Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh yang Nyata
Adam nampak menampakan senyun kecut saat mendengar jawaban Dinda barusan yang mana Adam bisa langsung menilai bahwa Dinda ke depannya akan menjadi salah satu batu sandungannya dalam menguasai perusahaan.
"Saya permisi."
Adam kemudian berbalik badan meninggalkan Dinda dan pria itu menuju ruangan kerjanya. Di dalam ruangan kerjanya nampak Adam kesal bukan main akibat perbuatan Dinda barusan.
"Kamu pikir kamu itu siapa? Berani sekali ingin melawanku."
Adam kemudian meriah ponselnya dan menghubungi seseorang yang tidak lain adalah Helen. Tak lama setelah Adam nenghubungi Helen nampak sang mama menjawab teleponnya ini.
"Ada apa? Kenapa menelpon?"
"Aku baru saja bertemu dengan istrinya Alex yang diangkat papa menjadi wakil presdir di perusahaan dan aku merasa kalau wanita itu akan sulit untuk diajak kerja sama apalagi disingkirkan. Dia sepertinya sudah paham seluk beluk perusahaan dan sama sekali tidak mempan dengan ancaman yang aku berikan."
"Adam, kamu jangan naif begitu. Mama yakin bahwa dia hanya asal gertak saja. Mana mungkin dia bisa paham seluk beluk perusahaan sementara dia saja baru bergabung?"
"Aku bisa mengatakannya karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia langsung melakukan audit mengenai laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun ini. Dia sepertinya sudah tahu bahwa aku melakukan sesuatu hal yang membuat perusahaan merugi selama beberapa tahun belakangan ini."
"Sudahlah Adam, kamu itu hanya terlalu paranoid saja pada istrinya Alex. Mana mungkin sih wanita rendahan seperti itu bisa paham soal perusahaan? Mama sudah mempersiapkan cara untuk mendepak dia dari perusahaan jadi kamu jangan khawatir."
"Baiklah kalau memang seperti itu, lebih baik kita singkirkan dia sebelum semakin lama dia akan menjadi ancaman yang nyata dikemudian hari."
Setelah obrolan singkat itu maka Adam menutup sambungan teleponnya dan menghela napasnya kasar. Ia merasa bahwa berhadapan dengan Dinda sangat berbeda dengan apa yang dikatakan oleh sang mama barusan lewat telepon.
"Aku tidak boleh kalah dari wanita itu, akan aku tunjukan siapa Adam Dunn yang sesungguhnya."
****
Semenjak pesta pernikahan antara Alex dan Dinda yang dipublikasikan secara terbuka oleh tuan Dunn secara tak langsung tuan Dunn membuka jati diri Alex sebagai anaknya dan tentu saja agensi yang sebelumnya memutus kontrak dengan Alex langsung balik badan menghubungi Alex lagi supaya mereka bisa menjalin kontrak namun sayang Alex sudah tak tertarik untuk bergabung dengan agensi itu.
"Alex, kita bisa bicarakan lagi mengenai kesepakatan sebelumnya dan kami juga sudah meminta maaf padamu atas sikap kami yang tiba-tiba saja langsung memutus kontrak akibat kamu yang sudah menikah."
"Namun bukankah memang di kontrak sudah jelas bahwa artis atau model yang dinaungi oleh agensi kalian itu memang harus masih single? Aku ini sudah menikah jadi sama sekali tidak termasuk kriteria untuk bergabung dalam agensi kalian."
"Kalau soal itu nanti bisa dibicarakan. Apa sih yang tidak untuk putra tuan Dunn? Kami akan bicarakan ini dengan kamu dan kami akan memberikan gaji yang paling besar untuk kamu jika kamu bersedia untuk kembali ke agensi kami."
Alex menghela napasnya dan lagi-lagi Alex mengatakan bahwa ia tak mau kembali ke agensi itu dan kemudian langsung saja ia menutup sambungan telepon.
"Mereka melakukan semua ini setelah tahu aku ini anak tuan Dunn," ujar Alex miris.
****
Dinda tiba di rumah jelang tengah malam, kerja hari pertama sebagai Wakil Presdir rupanya sangat menyita waktunya karena banyak hal yang ia pelajari dan kerjakan. Ketika tiba di rumah itu nampak Alex masih menunggunya pulang, Dinda nampak heran kenapa Alex masih bangun jam segini.
"Kenapa belum tidur?"
"Karena aku menunggumu. Aku nggak bisa tenang kalau kamu belum tiba di rumah dengan selamat."
Dinda nampak tersenyum tipis mendengar ucapan Alex barusan. Setelah mandi dan berganti pakaian, Dinda naik ke ranjang yang mana Alex juga sudah menunggunya di sana.
"Bagaimana pekerjaan hari ini?"
"Langsung dihadapkan pada pekerjaan yang berat."
"Kamu menikmatinya?"
"Iya, aku menikmatinya."
"Namun kamu juga harus ingat bahwa saat ini kamu itu sudah menikah dan punya kewajiban selain bekerja."
Dinda nampak tersenyum mendengar ucapan Alex barusan yang jelas sekali suaminya itu tengah menyindirnya karena sepertinya lupa status mereka yang sudah menikah hingga masih saja gila kerja seperti dulu ketika masih sendiri.
"Aku minta maaf, hanya saja di perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Kakakmu itu membuat masalah besar dan pada akhirnya aku harus membereskan masalah yang sudah ia buat selama ini."
"Memangnya apa yang dia lakukan selama ini?" tanya Alex yang mendadak jadi penasaran dengan apa yang Adam lakukan.
****
Melvin sampai jengah saat Icha tak henti-hentinya mengatakan bahwa ia ingin kembali seperti dulu lagi namun berulang kali juga Melvin mengatakan bahwa hal itu tak akan pernah mungkin terjadi.
"Setelah kamu memutuskan hubungan kita maka di saat itu aku sudah menutup hati untuk kamu. Apakah kamu tak paham juga?"
"Aku tahu bahwa kamu mengatakan itu hanya untuk menutupi rasa gengsimu saja kan? Kamu sebenarnya masih mencintaiku? Aku tahu itu karena hanya aku satu-satunya wanita yang kamu cintai jadi berhentilah sok jual mahal."
Melvin nampak menggelengkan kepalanya tak paham dengan tingkah Icha yang begitu percaya diri barusan. Rasa cinta Melvin pada Icha memang sudah mati semenjak wanita itu pergi dan ia sama sekali tak berniat kembali namun mantannya ini masih saja mengatakan hal-hal konyol.
"Sepertinya kamu harus memeriksakan kesehatan mentalmu pada dokter spesialis kejiwaan. Aku masih banyak pekerjaan, permisi."
Icha nampak tak percaya dengan apa yang Melvin katakan barusan, apakah barusan Melvin mengatakan bahwa dirinya sudah tidak waras? Icha nampak kesal bukan main namun ia tetap tak akan menyerah.
"Kamu pikir aku akan menyerah begitu saja? Kamu salah Melvin. Aku sama sekali tak akan menyerah sampai kamu menjadi milikku lagi," ujar Icha kala memandang punggung Melvin yang berjalan menjauhinya.
****
Dinda melakukan audit beberapa hari belakangan pada apa saja yang menjadi sumber keuangan perusahaan sampai defisit dan merugi dan Dinda melaporkan hasil temuannya pada tuan Dunn. Pria itu menerima laporan yang Dinda terima dengan senang hati dan tuan Dunn nampak puas sekali dengan laporan yang Dinda berikan padanya.
"Selama ini tak pernah ada yang berani melaporkan hal ini padaku. Mereka selalu merekayasa angka demi membuat perusahaan terlihat baik-baik saja namun kenyataannya memang seperti ini."
Dinda bisa melihat raut wajah kecewa tuan Dunn saat tahu kebenaran yang selama ini Adam berusaha sembunyikan darinya soal keuangan perusahaan yang tidak baik-baik saja.
"Maaf kalau saya lancang melakukan ini namun saya tidak bisa membiarkan perusahaan terus merugi apalagi ini adalah perusahaan yang Papa rintis sejak awal."
"Kamu benar Dinda, aku merintis ini sejak masih menjadi perusahaan kecil sampai sebesar ini dan aku tak rela jika perusahaan ini akan hancur akibat orang yang tidak berkompeten. Aku percaya bahwa kamu akan membantuku menyelamatkan perusahaan."
Diam-diam seseorang tanpa sengaja menguping pembicaraan Dinda dan tuan Dunn dan orang itu nampak mengepalkan tangannya.
bungkam tuh mulut bude Duri /Joyful/