Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Setelah menempuh perjalanan 2,5 jam, tibalah mereka di Puncak, Bogor tepat pada pukul 14.30 WIB.
Saat El sedang memesan kamar, ia melihat Alan dan beberapa orang kepercayaannya sedang bersama dengan seorang wanita dan Alan pun tak sengaja melihat ke arah El.
“Sial! Kenapa kau disini! Susah payah aku ingin membalikkan tawa cerianya dan aku harus bertemu kau disini! Dasar siluman tokek! Bagaimana kalau adikku melihatmu dengan seorang wanita! Aku tau kau tak pernah bersentuhan dengan wanita, kau sangat menjaga kehormatanmu itu! Tapi adikku? Apakah dia akan mengerti hal itu?! Kau dalam masalah El”, batin El dan nampak mengepalkan tangan kanannya.
Setelah mendapatkan kunci kamar, El segera menggandeng lengan Lea menuju kamarnya. Dengan langkah seribu, El memberikan kode dengan lirikan mata pada Denis hingga ia menyadari kehadiran makhluk yang ingin dia musnahkan saat ini.
“Kak El! Lepas! Aku bisa jatuh kalau mengikuti kecepatan Kakak!”, dengan kesal Elea melepaskan diri dari genggaman kakaknya. Lalu dengan tiba-tiba Denis menggendong tubuh adiknya ke punggungnya agar segera memasuki lift dan beristirahat sejenak di kamar.
“Kak, lepas! Kau tidak ingin disangka penculik kan? Dan lagi, aku bukan anak TK! Turun!”, cicit Elea.
Denis berpura-pura tak mendengar ocehan Elea. Ia hanya tidak ingin Elea melihat makhluk itu yang berakibat pada berubahnya mood seorang Elea.
Setelah sampai di kamar, Denis menurunkannya namun tak disangka, Elea malah mengalungkan tangannya pada leher Denis. Dan menyuruh Denis menggendongnya sampai ia tertidur. Denis pun menyanggupinya demi adik kecilnya.
…kau cantik Dek. Tubuh indahmu ini pun banyak wanita yang sangat menginginkannya. Kepintaranmu tak usah diragukan lagi. Lelaki mana yang tak tahan denganmu. Semua lelaki yang berniat jahat padamu sudah ku musnahkan secara perlahan. Kau tak pernah tau hal itu. Beruntung sekali makhluk itu dicintai olehmu selama itu dan kau bukannya menyerah sedari dulu malah kau ingin berusaha terus dan baru hari ini kau mulai menyerah dengan hatimu. Ckk… Seandainya makhluk itu tak ingin bersamamu kelak, aku siap untuk membunuhnya. Walaupun telah bersahabat sedari kecil hingga saat ini, aku akan siap melakukannya tanpa keraguan. Nyawaku menjadi benteng perlindungan terakhir untukmu Dek. Setelah ini, tertawalah, kembalilah menjadi gadis riang yang usil nan manja pada kakakmu ini. Aku sangat menyayangimu melebihi nyawaku sendiri.” Batin Denis.
Di kamar lain yang ternyata kamar Alan berhadapan dengan kamar mereka.
“Ckk… Sedang apa mereka disini. Aku sudah membebaskannya 3 hari malah bertemu di tempat ini. Apa-apaan, ckk..!!” Gumam Alan.
Took.. Tok.. Permisi Tuan…
“Masuklah San! Kemarikan hasil laporanmu cepat! Tak usah kau menjelaskan padaku, biarkan aku sendiri, pergilah!, usir Alan pada Sandro yang terkenal dengan julukan “FBI HIDDEN GANG (Perkumpulan yang Tersembunyi)”
Setelah setengah jam ia membaca hasil laporan dari Sandro. Ia memijit pelipisnya perlahan.
“Sudah ku duga. Ternyata kau! Harus ku apakan kau? Apa perlu ku masukkan kandang jaguar atau harimau? Tidak tidak… Itu terlalu mudah bagi hidupnya. Hmm.. Baiklah akan ku pikirkan apa yang sangat cocok untukmu. Lanjutkanlah hidupmu. Ku berikan waktu 5 tahun apakah terlalu lama? 5 tahun cukup untuk menyiksamu bukan? Apakah harus mengikuti arus seperti air ataukah arus yang ku tentukan?! Menarik!” Alan tersenyum penuh arti.
——————————————————————————————————————————
Malam harinya, El sudah menyiapkan bahan untuk bbq. El harus fokus dengan waktu 3 harinya membuat Elea lupa akan kesedihannya.
“Dek… Ambilkan lagi 2 jagung ya. Dan beri bumbu ekstra pedas”, ucap El.
“Untukku lagi? Aku cuma minta 1 saja yang ekstra pedas kak” Sahut Elea.
“No. Bukan untukmu sayang. Walau kau dijuluki *ratu cabe* tapi aku tak ingin membuatmu buang-buang air esok pagi. Cepatlah berikan, ini untuk seorang temanku. Tadi tak sengaja aku melihatnya berada disini juga. Tolong pedasnya melebihi punyamu ya. Dia sangat menyukai pedas bahkan melebihi kemampuanmu!”, pinta El.
“Baiklah”, Elea menurut saja.
Denis yang paham betul siapa yang dimaksud oleh El hanya menahan senyumnya. Ia sangat yakin bagaimana ekspresi siluman tokek itu kepedasan.
“Tolong kau buatkan air jahe seperti biasa”, ucap El menatap Denis dengan kedipan sebelah mata.
30 menit kemudian…..
“Aaahh done!!! Terimakasih kakak-kakakku yang guaanteeng kayak tukang sekoteng!! Aku menyayangi kaliaaan…” Lea sangat bersyukur bahwa kedua kakaknya sangat mengerti dan memanjakannya.
“Dek kau makanlah berdua ya dan kau Denis, jaga dia! Sampai dia terlepas dari jangkauanmu, matamu ku congkel hidup-hidup!” Ancam El.
Elea hanya menggeleng kepalanya dengan tingkah kakak-kakanya yang selalu seperti itu. Semakin beranjak dewasa semakin over pula perlakuan kakak-kakaknya.
——————————————————————————————————————————
Tok…tok…tookkk!!!!
“Ckk…Apakah kau benar jodoh dari adikku? Mengapa bisa kamar kita berhadapan hah?!” Batin El.
“Cepat buka pintumu!” Ucap El.
“Ada perlu apa kau mendatangiku? Bukankah kau masih mempunyai cuti 2 hari lagi?” Datar Alan.
“Hey, kau mau kemana?! Ini kamarku!”, teriak Alan dan El pura-pura tidak mendengar ucapan Alan, ia melenggang masuk dalam kamar Alan.
“Kau sedang apa disini? Negara ini luas dan kenapa aku masih bisa menemukanmu dan disini, tempat yang sama pula!” Kata El dan tanpa sengaja matanya melihat ke arah meja. Banyak tumpukan map disana namun yang menarik perhatian adalah ada 1 map berwarna kuning yang sangat mencolok diantara tumpukan map berwarna biru. Seketika ia mengerutkan keningnya dan langsung mengingat Elea yang sangat menyukai warna kuning. “Ahh… map kuning seperti itu kan banyak! Kenapa bisa kepikiran bahwa map itu seperti yang dimiliki adik kecilku?!” Batin El.
“Kenapa? Kau mencurigai isi map itu?! Bukalah. Aku tak pernah merahasiakan apapun padamu bukan?” Tegas Alan.
Entah mengapa El langsung melihat isi map tersebut. Dan ya, hanya isi pekerjaan jual beli tanah di Puncak. Oleh sebab itu Alan berada disini. “Ckk… Apa-apaan! Mengapa bisa aku berpikir isi dalam map itu mengenai Elea”, batin El.
“Ekhmm.. Sejak kapan aku meragukanmu kawan? Hahahaaaa… Santailah.. Lagipula hal apa yang mendasari aku menaruh curiga padamu kan? Dasar siluman tokek!” Umpat El dan Alahn hanya menatapnya datar.
“Kemarilah Lan. Aku bawakan kau makanan hasil dari chef handal”, El menepuk kursi untuk Alan duduk.
“Chef siapa yang kau maksud?”, curiga Alan.
“Chef Elmer yang bertugas memasak bahan mentah menjadi matang, Chef Denis khususon minuman dan Chef Elea yang membuat racikan bumbu-bumbunya. Kata adikku ia membuat bumbu ini penuh kasih sayang untuk kakak-kakaknya. Dia tak tahu, aku membagikan makanan ini padamu, jadi kau tak perlu sungkan. Makanlah ini HALAAAL!” Perintah El.
“Ckk.. Kau pikir aku tak bisa membeli makanan yang ku mau?!” Ucap Alan.
“Heh siluman tokek! Sombong amat!!! Kau bisa membeli makanan yang lebih dari ini bahkan restonya pun kau bisa membelinya!! Tapi ku jamin kau tak akan bisa membeli rasa masakan ini dimana pun! Cepatlah kau makan mumpung masih panas biar mulutmu itu melepuh! Kurang baik hati apa, masih kepikiran sahabatnya, berbagi, bahkan datang kesini langsung mengantarkan makanan lah itu malah ngajak duel”, Umpat El.
“Ckk, kauu!!” Kata Alan.
“Apa!! Udaah sana! Bye!”, segera El berlari keluar kamarnya. Ia segera menetralkan jantungnya. “Ternyata mengerjai sahabatku yang satu itu butuh nyali besar!! Dulu saat dia belum meneruskan tahta Daddy-nya, mengerjaimu bukanlah hal sulit! Ckk… Kau memang menyebalkan Alan”, gumam Alan.