengan Lilac yang terdiam dan menatapnya dengan datar.
"Aku udah lama ngga liat kakak. Aku kira kakak pindah tempat kerja atau mungkin udah ngga didaerah sini. Mau makan eskrim bareng ngga?" Untuk kedua kalinya remaja itu mengajaknya untuk makan eskrim bersama.
"Gue mau langsung pulang. Mau istirahat."
"Sekali aja. Aku mau kakak nemenin aku buat makan eskrim lagi. Aku ada sesuatu yang mau diceritain ke kakak."
Maka dengan alasan itu, Lilac langsung mengiyakan ajakan remaja itu lagi. Padahal sebelumnya ia bahkan berharap agar tidak bertemu dengan bocah ini lagi. Dan kini keduanya sudah duduk ditaman yang sama saat pertama kali mereka makan eskrim.
"Mau cerita apa?" Tanya Lilac tanpa menolehkan pandangannya kearah si remaja.
"Sekarang aku udah boleh gabung sama temen-temen aku kak. Selama aku nunggu kakak dua minggu disini, aku nyoba buat mendekatkan diri ke mereka kayak yang pernah kakak bilang. Ternyata seru, tapi aku sempet kesepian karna ngga ada kakak. Percaya ngga kak?"
"Ngga." Lilac sadar bocah itu tengah menatapnya dan Lilac tak ingin memberi harapan. Anak itu masih remaja, dan Lilac tidak mau menjalin hubungan apapun itu dengan orang yang berada dibawahnya.
"Gue seneng bisa liat lo lagi kak. Makasih ya udah nemenin gue waktu itu. Gue berharap bisa ketemu lo waktu itu, tapi lo malah ngilang sampe dua minggu. Lo kemana sih kak?" Remaja itu makin lekat menatap Lilac. Dan itu menyebalkan.
"Menurut lo apa yang dilakuin sama orang seumuran gue pas ngga masuk kerja dalam waktu yang lama?"
Lilac membalikkan tanya pada anak itu dan berhasil membuatnya terdiam. Wanita itu segera bergegas merapikan diri setelah eskrim miliknya habis.
"Setelah ini jadi anak baik. Ngga perlu dapet prestasi kalo emang lo ngga bisa. Cukup jadi diri sendiri aja dan ngga ngerepotin orang lain." Setelah mengatakan hal itu, Lilac langsung berjalan dengan cepat meninggalkan anak itu. Berharap ia tak akan dibuntuti seperti sebelumnya dan bisa pulang dengan nyaman. Dan benar saja, ditempat Raja dan Rama menurunkannya tadi pagi sudah ada mobil yang sama menunggu disana. Segera saja Lilac masuk dan menyandarkan punggungnya kesandaran mobil.
"Halo, non. Hehe."
Lilac terkekeh saat melihat pak Udin menyapanya sambil tersenyum lebar. Terlihat begitu antusias saat melihat Lilac.
"Halo, pak Udin. Minta tolong anterin pulang kerumah ya pak?"
"Siap, non. Non kalo mau merem bentar ngga papa non. Nanti kalo udah nyampe rumah saya bangunin."
Lilac hanya menganggukkan kepala dan benar-benar menutup matanya. Mencoba melepas semua lelah yang ia rasakan padahal ini sebenarnya hanya hal biasa. Dulu sebelum seseorang membawanya kerumah itu, ia bahkan baru bisa sampai dikost dan merebahkan diri dengan nyaman saat hampir tengah malam. Namun semua kini berbeda. Rasanya ia begitu antusias untuk bertemu dengan Raja dan Rama, begitu antusias memperlihatkan bekal yang berhasil ia habiskan pada bu Aini, begitu antusias untuk bertemu dengan semua orang yang ada dirumah itu.
Tak lama terbangun saat merasa mobil berhenti. Segera ia membuka mata dan rupanya mobil sudah terparkir didepan rumah.
"Eh nona udah bangun? Baru aja mau saya bangunin. Nona bisa turun sendiri? Mau saya bantu?"
"Ngga papa, pak. Saya bisa sendiri kok. Makasih banyak ya udah jemput saya tadi. Saya mau masuk dulu. Pak Udin juga istirahat ya? Nanti malem kita bikin kue, okey?"
Bisa Lilac lihat betapa antusiasnya pria tua itu saat mendengar Lilac mengajaknya untuk membuat kue bersama lagi. Akhirnya Lilac turun dari mobil dan melihat semua pekerja tengah duduk dipiggir halaman samping. Sepertinya mereka baru saja selesai menyiram halaman dan tanaman yang hias yang ada disekitar rumah. Sejenak Lilac lupa untuk menceritakan hari yang ia lalui pada orang-orang rumah. Yang ada dipikirannya saat ini hanya ingin membersihkan diri, lalu tidur sejenak sebelum matahari benar-benar tenggelam.
Saat masuk kedalam kamar, pandangan wanita itu langsung tertuju pada hiasan kucing yang berada diatas nakas. Hiasan itu terlihat seakan benar-benar menunggunya pulang. Namun Lilac dengan segala ngengsinya memutuskan untuk mengabaikan nya. Si penghuni kamar lebih memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Hingga beberapa menit setelah mandi dan membersihkan diri, Lilac langsung duduk dilantai beralaskan karpet bulu dekat tempat tidur. Ia menumpukan tubuh bagian atasnya kekasur dan membiarkan kepalanya bersandar begitu saja menghadap si hiasan kucing.
"Gue disini. Lo tau ngga kalo gue udah pulang?" Lilac mainkan jari telunjuknya memutari hidung si kucing. Baru sadar jika kucing itu terlihat lucu dengan warna putih dan orange.
"Gue disini anjir. Lo bilang mau mastiin gue biar ngga kesepian pas dikamar. Gimana sih lo."
Lilac mengetuk kepala si kucing dengan gemas. Padahal ia berharap akan segara ada balasan dari pria kurang ajar itu. Tapi sepertinya semua laki-laki memang sama saja kan?
"Kalo lo sampe ngga jawab ocehan gue, gue bu-"
"Sampai jam berapa tadi?"
Lilac terlonjak saat mendengar suara berat disana langsung membalas tanpa salam. Untung saja ia tidak serangan jantung.
"Jam tiga. Tapi baru aja sampe rumah terus gue bersih-bersih dulu."
"Tidur. Istirahatkan tubuh kamu kalau lelah. Jangan mengeluh pada saya."
"Lo yang bilang mau nemenin gue? Kenapa malah nyuruh gue buat cepet-cepet tidur?"
Cukup lama tak ada balasan. Suara yang mengisi keheningan kamar untuk sementara hanya suara AC. Lilac bahkan hampir terpejam jika si pria tidak tiba-tiba bersuara.
"Tidur yang benar, Isadora. Ngapain kamu tidur dengan posisi kayak gitu?" Mendengarnya Lilac malah tertawa. Ia kira pria itu sudah berhenti mengawasinya.
"Tidur yang benar. Jangan menyakiti diri sendiri."
"Gue mau cerita aja boleh ngga? Gue capek dengerin lo ngomel." Terdengar suara hela napas dari seberang sana.
"Go ahead." Jawaban itu membuat Lilac tersenyum tipis walau matanya sudah terasa berat.
"Tadi gue ketemu sama anak SMA yang pernah ngajak gue makan eskrim bareng. Aneh banget ternyata dia nungguin gue selama dua minggu cuma buat ngajak makan eskrim lagi. Dan lo tau yang lebih anehnya lagi? dia udah ngga pake kacamata lagi. Rambutnya yang biasanya diponi sampe nutupin matanya itu udah diacak-acak, dan itu keliatan keren."
"Kamu suka dia, Isadora?"
"Diem, anjir. Gue belom selesai cerita ih. Gue mau lanjut cerita, awas aja sampe lo potong-potong cerita gue, lo yang gue mutilasi."
"Ya sudah lanjutkan kalau masih kuat."
"Terus dia tuh bilang ke gue kalo dia juga udah berani ngobrol sama temen-temennya. Katanya dia udah bisa bergaul sama mereka juga. Ayah dia udah kasi ijin dan itu bikin dia seneng. Haha...sebenernya gue juga seneng denger dia dapet banyak temen daripada kek orang culun begitu. Tapi..."
Suara wanita itu makin melemah seiring dengan matanya yang makin tak bisa diajak terbuka lebih lama.
"Istirahat, Isadora."
"Tapi...nama lo siapa?" Tanya nya dengan nada berbisik. Sepertinya sudah benar-benar tak sanggup untuk bertahan. Namun samar-samar bisa ia dengar jawaban dari seberang.
"Panggil aja Jojo..."
Lilac tersenyum sebelum benar-benar menutup mata.
"Jojo..." Dan itu nama yang selalu Lilac ingat dimalam selanjutnya saat bertukar cerita dengan pria yang ia labeli dengan sebutan bajingan.