"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 : Lembar Baru Dengan Status Baru
..."Jika memang ini jalannya. Aku siap untuk menjalaninya. Bukan tidak ingin melawan, tetapi taat yang lebih diutamakan. Ego bisa diatasi, tapi taat lebih utama dari pada yang lainnya."...
...~~~...
Di balik senyuman itu ada sebuah rencana yang sudah dipikirkan matang oleh Alaska. Tidak ada yang menyangka itu, termasuk kedua orang tuanya.
"Lihatlah nanti istriku, kamu akan tau rasanya menjadi istri dari seorang Alaska Dirgantara. Untuk sekarang, ayo kita main-main dulu sebagai pemanis," batin Alaska berucap. Entah apalagi yang ia pikirkan.
Berapa menit kemudian, datang dokter yang memeriksa Arumi. Papa Farhan sudah memanggilnya tadi, ia pikir kata Alaska ada benernya juga semakin cepat Arumi masuk ke dalam keluarganya, semakin cepat pula Alaska merubah dirinya.
Dokter mulai memeriksa Arumi dengan telatan. Arumi hanya diam saja saat dokter itu memeriksanya, tetapi ada rasa janggal dihatinya, ia sangat takut untuk berpisah dengan kedua orang tuanya.
"Baik, sekarang keadaan Arumi mulai membaik. Untuk dibawa pulang mungkin bisa, tapi akan saya resepkan obatnya nanti, dan inget! Harus diminum tepat waktu jika ingin cepat pulih kembali," ucap dokter itu setelah selesai memeriksa Arumi.
"Terimakasih, Dok. Saya akan menjanya dengan baik, sehingga istriku nanti cepat pulih," balas Alaska. Sungguh sikapnya kini sangat manis, sehingga membuat Papa Farhan dan Mama Rina terseyum seketika, karena akhir-akhir ini emang sikap putranya itu cukup berbeda.
Dokter itu hanya mengangguk dan kembali memeriksa pasien lainnya.
...****************...
Lima belas menit kemudian, Arumi sudah siap mengenakan pakaian gamisnya serta hijab yang telah dirapihkan. Menampilkan wajah cantik yang kini mulai terpancar. Abi Harun dan Ummi Salamah menatap takjub putrinya yang tampil cantik, ia juga tidak lupa menyiapkan pakaian untuk Arumi karena hari ini, putrinya akan dibawa pergi oleh suaminya. Sedih juga rasanya ditinggalkan oleh putri yang sangat keduanya bangga-banggakan.
"Ummi, Abi maafkan Arumi yang belum bisa membahagiakan kalian berdua. Jika bisa meminta, Arumi ingin lebih banyak lagi waktu untuk bersama kalian berdua, tetapi takdir sudah membuat Arumi menjadi seorang istri. Arumi tidak bisa menolak keinginan suami Arumi lagi, karena sekarang ia adalah tuntunanku. Dan terimakasih banyak Abi, sudah mendidik Arumi sampai detik ini, Arumi enggak bakalan melupakan Abi sama Ummi," ucap Arumi yang kini berada di depan kedua orang tuanya.
"Iya tidak apa Arumi, Ummi sama Abi sudah ikhlas kalau kamu dibawa pergi oleh Alaska. Mau bagaimanapun sekarang kamu adalah tangung jawabnya. Jadi istri yang baik ya, taat sama suami dan jangan membantah kata dia, jika kamu sudah tidak kuat kamu bisa bilang sama Abimu nanti. Jangan dipendam sendiri, Arumi tetep putri Ummi sama Abi," ucap Ummi Salamah soraya menasehatinya.
"Insyaallah Ummi, Arumi ingat semua kata-kata Ummi sama Abi nanti. Kalau begitu, Arumi izin pamit sekarang sama Ummi," kata Arumi sembari memeluk kedua orang tuanya bergantian dan menyalaminya, dengan perasaan yang cukup sedih juga.
"Jaga diri baik-baik di sana ya, Nak. Abi doain yang terbaik untukmu," ucap Abi Harun sembari mengelus lembut kepala Arumi. Ia juga sangat sedih harus merelakan putrinya, tapi gimana lagi karena itu sudah menjadi konsekuensinya jika salah salah satu putrinya menikah.
Arumi mengangguk, sekali ia menatap wajah abinya dalam. Sungguh berat harus meninggalkan orang tuanya, tetapi ia harus tabah dan kuat. Ingat sekarang ia telah menjadi seorang istri, ia harus terima semuanya.
Perlahan Arumi mendekati Alaska, walupun lambat tapi pasti. Semakin mendekat, semakin bersemangat juga Alaska. Tanpa sadar, ia mengiring istrinya semakin mendekatinya soraya menyentuh tangannya.
"Eh ...," kata Arumi yang cukup kaget digenggam tangannya oleh Alaska. Sebelumnya ia tidak pernah disentuh oleh laki-laki selain Abinya, pantas saja ia bersikap seperti itu karena malu bercampur canggung yang membuatnya hanya diam saja, dan menerima perlakuan itu.
"Jangan takut sayang, aku suamimu," bisik Alaska di daun telinga Arumi yang tertutup oleh hijab.
Arumi bergidig ngeri mendapat perlakuan saperti itu dari Alaska. Rasanya ia sangat takut jika berdekatan dengan suaminya, karena kesan pertama mereka saling melihat, tidak sesuai dengan keinginannya yang emang harus pasrah memiliki suami seperti Alaska.
Di saat mereka mulai berjalan keluar dari ruangan rawat itu, Arumi tetep digandeng oleh Alaska. Orang-orang di sana sampai berbisik-bisik melihat kemesraan mereka berdua, bisa dibilang begitu. Sungguh malu Arumi dibuatnya, tapi ia juga tidak bisa melepaskan tangannya yang dipegang erat oleh Alaska. Berbeda dengan Papa Farhan dan juga Mama Rina yang senyum-senyum bahagia menatap anak dan juga menantunya. Ummi Salamah juga Abi Harun ikut bahagia melihat kedekatan Alaska dengan Arumi.
"Ma lihatlah, kata Papa benar kan? Alaska lebih baik sekarang," bisik Papa Farhan pada Mama Rina.
"Iya Pa, Mama seneng deh lihatnya," sahut Mama Rina yang terus tersenyum melihat Alaska juga Arumi.
Sesampainya di luar, Abi Harun mendekati Papa Farhan, lalu mengajaknya berbincang sebentar.
"Farhan, tolong jaga Arumi baik-baik ya? Aku harap dia nyaman dengan keluarga barunya nanti," pinta Abi Harun di sela sibuknya para wanita yang membereskan barang bawaan Arumi.
"Iya Harun, kamu tenang saja. Arumi aman sama aku dan Alaska," ucap Papa Farhan meyakinkan sahabatnya supaya tidak berlarut-larut mengkhawatirkan Arumi.
Abi Harun cukup lega mendengar itu, lalu ia pun melihat kepergian mobil Papa Farhan yang mulai menjauh membawa putrinya pergi. Ummi Salamah juga tidak kuasa melihat kepergian Arumi dan hanya diam, lalu Abi Harun memeluknya soraya menguatkan istrinya sembari membawanya ke mobil untuk pulang.
****
Di dalam perjalanan, Arumi hanya diam membisu, ia tidak tahu harus apa. Sesekali Mama Rina memecahkan keheningan, dengan mengajak bicara menantunya yang hanya menjawab singkat karena malu dan belum terbiasa.
Alaska yang berada di samping Arumi terus menunjukkan rasa perhatiannya. Sesekali ia tersenyum dan mencoba mendekatkan dirinya kepada Arumi supaya istrinya itu mulai terbiasa. Akan tetapi, Arumi malah tidak nyaman diperlakukan seperti itu walupun Alaska berhak atas dirinya.
"Biasakan dirimu sayang, karena nanti kamu akan mendapat kejutan yang indah dariku," bisik Alaska sembari tersenyum. Nampaknya ia sudah memulai rencananya.
Arumi hanya diam, ia tidak mengerti apa yang dimaksud suaminya itu. Perasaannya tiba-tiba saja tidak enak, karena mungkin ini kali pertama ia membiasakan diri berganti status sebagai seorang istri.
Mau bagaimana lagi, Arumi harus menerima nasibnya yang menikah tanpa mengenal dulu laki-laki yang menikahinya. Kini hanya ada lembaran baru di hidupnya. Bukan lagi menjadi seorang anak ataupun gadis lagi. Sekarang ia menjalini peran sebagai seorang istri dari Alaaka Dirgantara, pria yang entah gimana karakternya.