Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan
Bastian duduk di taman kampus. Dia meminta salah seorang temannya Dara untuk memanggil wanita itu. Ditangannya ada jam tangan yang dibeli sebagai hadiah untuk sang kekasih.
Beberapa saat menunggu, dia melihat Dara berjalan menuju tempatnya duduk. Bastian sengaja menutup wajahnya dengan memakai hoodie.
Dara mendekati pria itu. Dadanya berdetak lebih cepat. Walau Bastian mencoba menutupi wajahnya, tapi sebagai wanita yang pernah dekat dengan pria itu, tentu saja dia mengenalnya.
"Bastian ...," ucap Dara pelan, tapi masih dapat di dengar pria itu.
Bastian tertawa dan membuka kain yang menutup wajahnya. Dia lalu berdiri dan mendekati Dara.
"Ternyata kamu tak bisa ditipu. Kamu masih ingat denganku, Sayang," ucap Bastian.
Bastian ingin memeluk tubuh sang kekasih, tapi Dara menghindari dengan berjalan mundur. Dia takut ada teman suaminya yang melihat dan mengatakan pada Rico apa yang dia dan Bastian lakukan.
Melihat kekasihnya berjalan mundur, Bastian terkejut. Namun, dia berpikir mungkin Dara marah karena tak ada kabar. Sehingga dia tersenyum. Kembali mendekati Dara.
"Sayang, maaf jika aku tak memberi kabar. Tapi aku sudah berusaha mencari tau nomor barumu. Maafkan aku, ya," ucap Bastian.
"Aku rasa tak ada yang perlu di maafkan, mungkin kita memang di takdirkan tidak untuk bersama. Mungkin kita hanya dipersatukan sekejap dan akhirnya harus berpisah," ucap Dara.
"Apa maksud ucapanmu, Dara? Aku minta maaf jika tak memberi kamu kabar. Tapi ini juga bukan murni kesalahanku, kamu juga tak berusaha mencari tau nomor baruku pada Mama. Sedangkan aku selalu berusaha. Aku minta Fanny bertanya dengan semua teman kita, apakah tau nomor barumu. Tapi tak ada satu orang pun yang tau," ucap Bastian mencoba menjelaskan.
Dara menggeleng mendengar nama Fanny di sebut. Berarti temannya itu tak memberikan nomor barunya. Padahal dia telah meminta agar sahabatnya mengatakan pada Bastian.
Dara menarik napas. Namun, semua sudah terjadi. Tak akan bisa diulang kembali. Mungkin memang takdir tak berpihak dengannya. Dia akhirnya duduk di bangku yang ada di taman.
"Dara, maaf ya. Aku memang pergi tanpa pamit dan tak memberi kabar. Aku takut jika aku pamit, aku akan berubah pikiran. Padahal semua demi hubungan kita. Mama sudah janji akan merestui hubungan kita," ujar Bastian.
"Tak ada gunanya restu dari Tante Erna," balas Dara.
"Apa maksud ucapanmu, Dara? Aku tau kamu kurang suka dengan mama. Tapi kamu jangan bicara begitu!" seru Bastian.
Dara tersenyum miris. Dalam hatinya berkata, jika yang tak suka itu justru Tante Erna. Mama Bastian itulah yang tak pernah suka dengan hubungan mereka.
"Karena aku sudah menikah. Restu dari kedua orang tuamu tak aku butuhkan lagi, Bastian!" ucap Dara dengan penuh penekanan.
Bastian tampak terkejut mendengar ucapan dari kekasihnya itu. Dia menatap tajam ke arah mata sang kekasih. Mencari kebenaran atas ucapan wanita itu. Tapi memang tak ada kebohongan yang terlihat.
"Aku tak suka dengan candaanmu itu!" ucap Bastian.
Dara menarik napas dalam. Dia lalu memperlihatkan tangannya di mana jari manisnya telah tersemat cincin pernikahan.
Bastian merasa dunianya runtuh. Selama ini dia selalu memikirkan dan merindukan sang kekasih, tapi ternyata dia mendua bahkan telah menikah.
Bastian lalu tersenyum miris. Dia lalu berdiri dari duduknya. Berdiri dihadapan kekasihnya itu.
"Jadi ini rupa wanita yang aku cintai selama ini. Hanya dalam waktu enam bulan perpisahan sudah langsung menikah. Katanya hanya cinta denganku, katanya hanya aku pria yang ada dihatinya. Ternyata omong kosong saja," ucap Bastian.
Bastian menjeda ucapannya. Memandangi kembali wajah kekasihnya itu. Dara hanya diam, dan tak membantah ucapan pria itu.
"Apa kamu sudah tak tahan hidup tanpa pria sehingga membuat kamu secepatnya ingin menikah? Sudah tak sabar ditiduri pria?" tanya Bastian.
Ucapan Bastian yang terakhir membuat Dara tak terima. Dia lalu berdiri dan mengangkat tangannya, menampar pipi pria itu.
"Jaga ucapanmu. Apa kamu selama pergi tau apa yang aku rasakan dan alami? Kamu pergi tanpa pamit dan tanpa kabar. Saat ibuku meninggal saja, kamu tak datang hanya untuk mengucapkan bela sungkawa. Apa aku salah berpikir kamu telah melupakan hubungan ini? Aku benar-benar sendirian menghadapi semuanya. Saat aku terpuruk begitu, keluarga menjodohkan aku dengan seorang pria. Aku yang merasa lemah dan tak ada tempat bersandar, tentu saja menerima saran itu. Aku berharap dengan menikah ada tempat aku mengadu!" balas Dara.
Bastian menarik napas dalam. Dia baru dengar tentang meninggalnya ibu Dara. Dia dapat merasakan kesedihan wanita itu, tapi egonya sebagai pria yang dikhianati menutupi perasaan prihatin itu. Dia tetap saja tak terima atas apa yang wanita itu lakukan.
"Jangan jadikan alasan kepergian ibumu untuk ketidak setiaanmu itu. Kau saja yang tak bisa menjaga hati. Aku menyesal pernah mencintaimu. Aku menyesal pernah jatuh cinta sedalam-dalamnya denganmu. Aku baru sadar kenapa mama tak pernah merestui hubungan kita. Pasti dia telah tau sifat kamu sebenarnya!" seru Bastian.
Ucapan Bastian itu sangat melukai perasaan Dara. Dia tak menyangka jika pria itu akan berkata begitu, sehingga dia membalas dengan ucapan yang kalah menyakitkan juga.
"Jika kamu menyesal pernah mengenalku, aku sebaliknya. Aku tak pernah menyesal mengenalmu, tapi aku hanya menyesal kenapa rasa cintaku setulus itu padamu. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri apakah rasa cintaku sama seperti kamu. Apakah kamu menyayangiku dan merindukan aku sehebat aku merindukan dan menyayangi kamu. Sekarang aku tau jawabnya, ternyata selama ini aku bodoh karena mencintaimu sebegitu hebatnya. Aku mencintaimu seolah-olah kamu tak akan pernah meninggalkan aku. Aku terdiam dan tersenyum , padahal ada banyak luka yang harus aku obati sendiri," ucap Dara.
Dara menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya yang terputus. Dia mencoba menahan air mata agar tak tumpah membasahi pipi.
"Aku tak pernah menyesal mengenalmu karena kamu pernah membuatku bahagia, di saat orang lain tak mampu melakukan seperti yang pernah kamu lakukan. Tapi seandainya waktu bisa diputar kembali, aku lebih memilih tak pernah mengenal kamu. Agar tak pernah aku rasakan luka ini," ucap Dara pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan Bastian.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak