Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Jam sudah menunjukan pukul satu siang, aku sudah siap dengan seragam kerja ku karena hari ini aku kebagian sif siang yaitu masuk jam setengah tiga siang. Selesai dandan dan sudah siap tinggal pergi aku keluar kamar dan berjalan menuju dapur karena akan menyiapkan bekalku untuk makan sore nanti.
"Erika, kamu sudah siap? " Tanya mama tiba-tiba, yang baru saja masuk dari halaman belakang.
"Iya ni ma, lagi siapin bekal dulu" jawab ku lalu memasukan makanan kedalam tempat bekal ku.
Nama ku Erika Zahra Amanda aku anak kedua dari tiga bersaudara. Usiaku saat ini baru saja dua puluh satu tahun. Aku bekerja di sebuah pabrik yang tidak terlalu jauh dari tempat ku tinggal. Pabrik garmen yang memproduksi baju dan celana, aku sudah bekerja hampir dua tahun. Aku tulang punggung di kelurga karena saat ini ayah ku tidak bekerja karena baru saja mengalami kecelakaan.
"Erika" panggil mama dan aku pun langsung meliriknya.
"Beras tinggal sedikit lagi" ucap mama yang sedang mengambil beras.
"Habis ya ma!,nanti pulang Erika ambil uang dulu. Kalau sekarang sudah gak ada, mama pinjam dulu sama kak Bella saja" Ucap ku yang memang saat ini tidak pegang uang, ada juga buat beli bensin.
"Untuk hari ini masih ada, paling besok gak ada" balas mama.
"Ya sudah nanti malam Erika ambil dulu di ATM" ujar ku dan mama pun mengangguk.
Setelah selesai aku langsung pamit dan pergi dengan mengendarai motor. Cuaca hari ini panas banget dan untungnya jalanan tidak macet karena belum waktunya pulang kerja. Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di tempat kerja ku dan harus masih nunggu bel masuk jadi aku sempatkan untuk mengambil sisa uang gaji ku bulan ini.
****
Bel pulang pun berbunyi,aku pun segera bersiap untuk pulang. Namun dari magrib tiba-tiba hujan padahal tadi siang panas banget. Tapi beruntungnya saat waktunya pulang hujan sudah reda jadi aku tidak kehujanan. Namun jika sudah hujan begini jalan menuju rumah ku selalu becek karena sedang ada proyek perumahan jadi harus hati-hati. Walau sudah sering protes tapi tetep masih belum ada tanggapan.
Aku pun mengendarai motor dengan hati-hati karena takut tergelincir, namun naas aku tetap saja jatuh dan membuat baju ku kotor bahkan kaki ku tertindih motor.
"Aduh" rintihan ku karena kaki ku sakit.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang menolongku.
"Mbak gak apa-apa? " tanya nya sambil membantuku bangun.
Namun karena kaki ku tertimpa motor membuat aku kesulitan untuk berdiri.
"Aw" rintihan ku saat mencoba untuk bangun.
"Ayo mbak saya bantu" ucapnya. Aku pun menerima bantuannya karena gak bisa berdiri. Orang itu membawa ku ke sebuah pos ronda karena aku jatuh tepat di depan pos ronda yang ada di kampung ku. Aku pun duduk dan melihat keadaan ku yang kotor namun tiba-tiba orang itu langsung berjongkok di hadapan ku dan mengangkat kaki ku membuat aku kaget.
"Kamu mau ngapain? " tanya ku.
"Kaki mbak sakit kan?,saya mau lihat siapa tau bisa bantu meredakan nya" jawab nya dan langsung mengusap kaki ku yang sakit.
"Aahh" ucapku mencoba menahan sakit.
"Mbak kayanya kaki nya keseleo"beritahu nya sambil bangun lalu menatap ku dan begitu pun aku melihatnya, aku kaget saat melihat wajahnya " ganteng banget"puji ku dalam hati.
"Mbak" panggilnya membuat ku salah tingkah karena ketahuan menatapnya.
"Eh iya bang" gugup ku.
"Kakinya boleh saya coba pijat biar bisa pulang" ucapnya dan aku hanya mengangguk saja.
Karena sakit aku pun mendesis namun tiba-tiba beberapa orang muncul.
"Hayo kalian sedang apa di pos? " tanya orang itu membuat aku dan pria itu kaget.
"Jangan berbuat macam-macan di kampung sini" tuduhnya.
"Kami gak berbuat macam-macam" balas ku . "Heh, jangan sembarangan ya, kalian gak lihat apa, apa yang kami lakukan? " tanya ku kesal.
"Alah gak usah ngelak, lagian kami tadi dengar kamu kaya ke enakan gitu" tuduhnya lagi.
"Hah, ke enakan? " tanya ku dengan wajah kaget.
"Sudah gak usah dengerin mereka ayo kita bawa mereka ke balai desa saja" ujar salah satu pria yang pakai topi.
"Gak mau" tolak ku sambil menatap pria yang tadi menolong ku.
Namun dia hanya diam saja dan kami pun langsung di paksa untuk menuju balai desa dengan keadaan kaki ku yang sakit.
Sesampainya di balai desa sudah ada orang dan bahkan kepala desa pun ada.
"Ada apa ini? " tanya kepala desa. Lalu ketiga orang yang menangkap ku dengan pria asing ini memberitahu pak kades sesuai dengan apa yang mereka pikirkan tanpa bertanya pada kamu. Namun yang membuat aku bingung pria yang bersama ku diam saja.
"Abang kenapa gak kasih tau mereka" ucap ku padanya.
"Percuma gak akan di dengar" jawab nya dengan dingin dan santai.
Aku yang mendengar jawabannya ingin banget pukul kepala ni cowok.
"Neng Erika" panggil seseorang membuat aku menoleh ke sumber suara dan ternyata itu mang Udin tetangga sebelah rumah.
"Ada apa ini? " tanya mang Udin.
"Ini mang, mereka kepergok mesum di pos ronda" jawab bapak-bapak yang pakai topi.
"Apa?" kagetnya lalu melihat ke arah ku "beneran neng? " tanya nya padaku.
"Enggak mang" jawab ku.
"Jangan bohong kamu" tegur yang pakai baju merah.
"Sudah-sudah" ucap pak kades. "pak Udin kenal dengan gadis ini? " tanya pada mang Udin.
"Dia anak tetangga saya pak" jawab mang Udin.
"Kalau gitu coba panggil orang tuanya kemari karena kita harus membicarakan masalah ini" ujar kepala desa.
"Memang mau di apakan mereka pak? " tanya mang Udin dan itu mewakili ku.
"Semua warga disini pasti tahu jika ada yang berbuat tidak senonoh pasti kena hukuman atau langsung kita nikah kan" penjelasan kepala desa.
"Nikah" gumam ku lalu melirik cowok yang ada si samping ku. Dia tenang-tenang saja padahal aku udah ketar ketir.
Mang Udin pun pulang untuk manggil Ayah dan mama. Sedangkan pak kades dia mulai mengintrogasi pria yang ada di samping ku. Namun aku tidak terlalu mendengarkan karena memikirkan reaksi ayah dan mama. Tak lama mereka datang, mama langsung menghampiriku dan ayah dia langsung bicara dengan semua orang.
"Kenapa bisa seperti ini? " tanya mama.
Aku hanya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu. Mama langsung melihat ke arah pria yang tertangkap bersama ku "Nama kamu siapa? " tanya mama.
Pria itu melihat ke arah mama lalu menjawab "saya Tara bu".
" Kamu bukan orang sini ya? "tanya mama lagi.
" Bukan bu, saya disini sedang kerja, di proyek perumahan itu"jawab nya.
Pantes saja dia ada di sekitar situ karena dia pekerja proyek. Mama pun terus bertanya dan mama percaya dengan apa yang aku ceritakan namun mama gak bisa bantu karena semua warga pasti akan tetap menyuruh aku dan pria itu menikah.
Ayah dan pak Kades keluar setelah mengintrogasi pria itu dan aneh nya tuh cowok setuju saja saat di suruh nikah sama aku.
"Kalau begitu kita tunggu penghulunya dulu, baru nanti kita langsung nikah kan" ucap pak kades membuat aku syok karena harus menikah dengan pria yang gak aku kenal.