Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.
Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.
Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Candle Light Dinner
Dreeet
Dreet
Dreet
Ponsel Catherine bergetar. Segera diambil dan dilihatnya. Ternyata ada pesan masuk dari Leo.
“Selamat siang Catherine, mohon maaf , aku tidak bisa menemuimu siang ini. Nanti kita atur ulang pertemuan kita,”
Sambil mengerutkan kening, Catherine merasa heran, mengapa begitu mudah Leo membatalkan pertemuan dengannya? Bukankah kemarin saat terakhir mereka bertemu, Catherine sudah mencoba membaca pikiran Leo dan jelas terlihat Leo sangat senang dengannya. Mengapa sekarang begitu saja membatalkan pertemuan?
Sebagai seorang Terapis Psikologi yang terbiasa membaca pikiran orang, Catherina yakin benar, bahwa Leo adalah sosok yang meskipun tidak mudah dibaca pikirannya, tetapi sangat mudah ditebak aksinya. Menolak pertemuan sejam sebelum janji temu tanpa penjelasan berarti,membuat dirinya merasa bahwa Leo menghindarinya.
Catherine bergumam dalam hati,” Mengapa aku tidak bisa membaca secara tepat apa yang dia pikirkan tentangku? Ada apa dengan diriku ini?”
Memang tidak seperti biasanya. Selama ini Catherine menjadi Icon di Klinik Donovan karena dia mempunyai kemampuan menebak pola pikir pasien, bahkan yang paling rumit sekalipun. Wajarlah jika sekarang dia merasa bingung, karena semua prediksinya tentang Leo sama sekali meleset.
Tok…tok..tok
Ketukan pelan terdengar di pintu. Catherine segera membuka pintu kamar prakteknya. Tampak Evelyn Receptionist Klinik ingin menghadap padanya.
“Maaf Catherine aku ingin menyampaikan laporan jumlah pasienmu minggu ini dan jumlah pasien rencana Kontrol minggu depan,”
“Baiklah silahkan masuk,”
“Untuk Pasien mu minggu ini jumlahnya adalah 60 pasien. Sementara untuk rencana Konrtol minggu depan 55 pasien”
“Hemm mengapa berkurang? Apakah ada pasien yang sudah selesai sesi?
“Benar, dalam rekaman ku ada 4 pasien selesai sesi dan satu pasien gugur sesi karena tidak ingin melanjutkan.”
“Siapa pasien yang gugur sesi itu?” tanya Catherine
“Tuan Leo,” jawab Evelyn.
“Apa tuan Leo? Tapi mengapa? Dia tidak mengatakan apapun saat sesi denganku?” tanya Catherine keheranan.
“Aku juga tidak tahu. Tadi pagi asisten Tuan Leo menghubungi Ponsel Klinik dan mengatakan bahwa Tuan Leo belum berkenan untuk melanjutkan sesi.”
Catherine mengangguk pelan lalu berkata,” Baiklah jika begitu. Terimakasih informasinya Evelyn.”
Bergegas Evelyn keluar dan meninggalkan Catherine termangu seorang diri.
*****
Sore itu, sedikit mendung. Tak berapa lama hujan turun rintik rintik membasahi jalanan kota Manhattan. Catherine baru saja selesai dengan pasien terakhirnya. Bergegas dia mengemasi semua barangnya dan berencana untuk segera pulang.
Namun ponselnya kembali berdering..
“Hallo…”
“Halo Catherine, ini aku leo, maaf aku menggunakan nomor kantor ku. Aku hanya ingin menyampaikan, bahwa aku sangat menyesal, kita gagal bertemu dan makan siang beberapa hari lalu. Untuk itu, hari ini aku sudah menyiapkan Candle light Dinner khusus untukmu. Terimalah ajakan ku Catherine, please?” Ujar Leo merayu
Baru mendengar suara bariton Leo yang tenang dan penuh permohonan saja jantungnya tidak berhenti berdegup kencang. Pipinya terasa panas dan tanpa terasa senyumnya pun mengembang.
“Tentu Leo, aku bersedia. Jam berapa kita akan bertemu?” Catherine bertanya balik.
“Saat ini supir dan anak buahku segera menuju ke tempatmu, aku sudah menyiapkan gaun khusus untukmu, mohon pakailah gaun itu. Kau pasti terlihat mempesona Cathy,”
“Baiklah Leo,”
Baru kali ini ada seseorang memanggilnya Cathy, entah mengapa panggilan itu seperti membakar api dalam dirinya, membuatnya ingin dipeluk dan dicium oleh Leo.
“Oh My God Catherine, cobalah untuk waras,” gumamnya dalam hati
Tak berapa lama sebuah Bentley warna hitam mendekati klinik, mengantarkan baju yang dikatakan oleh Leo. Catherine menerima baju itu dan kemudian segera memakainya, dan berhias seperlunya. Lalu meluncur ke sebuah Rumah makan Mewah The Velvet Table. Hatinya begitu berbunga bunga dan ingin segera sampai ke sana.
*****
POV : Leo
Malam ini aku akan bertemu dengan gadis itu lagi. Aku ingin menjadikannya Princes dalam satu malam. Aku ingin dia merasakan curahan perhatian dan kasih sayang dariku. Rasanya memang aneh. Berkencan dengan mantan almarhum adikku. Orang paling bodoh pun tahu dia bukan seleraku. Wanita yang terlalu serius dan sama sekali tidak…..Hot.
Aku sudah memesan baju pesta warna merah untuknya dengan belahan rendah pada bagian dada. Aku ingin lihat, apakah dia akan memakainya? Hemm…aku ingin melihatnya sedikit sexy. Selama ini aku hanya melihatnya di klinik yang begitu gersang dan garing. Andai dia tahu, dengan siapa dia berhadapan.
Gadis seperti dia aku pastikan dalam hitungan dua tiga hari kedepan pasti sudah siap untuk aku tiduri. Tapi tidak, aku tidak akan melakukan hal yang terlalu jauh seperti itu padanya, sebelum menikahinya. Mungkin sekedar memberinya kesenangan, its ok. Tapi untuk menidurinya, aku rasa perlu menikah dulu. Karena sesi itu akan menjadi sesi yang tak terlupakan baginya. Aku akan membuat tubuhnya bereaksi seperti apa yang aku mau.
*****
Tak lama Catherine sampai di The Velvet Table. Langkahnya yang anggun ketika turun dari mobil dan masuk ke dalam ruangan memancing begitu banyak mata memandang ke arahnya. Bajunya yang berwarna merah dengan belahan rendah sungguh membuat semua mata tak berkedip.
Leo segera menyambutnya dengan senyum lebar dan menarik kursi untuk Catherine lalu mempersilahkan dia duduk.
“Selamat malam Catherine. Terimakasih kau sudah mengenakan gaun yang aku beli. Kau tampak cantik sempurna,”
“Kau pandai merayu Leo. Terimakasih untuk gaun yang indah ini,” ujar Catherine malu.
Tak berapa lama Leo memberi tanda pada petugas The Velvet Table, lalu beberapa musisi mengitari mereka dan menyanyi dengan syahdu untuk menemani mereka makan. Suasana begitu syahdu, Catherine sangat bahagia, dia merasa Leo benar benar memberikan segalanya yang terbaik baginya. Dirinya bagai terbang ke angkasa dan tidur diantara awan awan cinta.
Setelah makan, Leo bertanya pada Catherine, “Kalau tidak salah, kau mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku.”
Catherine tersenyum lalu berkata, “Aku rasa hal itu tidak layak aku sampaikan sekarang Leo,”
“Ah tidak apa Catherine, sampaikan saja. Siapa tahu aku bisa membantumu,”
“Aku butuh dana untuk membantu pengembangan klinik. Kau tahu sendiri, klinik ku dikelilingi rumah sakit besar yang menyediakan layanan sejenis. Penyandang dana tidak sepenuhnya mampu mensupport saat ini. Untuk itu aku berencana meminjam dana padamu sebesar 50.000 USD untuk pengembangan dan marketing. Kita bisa ke pengacara ku untuk skema hukumnya,’
“Apapun akan aku lakukan untukmu Catherine. Datanglah ke kantor ku untuk mengurus masalah ini. Supirku akan menjemputmu besok. Bagaimana?”
“Terima Kasih Leo, aku sangat menghargai kebaikanmu. Kau seperti bantuan yang diturunkan dari langit untukku,”
Leo tersenyum sambil menatap Catherine tanpa kedip. Hati Catherin berbunga bunga dan seperti mau meledak karenanya.
****
Malam makin larut, akhirnya Leo mengantar Catherine pulang ke Apartemenya. Sampai di depan gedung Apartemen, mobil menepi. Leo menyetir sendiri malam itu.
“Terima Kasih Leo, atas malam yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia dan tersanjung,”
“You are Welcome Catherine,”
Lalu Leo turun dan membuka pintu mobil Catherine. Setelah itu dia menggandeng tangan Catherine keluar dari dalam mobil. Catherine menepi dan Leo pun menutup pintu mobil.
Catherine masih bersandar pada Mobil Leo, ketika Leo menatapnya dalam penuh makna.
“Kau terlihat sangat cantik Catherine. Aku sangat memujamu,”
Leo berkata sambari tangannya mengelus dan menyentuh dengan lembut wajah Catherine. Dimulai dari pipinya, lalu leher dan belahan dadanya. Catherine tersipu malu dan wajahnya pun memerah. Bibir Catherine bergetar dan sedikit terbuka menahan desahan.
Seketika Leo mendekatkan kepala catherine ke arahnya dan melumat bibir merah yang merekah itu. Catherine yang sudah bersiap seperti sudah menduga Leo akan menciumnya membalas ciuman itu. Sebuah Ciuman yang dalam dan eksotis. Leo sangat pandai melakukan French Kissing. Sedemikian ahlinya sehingga meremang buku kuduk Catherine dibuatnya.
Lidah mereka saling bermain dan mengisi mulut satu sama lain. Sebuah kemesraan yang sudah amat sangat lama tidak Catherine rasakan. Cukup lama mereka terbenam dalam ciuman yang menghangatkan malam itu.
Lalu Leo menarik kepalanya dan berkata, “Cukup untuk malam ini sayang, kau sangat hebat. Selamat malam. ”
Sambil mengedipkan satu matanya, Leo kembali masuk ke mobil dan menyetir menjauhi Catherine keluar dari lingkungan Apartemen.
Catherine termangu sendiri dan berkata dalam hati, “What ? Apa itu tadi? Ciuman yang sangat hebat dan membuatku merinding. Bisa bisa aku merasakan pelepasan hanya karena ciuman,Wow. Leo benar benar ahlinya”
Seperti melayang Catherine melangkah masuk ke dalam gedung Apartemennya. Dia merasa seperti bunga yang hidup. Setelah sekian lama layu dan hampir mati.
*****
semangat