Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ana dan Yori nyambung juga nih
Adegan 28: Pertemuan Selanjutnya
Beberapa hari setelah kunjungan Dody dan Yori, Hesti dan Ana kembali bekerja di restoran. Suasana terasa lebih ceria berkat perhatian positif dari Yori. Ana masih merasa senang, meskipun dia berusaha tidak terlalu memikirkannya.
Suatu sore, saat Hesti dan Ana sedang bersiap untuk memulai shift mereka, Yori datang lagi ke restoran, kali ini sendirian.
Yori masuk ke restoran dan mencari Ana "Hai, Ana. Aku kembali lagi. Aku ingin melihat bagaimana kabarmu."
Ana tersenyum"Halo, Yori. Aku baik-baik saja, terima kasih. Apa yang bisa aku bantu?"
"Ana sebenarnya, aku ingin berbicara lebih banyak denganmu, jika kamu tidak keberatan."
"Tentu, mari duduk di sini."sahut ana sambil mempersilahkan Yori untuk duduk
Yori dan Ana duduk di meja dekat jendela, dan Hesti melihat dari jauh dengan senyum. Dia tahu Ana senang dengan perhatian yang diberikan Yori.
"Ana, aku sangat menikmati waktu kita beberapa hari lalu. Aku ingin lebih mengenalmu."
"Aku juga senang bisa berbicara denganmu mas. Apa yang ingin kamu tahu tentangku?"
"Aku ingin tahu lebih banyak tentang kehidupanmu di sini, apa yang kamu suka dan bagaimana kamu mengatasi semua tantangan."
"Aku lebih banyak bekerja dan menghabiskan waktu dengan teman-temanku di sini. Tentu, ada banyak tantangan, tapi aku berusaha menikmati setiap momen."jawab ana sambil memperbaiki duduknya
Percakapan mereka mengalir dengan lancar, dan mereka saling berbagi cerita dan pengalaman. Yori tampaknya semakin tertarik dan terkesan dengan sikap Ana yang positif dan ceria.
kemudian Yori melanjutkan percakapan mereka"Aku sangat menghargai semangat dan sikap positifmu. Kalau kamu tidak keberatan, aku ingin mengajakmu keluar makan malam minggu depan."
Ana tersenyum "Tentu, aku akan senang sekali. Terima kasih atas undangannya."
Minggu depan, Ana dan Yori bertemu unt
uk makan malam di sebuah restoran yang nyaman. Malam itu, suasananya santai dan penuh canda tawa.
Ana mengedarkan pandangannya "Restoran ini terasa sangat nyaman. Terima kasih sudah memilih tempat yang bagus."
"Aku senang kamu suka. Aku ingin kita bisa berbicara lebih banyak dan lebih santai."jawab Yori sambil memegang tangan Ana
"Itu bagus. Aku juga senang bisa berbicara lebih banyak denganmu. Mas"
Mereka berbicara tentang berbagai topik, mulai dari hobi hingga rencana masa depan. Malam itu terasa menyenangkan dan penuh kehangatan.
: "Ana, aku sangat menikmati malam ini. Aku berharap kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi."
"Aku juga merasa senang mas. Terima kasih sudah mengundangku."
Setelah makan malam, Yori mengantar Ana pulang. Mereka berbicara tentang pertemuan berikutnya dan berjanji untuk tetap saling berhubungan.
"Aku benar-benar berharap kita bisa mengatur waktu untuk bertemu lagi. Kamu membuat malam ini sangat istimewa."kata yory setibanya di kontrakan
"Aku juga berharap begitu mas. Aku menikmati setiap momennya."
Dengan senyum di wajah mereka, Ana dan Yori berpisah di depan kos-kosan Ana. Ana merasa senang dan berharap akan ada lebih banyak momen menyenangkan di masa depan.
Saat Ana masuk ke kos-kosannya, dia merasa lebih optimis tentang masa depan dan hubungannya dengan Yori. Hesti, yang sudah menunggu, melihat betapa cerianya Ana dan ikut merasa bahagia untuk sahabatnya.
Ana pulang dari makan malam dengan Yori, wajahnya masih berseri-seri. Sesampainya di kos-kosan, dia disambut oleh Hesti yang sengaja duduk di teras, menunggunya pulang. Hesti terlihat penasaran, matanya berbinar-binar, ingin mendengar cerita dari sahabatnya.
Hesti senyum lebar "Nah, akhirnya pulang juga! Gimana makan malamnya? Cerita dong! Aku penasaran banget."
Ana tersenyum malu "Hesti, kok kamu jadi lebih bersemangat daripada aku, sih? Makan malamnya seru, kita ngobrol banyak."
Hesti menggoda "Iya dong, aku kan sahabatmu, aku cuma ingin kamu bahagia. Jadi, Yori gimana? Apa dia bikin kamu nyaman?"
Ana mengangguk pelan "Iya, dia baik, ramah, dan perhatian. Aku nggak nyangka bakal sesantai itu ngobrol sama dia."
Hesti tertawa pelan "Wah, seneng deh denger itu. Kamu memang pantas dapat yang terbaik, Ana. Semoga ini langkah awal buat kebahagiaanmu."
Ana tersenyum mendengar ucapan Hesti, merasa didukung penuh oleh sahabatnya yang selalu ada di sisinya.
"Terima kasih, Hesti. Aku juga berharap begitu, tapi aku nggak mau buru-buru. Yang penting, aku merasa nyaman aja dulu."
"Bener banget. Pelan-pelan aja. Tapi, aku lega lihat kamu senyum-senyum kayak gitu. Udah lama nggak lihat kamu seceria ini."
Ana tertawa "Iya, makasih ya, Hesti. Aku juga bersyukur punya sahabat sepertimu. Kamu selalu support aku."
Hesti tersenyum hangat "Kamu juga selalu ada buat aku, Ana. Persahabatan kita ini yang paling penting."
Dengan perasaan hangat dan bahagia, Ana dan Hesti menghabiskan malam di teras, berbincang ringan sambil menikmati suasana. Persahabatan mereka semakin erat, dengan dukungan satu sama lain dalam setiap langkah kehidupan.
Hesti bercanda "Eh, tapi kamu harus ceritain semua detailnya nanti ya! Aku nggak sabar nunggu."
Ana tertawa "Pasti, pasti. Tapi nanti ya, sekarang aku mau istirahat dulu. Malam ini terlalu menyenangkan."
Ana masuk ke kos-kosannya dengan hati yang ringan, sementara Hesti tersenyum puas melihat sahabatnya yang mulai menemukan kebahagiaannya sendiri.