Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 9
...****************...
Sore hari, terik matahari masih terasa di tempat parkir motor. Udara terasa panas dan kering, bau bensin dan asap kendaraan memenuhi udara. Grace duduk di atas motornya, menunggu kedatangan Genta dan teman-temannya bersama Nara. Ia sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Nara yang tidak jauh darinya tengah asyik mengobrol dengan cowok baru yang dikenalnya. Grace menghela napas, merasa bosan menunggu.
Tiba-tiba, sebuah suara teriakan mengejutkan Grace, Nara, dan sekitarnya hingga ia menoleh ke arah sumber suara. "Kak Ela!" Seorang anak laki-laki dengan wajah polos dan menggemaskan berlari ke arahnya.
"Kak Ela apa kabar? Kok gak kabarin Zion sih kalo turun sekolah? Zion kangen tau sama Kak Ela!" Anak laki-laki itu, yang ternyata El, sudah berada di dekat Grace. Matanya berbinar-binar, menatap Grace dengan penuh semangat.
Nara yang ikut menoleh ke arah El dan Grace, matanya melebar karena terkejut. Ia mengenal El, anak laki-laki yang sering terlihat bersama Grace dulu. Nara pernah beberapa kali bertemu El dan Grace saat liburan ke kota ini beberapa tahun lalu dan termasuk akrab dengan El.
"Eh, El" kata Nara spontan.
Grace mengerutkan kening, bingung dengan ucapan El. Bibirnya sedikit terbuka, matanya melotot, dan ia merasa sedikit risih dengan tingkah El yang tiba-tiba muncul dan memanggilnya dengan sebutan yang tidak dikenalnya. "Kak Ela? Siapa Kak Ela? Apa kamu salah orang?" Grace bertanya dengan nada hati-hati.
"Ih, kok Kakak nanya gitu? Aku kan adik Kakak yang paling Kakak sayangi! Masa lupa sih? Zion tau Kakak jarang hadir ke sekolah juga jarang ketemu, gak mungkin lupa kan?" El cemberut, matanya sedikit berkaca-kaca. Bibir El mengerucut, matanya berkaca-kaca, dan pipinya memerah seperti tomat. Ia terlihat sangat sedih dan kecewa karena Grace tidak mengenalinya.
"Emm, El Kak Grace kecelakaan beberapa saat yang lalu jadi mungkin gak kenal. Grace Ini Elzion lo sering panggil Zion dia udah kayak adik lo sendiri sebelum nya kalo kita ketemu lo sering bawa dia" Jelas Nara pada El dan Grace, meski sering jahili El ia juga merasa tak tega melihat bocah menggemaskan di hadapannya hampir menangis.
Mendengar penjelasan Nara, Grace sedikit paham, lalu menatap El dan mengelus rambut El dengan lembut, mencoba menenangkannya. Ia tak tega melihat bocah menggemaskan di depannya hampir menangis.
"Hah? Kakak kecelakaan? Kok Zion gak tau? Kapan? Kenapa?" tanya El dengan nada khawatir mendengar ucapan Nara, matanya masih berkaca-kaca. Ia benar-benar terkejut mendengar kabar kecelakaan Grace, pantas saja tidak ada kabar apapun dari Grace.
"jadi gitu, Elzion maaf yah beberapa bulan yang lalu kakak Maaf ya kakak melupakan mu" ucap Grace menenangkan. Ia tersenyum lembut, mencoba untuk menenangkan El.
El mengangguk pelan, matanya masih berkaca-kaca. Ia menatap Grace dengan tatapan sendu, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kak Grace, aku kangen banget sama Kak Grace. Kak Grace sering main sama aku dulu. Kita sering main di taman sekolah, terus ke mall Kak Grace juga sering ngajarin aku naik sepeda," El bercerita dengan suara pelan, matanya berkaca-kaca.
Grace terdiam, dia bukan Grace asli, tidak tau harus bersikap bagaimana. Ia hanya bisa diam meski begitu, ia bisa merasakan kesedihan El yang mendalam. Ia merasa sedikit iba dengan El.
"Maaf ya, El. Aku lupa banyak hal. Aku masih berusaha untuk mengingat semuanya," ucap Grace dengan lembut. Tidak peduli ia atau Grace asli, Ia merasa senang dan menyayangi El pada pandangan pertama, apalagi El yang terlihat menggemaskan dan lucu. Ia mengelus pipi El dengan lembut, mencoba untuk menenangkannya.
"Gak papa, Kak Grace. Aku sabar kok nunggu Kak Grace inget," El menjawab dengan polos. Ia kemudian bercerita tentang hari-harinya di sekolah tanpa Grace. Ia menceritakan tentang teman-temannya, tentang pelajaran yang dipelajarinya, dan tentang kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.
Grace hanya mendengarkan dengan sabar, Ia merasa sedikit terhibur dengan celotehan El yang polos dan menggemaskan. Ia merasa sedikit lega karena El tidak marah atau kecewa padanya.
"El, Grace" teriak Shanka dan Genta yang melihat dua manusia itu bersama, diikuti teman-teman mereka.
Genta dan Shanka tiba pada saat bersamaan, berjalan menuju Grace dan El. Mereka berdua sama-sama berdiri tegak dengan aura yang dingin dan tajam. Tatapan mereka beradu, mengeluarkan percikan api yang tak kasat mata. Genta dan Shanka saling menatap tajam, seolah-olah ingin menerjang satu sama lain.
"Genta..."
"Shanka..."
Hanya itu yang mereka ucapkan, suara mereka dingin dan penuh ancaman. Kedua geng mereka, The Phantom Black dan Sanford Tiger Reign, juga ikut berjajar di belakang mereka, mengeluarkan aura yang sama dingin dan mengancam. Lingga, Gilang, dan Javas dari The Phantom Black tampak siap siaga, sedangkan Al, Devin, dan Isam dari Sanford Tiger Reign juga bersiap menghadapi kemungkinan konflik.
Tapi, tatapan tajam mereka tiba-tiba berubah lembut saat melihat El. Mereka berdua menatap El dengan penuh kasih sayang, El sendiri tampak tenang dan tidak terpengaruh dengan aura tegang yang melingkupi mereka.
"El," Genta memanggil El dengan lembut, "Kamu kenapa di sini?"
"Iya El, bukan kah Abang udah bilang tunggu abang dan yang lain" tanya Shanka ketika tiba di kelas El sudah tidak ada.
El tersenyum bahagia "El gak sabar ketemu Kak Ela jadi buru buru pergi cari kak Ela terus liat kak Ela di parkir terus ngobrol sama Kak Grace." Cerocos El menjawab pertanyaan kedua orang itu.
Genta dan Shanka dan para temannya sama sama membuang pandangan mendengar Jawaban El dengan bahagianya, yah, meski bermusuhan satu sama lain tak bisa mereka pungkiri mereka merasa ikut senang melihat wajah bahagia El.
Grace mengalihkan pandangan pada kedatangan Genta dan teman-temannya, lalu beralih menatap Shanka dan teman-temannya itu. Ia mengernyit penasaran pada Shanka dan teman segengnya.
Ia menatap kagum pada Shanka. Tak bisa ia pungkiri, penampilan Shanka nyaris sempurna. Tubuh tinggi sekitar 180 an, tidak kurus atau pun gemuk sedang, ditambah wajah rupawan bak di pahat dengan sempurna, rambut hitam legam berantakan. Sungguh, untuk pertama kalinya ia melihat seseorang setampan ini, rasanya seperti mimpi.
Shanka yang merasa di tatap melihat kearah Grace yang melihat nya dengan kagum dan matanya yang berbinar, tersenyum kecil. Ia berdehem membuat Grace sadar dan tersipu malu mengalihkan kan pandangan nya.
......................