Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingkar
Setelah menimang beberapa kali, akirnya Satya memutuskan untuk menerima ajakan Shanum. Toh Hanita tidak memberikan kabar apapun, Satya berpikir kalau Hanita lupa atau mungkin tengah sibuk
Satya juga sangat yakin kalau Hanita bukan wanita cengeng yang akan kecewa hanya karena makan siang sendirian.
"Baiklah, kita berangkat sekarang" ujar Satya
Membuat ekspresi murung Shanum berubah menjadi senang dalam seketika.
"Perlu masker?" Tawar Shanum
Satya memberi penolakan melalui anggukan pelan. Toh tidak akan ada yang curiga, apalagi ini masih waktu kerja. Orang akan melihat mereka sebagai Direktur dan Sekretarisnya
Satya pun mengajak Shanum pergi sekarang, mereka berangkat menggunakan mobil milik Satya. Hanya berdua saja, keduanya terlihat dekat saling bercanda satu sama lain. Satya benar-benar melupakan Hanita
Ditempat lain, tidak seperti dugaan Satya. Hanita justru sudah duduk diatas kursi pada sebuah restoran yang menjadi tempat langganan Satya.
Sudah sejak tadi Hanita menunggu kedatangan suaminya. Hanita belum memesan makanan apapun, dia ingin menunggu Satya sekalian. Hanya segelas teh hijau yang tersaji di depannya
"Sudah 30 menit, kemana dia?" Gumam Hanita
Wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, hendak menekan tombol hijau pada kontak milik Satya. Namun urung dia lakukan, Hanita kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Mungkin jalanan macet, atau dia masih sibuk. Tunggu saja sebentar lagi" tutur Hanita coba berpikir baik
Tanpa dia ketahui, kalau saat ini Satya benar-benar sedang menemani Shanum berbelanja. Mereka mampir ke salah satu store yang menyediaka tas dan sepatu branded
"Apakah Nyonya Besar akan menyukai ini?" Tunjuk Shanum pada tas berwarna coklat dengan ukuran sedang
Satya mengamatinya dengan seksama, "Mama menyukai warna seperti ini, dia akan menyukainya."
Shanum paham, segera saja dia meminta pelayan untuk membungkus satu lalu membayarnya.
"Pilihlah apa yang kamu mau,Shan. Aku akan membayarnya untukmu" tutur Satya
"Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri" tolak Shanum
Tapi Satya sangat keras kepala, lelaki itu terus memaksa Shanum. Dia bahkan berusaha memilihkan sendiri untuk wanita itu
"Satya, please" Shanum sedikit frustasi
"Ini bagus dan akan sangat cocok untukmu" Satya menyerahkan tas pilihannya ke meja kasir
Secara tidak sengaja, Satya melihat sebuah tas yang sangat menarik penghilahatannya. Satya yakin kalau desain dan warnanya akan sangat cocok untuk Hanita
"Tolong bungkus tas itu. Aku akan memberikannya untuk istriku" ucap Satya yang diangguki oleh sang pelayan
Shanum menyaksikan semua ini dari belakang, hatinya berdenyut sakit. Tapi dia tidak bisa memberontak. Tidak ada yang salah saat seorang suami memberikan barang untuk istrinya
Kedua sejoli itu tidak menyadari kalau sejak tadi, aktivitas mereka diawasi oleh seseorang. Orang itu bahkan sudah mengambil banyak sekali foto kebersamaan Satya dan Shanum. Lalu segera mengirimkannya pada seseorang.
2 Jam kemudian, Hanita masih duduk di tempat yang sejak tadi dia duduki. Tidak ada niat untuk beranjak
Kedua manik indahnya sudah mengembun dengan deras meski wanita itu masih menunjukkan ekspresi datarnya.
Bukan tanpa sebab dan alasan, Hanita sudah melihat foto kebersamaan antara Shanum dan Satya yang dikirimkan oleh orang suruhannya
Rasanya sakit karena ternyata suaminya lebih memilih menemani wanita lain dibanding memenuhi janji yang lelaki itu buat terhadap Hanita.
"Brengsek" gumam Hanita lalu menghapus kasar air matanya
Hanita mengalihkan pandangan ke luar jendela, rupanya hujan turun membasahi bumi ini. Seolah ikut mendukung rasa sakit hati Hanita.
***
Malam harinya,
Sesuai dengan perkataan Satya, lelaki itu mengajak Hanita dan Kenzie ke mansion milik kedua orang tuanya.
Diluar dugaan, rupanya Tuan dan Nyonya Besar Dewantara bukan sekedar menggelar makan malam biasa melainkan sebuah pesta di halaman belakang mansion.
Satya dan Hanita melangkah beriringan, dengan Kenzie yang digendong oleh Suster Elia di belakang mereka
Satya mengajak Hanita untuk lebih dulu menyapa kedua orang tuanya. Lelaki tampan itu memasang tampang ramahnya
"Selamat malam, Papa dan Mama. Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 32 tahun" ucap Satya
Tuan Besar Arya Dewantara menyambut kedatangan putra semata wayangnya dengan sangat ramah.
"Terimakasih, kamu memenuhi undangan Papa" ujarnya menatap bangga sang putra
Erisa Hutomo yang merupakan Mama dari Satya ikut menghambur, peluk dan cium ia berikan pada sang putra.
"Mama merindukanmu,sayang. Senang sekali kamu datang malam ini" ujar Erisa
"Tentu saja, ini acara Papa dan Mama. Satya harus datang" sahut Satya
Hanita menggulirkan kedua bola matanya dengan jengah. Dia sangat malas berbasa-basi pada kedua mertuanya
Erisa menoleh ke arah Hanita, sang menantu. "Hanita, selamat datang. Terimakasih karena kamu memenuhi undangan Mama"
"Sudah menjadi kewajibanku" sahut Hanita sopan
Hanita memerintahkan pelayan untuk menyerahkan hadiah yang sudah dia siapkan kepada Erisa. "Kami menyiapkan hadiah ini, semoga Mama senang" ujar Hanita
Erisa memberikan ekspresi senang dan harunya, seolah sangat berterimakasih atas persembahan dari Hanita.
"Kenzie, kemari sama Opa. Opa sangat merindukanmu..." Arya meminta Kenzie dari Suster Elia lalu menimangnya
Peluk dan cium, diberi oleh pria paru baya itu pada sang cucu. Kenzie juga terlihat sangat senang dalam gendongan Arya
Satya ikut senang melihat interaksi antara Papa dan putranya. Lelaki itu sesekali melirik Hanita, sang istri yang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Selain raut wajah dingin dan datarnya, tanpa seutas senyum pun.
Baru lelaki itu hendak mengajak sang istri mengobrol, namun kedatangan seseorang lebih dulu menginterupsi mereka
"Selamat malam, Tuan dan Nyonya"
Erisa terlihat sangat bahagia saat menyambut kedatangan Shanum, wanita paru baya itu bahkan langsung memeluk Shanum.
"Shanum, terimakasih karena mau memenuhi undangan dari saya" kata Erisa
"Saya yang harusnya berterimakasih, Nyonya. Anda berkenan mengundang saya datang ke pesta anda" sahut Shanum
Meski sebenarnya merasa kurang nyaman, tapi Satya tetap berusaha menyembunyikan semua itu. Dia tidak ingin jika ada yang mencurigainya
Sedang Hanita? Wanita itu mengamati Shanum dari atas ke bawah tanpa melewatkan suatu apapun. Hanita tersenyum devil saat ia melihat tas yang digunakan oleh Shanum
Itu adalah tas yang dibelikan oleh Satya siang tadi. "Tas yang kamu gunakan terlihat bagus, Shanum. Darimana kamu mendapatkannya?" Tanya Hanita
Eksistensi semua orang langsung tertuju pada Hanita, tak terkecuali Satya.
Shanum tetap tersenyum, "Aku membelinya siang tadi,Han. Dari storenya langsung."
"Benarkah? Aku juga mendapatkan tas baru, suamiku yang membelikannya." Hanita sengaja memamerkan tas pemberian Satya, menunjukkannya ke depan Shanum. Wanita itu bahkan menekankan kalimat suamiku
Shanum tersenyum canggung, tentu saja dia mengetahui itu. Karena Satya memberinya saat bersama dengan Shanum
"Itu tas yang bagus,Han. Sangat tepat untukmu" ujar Shanum
Hanita berdecih, "Kamu benar, suamiku sangat tahu seleraku. Dia tahu bagaimana cara meminta maaf pada ratunya." Sahut Hanita
"Hanita, cukup" bisik Satya
Hanita mengulum senyuman kecut, apa Satya baru saja membela Shanum didepannya?
"Papa, tolong jaga Kenzie dengan baik. Hanita akan menikmati pesta ini" ujar Hanita sopan
"Nikmatilah, Nak" sahut Arya
Hanita mengangguk setuju, wanita itu melenggang pergi dari hadapan Satya dan Shanum tanpa basa-basi apapun lagi.
Satya dan Shanum saling bertukar pandangan. Tidak ingin membuat suasana makin terasa canggung, Satya pun memutuskan untuk bergabung bersama dengan para rekan bisnis yang juga diundang oleh Arya ke pesta malam ini.
''Stella, kulihat keponakanmu makin kurus?"
"Itu benar, apa penyakitnya semakin parah? Kasihan sekali"
"Kupikir, Satya menikahi seorang Dokter, lalu bagaimana anak mereka tidak terurus?"
Perntanyaan tersebut berasal dari para wanita yang merupakan teman sosialita dari Stella Dewantara, Kakak kandung Satya.
"Mana ku tahu? Aku jarang bertemu dengan Kenzie, dan lagi. Adik iparku itu memang aneh, entahlah. Aku hanya berharap kalau keponakanku akan bertahan hidup lebih lama lagi." Ujar Stella
Wanita itu tertawa bersama dengan temannya yang lain sembari mengesap wine dari gelas yang bertengger pada tangan kanan mereka.
"Kenzie itu memang lemah sejak lahir, dan semua itu salah Hanita. Salah siapa dia tidak memperhatikan kandungannya selama hamil? Efek buruknya sekarang harus diterima oleh Kenzie, anak sekecil itu tapi harus bergelut dengan penyakit bawaan. Dan semua itu salah Ibunya, akan lebih baik kalau anak itu mati saja. Daripada dia hidup tapi tersiksa" ucap Stella santai
Stella dan teman-temannya, mereka semua tidak tahu kalau pembicaraan mereka ini terdengar jelas oleh Hanita yang sejak tadi berdiri memunggungi mereka
Tidak perlu ditanya betapa marahnya Hanita sekarang. Hanita memutar tubuhnya, perlahan mulai melangkah mendekati Stella
Kedatangan Hanita sukses membuat raut wajah para penjulid itu berubah menjadi pucat pasi. Stella yang tidak tahu masih tertawa puas, dia memang berharap kalau keponakannya tidak beumur panjang.
"Stella" panggil Hanita dengan nada yang sangat dingin
Stella menoleh dan PLAK! Tamparan keras bersarang ke atas pipi wanita itu, meninggalkan bekas kemerahan yang pekat. Stella sungguh terkejut, lebih dari itu dia merasa sangat malu.
Masih dengan memegangi pipinya yang terasa panas, Stella berusaha menyeimbangkan tubuh. Menatap nyalang Hanita yang mempertahankan wajah datarnya meski wanita itu baru saja menampar Kakak iparnya sendiri.
"Kau!" Geram Stella
Hanita melangkah maju mendekati Stella, "Sakit?"
Stella mengerang kesal, ia mengamati sekelilingnya dimana saat ini semua mata tertuju padanya dan Hanita
"Apa-apaan ini?! Berani sekali kamu menamparku,Hanita?!" Pekik Stella
Hanita mengibaskan rambutnya ke belakang, "Ah teriakanmu membuat telingaku berdengung."
"Sebelum bertanya padaku, tanyakan pada dirimu sendiri. Apa yang kau lakukan? Kau pikir aku tidak tahu, kau baru saja membicarakan putraku?" Hanita menaik turunkan alisnya
Stella tercengang, tidak menyangka kalau Hanita mendengar umpatannya tadi. "Jangan sembarang bicara!" Sergah Stella
"Aku diam saat kau menghinaku apalagi mengumpati aku. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika kau berani menghina putraku bahkan mendoakan keburukan untuknya!" Teriak Hanita murka
Hanita mencengkram dagu Stella, memaksa agar wanita itu menatapnya. Meski Hanita tetap menunjukkan ekspresi datarnya, tapi tatapan wanita itu berhasil membuat Stella mati kutu.
"Kau pikir kau ini siapa? Berani sekali mulut kotormu itu membicarakan putraku, kau tidak ingat? Karena mulut busukmu inilah kau hampir mendekam di penjara?! Jika bukan karena Abangku, maka kau tidak akan lepas dengan mudah dari segala tuntutan itu!" Pekik Hanita lalu melepaskan cengkraman Stella darinya
Kedua bola mata Stella memerah, marah dan tidak terima karena dipermalukan oleh adik iparnya sendiri.
"Hanita!"
Tangan kanan Stella terangkat naik ke atas, siap menampar balik Hanita. Sedang Hanita sendiri tidak merasa gentar sama sekali, ia tetap bersikap santai
GRAP! Tangan kekar berhasil menghentikan gerakan tangan Stella
Stella dan Hanita, kedua wanita itu memutar kepala mereka. Menatap Satya yang kini berdiri di tengah, menahan tangan Stella untuk tidak menyentuh Hanita
"Satya, kau" gumam Stella
"Jangan pernah berani menyentuh apalagi menyakiti istriku" tegas Satya dengan nada dinginnya
Hanita melongo, kaget karena Satya mendadak muncul bahkan suaminya itu membelanya di depan Stella.
Pemandangan seketika menjadi tontotan untuk semua orang. Tak terkecuali Arya, Erisa dan Shanum
Shanum sampai berkaca-kaca, hatinya sakit melijat jelas bagaimana Satya pasang badan untuk Hanita
.
Tbc
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅