NovelToon NovelToon
NING WIE

NING WIE

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel
Popularitas:39.4k
Nilai: 5
Nama Author: wiwiek

Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 32

"Hehe... Tidak apa- apa, Yah! Itu sudah cukup! Setelah Wie'er kuasai, barulah cari yang lain lagi." Jawab gadis itu sambil tersenyum menenangkan ayahnnya. Apa lagi harga jurus mau pun teknik memang mahal, dan itu sudah menguras isi kantong.

Patriak Ning Bing puas dengan jawaban anaknya. Putri tunggalnya itu tidaklah serakah dan tahu diri. Lagian bocah itu juga akan mempelajari dua kekuatan berbeda itu tiap hari dan itu tidaklah mudah. Perlu kesabaran, ketelitian dan kerja keras.

Sedangkan Ning Ling senang anaknya bisa bijaksana dan tahu keadaan. Tentu saja wanita itu bahagia didikannya pada anaknya tidak sia-sia.

Patriak Ning Bing segera membawa buku Penguasaan Elemen Es itu ke meja kasir. Dia pun langsung mengeluarkan lima puluh lima koin emas untuk membayarnya.

Kasir pun segera menghitung uang yang telah di terimanya dari pelanggannya itu. "Uangnya pas, Tuan! Terima kasih."

Segera buku Penguasaan Elemen Es di bungkus dengan kain putih, setelah rapi selanjutnya di serahkan kepada Patriak Klan Ning yang langsung menyimpannya ke dalam cincin ruang nya.

" Hewan periharaan sudah, cincin ruang pun sudah begitu juga dengan Jurus. Kamu pun sudah dapat, yang belum cuma senjata?"

" Haha... Senjata juga dapat! Sekarang ayo kita cari senjata yang sesuai denganmu, Wie'er! Kau ingin senjata apa?"

Patriak Ning Bing mengajak istri dan anaknya ke deretan rak ke tiga. Karena segala jenis senjata terpampang di dalam rak etalase itu.

Di tanya senjata apa yang di mau Ning Wie berpikir sesaat. Segala macam jenis senjata melintas dalam benaknya. Dari pedang, tombak, pisau, tongkat, kipas, dan rantai.

Tapi pada akhirnya Ning Wie memilih yang biasa di lihatnya di rumah, " Emm..Pedang! Aku mau pedang saja, Yah!"

"Sesuai dengan apa yang kau inginkan? Kita cari pedang yang bagus buat kamu." Saut Patriak Ning Bing. Putri tunggalnya itu ternyata seleranya tidak jauh juga dari kedua orang tuanya. Sama- sama pecinta pedang.

Mereka bertiga pun mulai memperhatikan satu demi satu pedang yang ada di etalase. Walau waktu sudah lebih dari satu jam tetapi Ning Wie belum juga bisa menenemukan pedang yang cocok.

Bahkan Ning Ling dan Ning Bing pun belum bisa menentukan dan menyarankan pedang yang pantas dan layak buat anak kesayangannya itu.

"Uhh... Semua pedangnya terlihat bagus semua. Ihh... Wie'er jadi bingung memilihnya, Yah!"

"Terlalu banyak pilihan dengan kualitas yang sama. Jadi susah menentukannya yang benar-benar pas."

Senjata yang beredar di Benua Biru terbagi menjadi empat tingkatan:

Senjata Tingkat Umum.

Senjata Tingkat Khusus.

Senjata Tingkat Istimewah.

Senjata Tingkat Magis.

" Aih... Aku serahkan sama Ayah saja pilihnya. Pasti lebih tahu! Khan Patriak Klan Ning, jelas lebih berpengalaman! Hehe..."

Ning Wie melimpahkan urusan mencari pedang pada ayahnya. Pedang apa pun yang jadi pilihan ayahnya akan menjadi senjata andalan nya.

"Dasar Anak nakal! Kalau ada maunya saja baru mau memuji ayah- nya ini." Patriak Ning Bing memukul kepala anak tunggalnya dengan pelan karena gemes akan tingkah lakunya.

" Auh.... Ayah! Sakit!" Ning Wie pura- pura kesakitan. "Aih.. Teganya sama anak sendiri!"

HAHA HAHA HAHA

Sementara Ning Ling hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala sambi tertawa renyah melihat kelakuan anak dan suaminya itu.

Tidak lama kemudian Patriak Ning memanggil petugas Paviliun Seribu Manfaat dengan isyarat tangan. Tak membutuhkan waktu lama petugas pun datang mendekat.

"Apa yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya petugas itu dengan ramah juga sopan.

"Tolong ambilkan pedang yang bergagang burung itu!"

Setelah mengamati dan mempelajari dengan teliti semua pedang yang ada akhirnya Patriak Ning Bing menjatuhkan pilihan pada Pedang bergagang bentuk burung.

Petugas pun segera mengambilkan pedang yang diinginkan pelanggannya itu. Dan Patriak Ning Bing langsung memeriksa pedang itu dengan teliti nan cermat saat ada di tangannya.

Pedang itu sangat tipis dan begitu lentur. Bila pedangnya juga sangat tajam. Terbuat dari campuran besi dengan emas. Dan merupakan pedang tingkat umum.

"Bagaimana dengan ini!" Patriak Ning Bing mengangkat pedangnya ke atas agar Ning Wie bisa melihat dan menilai pedang yang di pilih. "Kau suka...."

Ning Wie hanya menganggukkan kepalanya. Dan Patriak Ning melihatnya sebagai jawaban dari persetujuan Putri tunggalnya. Patriak Ning langsung mengalikan pandangannya kepada petugas.

"Kami beli pedang ini."

Patriak Ning langsung membawa pedang itu ke meja kasir. " Berapa harga Pedang ini?"

Setelah melihat sebentar barang yang di bawa pelanggan, dengan senyum ramah kasir pun menjawab, "Harga pedang ini dua puluh lima koin emas. Tuan!"

Patriak Ning Bing segera mengeluarkan koin emas dari dalam cincin ruang nya. Dan koin - koin emas itu kini menumpuk menggunung di meja kasir.

"Hitunglah!" Kasirpun langsung menghitung kpin emas yang ada di atas mejanya. Dalam sekejap saja tumpukan koin emas itu selesai di hitung.

"Koin emas nya kelebihan 1 koin, Tuan. Dan ini pedang, Anda!" Kasir Paviliun menyerahkan pedang dan juga sisa koin emas pada Patriak.

Patriak Ning menerima pedangnya langsung di simpan dalam Cincin ruang nya. Kemudian mendorong kembali sisa uang koin kepada kasir. " sisa pengembalian itu untukmu." Kemudian dia berbalik dan melangkahkan kaki mendekati Ning Wie dan Ning Ling. Terdengar sayup-sayup kasir mengucapkan terima kasih.

Setelah mendapatkan pedang, Patriak Ning Bing mengajak keluarganya menuju ke lantai selanjutnya yaitu lantai tiga untuk membeli pil dan sumber daya yang di perlukan.

"Wah.... Aku tidak menyangka bisa ketemu Anda di sini, Paatriak Ning!" Lelaki berjubah coklat itu menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai salam penghormatan.

Baru saja kakinya menginjak di lantai tiga, Patriak Ning Bing langsung bertemu dengan teman lama. Ini kejutan yang tak terduga tapi menyenangkan.

" Ehh.... Tuan Ling Lou." Ning Bing juga membalas salam temannya. " Haha... Lama tidak bertemu."

"Hehe..Ya lama!" Ling Lou kemudian melihat ke arah Ning Ling dan Ning Wie. " Ohh... Apakah ini putri anda Patriak Ning. Ahh... Apakah dia baru melakukan tes ?"

"Iya itu benar! Putri tunggalku Ning Wie namanya. Dan dia berhasil!" Kata Patriak Ning berkata dengan bangga.

"Selamat untukmu Nona Ning. Maaf paman tidak bisa memberi kamu hadiah yang layak. Terimalah ini!"

Ling Lou menyentuh tangan Ning Wie dan menaruh uang koin sebanyak tiga koin emas. Tentu saja bocah kecil itu terkejut dan kaget, orang asing memberi dirinya uang banyak.

Sedangkan Ling Lou merasa apa yang diberikan itu tidak seberapa, tidak ada artinya karena dirinya hutang nyawa bukan sekali tapi beberapa kali pada Patriak Ning saat masih muda dulu ketika di akademi dan hutang itu sampai kapan pun tidak akan bisa membalasnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Maria Lina
kok 1 sih thor double donk
Liswati Angelina
seru ceritanya....
Liswati Angelina
Biasa
Endah Herawati
semangat ya utk lanjut, jangan cuma 1 episode dong Thor... 😁
Cha Sumuk
kebanyakan peran nya jd bingung
Maria Lina
lgi ya thor plisss🙏🙏
Yulianti Amiruddin
🤣🤣🤣🤣🤣
Lyvia
nuwun thor upnya
Herlina
Luar biasa
Lyvia
nuwu upnya thor
AZKA 2: lanjut thooor
total 1 replies
AZKA 2
smangat thoor
AZKA 2
smangaaat thooor
Lyvia
nuwun thor upnya
R@3f@d lov3😘
menarik 🤪
Lyvia
nuwun thor upnya
Ratna Winanti
lànjut thor...
Lyvia
nuwun upnya thor
AZKA 2
Up lgi thooor
AZKA 2
smangat thooor up y banyak...
Lyvia
nuwun thor upnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!