Elara, seorang gadis periang. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan, dia hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang melimpah. Baginya tidak ada kesedihan yang akan berkepanjangan, namun semua menjadi sirna ketika dia beranjak remaja. Ayah dan Ibu yang selalu perhatian terhadapnya, kini telah acuh. Bahkan Ayah yang dulu ia anggap sebagai seorang pangeran, kini berubah menjadi seorang iblis. Cinta merupakan hal yang paling ia hindari, tapi seorang pria bernama Estele malah tertarik pada Elara, wanita yang jarang tersenyum, selalu jutek dan keras kepala. Akankah Elara jatuh cinta kepada Estele? atau Estele akan menyerah pada Elara yang cukup sulit di buat luluh?
Please follow dan like postingan IG Author :
@Zahra_Arara07
Please follow dan like postingan Tiktok Author :
@rara_01075
Dukungan anda, teramat berarti untuk saya❤️🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Aneh{9}
POV Estele
Aku tidak mengerti apa yang terjadi? Awalnya aku hanya penasaran dengan seorang wanita yang jarang sekali tersenyum. Alis matanya sedikit tebal, bibirnya merah alami dan berbentuk indah. Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang sepinggang. Ah, jangan lupakan warna hitam rambutnya yang berkilau. Setiap melihatnya, dia selalu memasang wajah datar dan tatapan dingin. Namun, entah mengapa saat melihat dalam kedua matanya itu. Aku bisa merasakan sebuah kesedihan dan kehampaan yang teramat dalam. Membuat ku semakin ingin tahu dan tahu. Aku tidak percaya dengan cinta, bagiku semua itu dusta. Nikita, dia mantan kekasihku. Aku berusaha berkomitmen untuk selalu menjaga, menyayangi dan menghormatinya. Tapi, dia menduakan aku. Sejak itu aku tidak percaya dengan hubungan, aku tidak tahu apakah aku mencintai Nikita apa tidak. Tapi aku merasa nyaman karena kami kenal sejak kecil, mungkinkah itu cinta? Banyak gadis yang mendekati ku, baik sebelum atau sesudah aku putus dengan Nikita. Namun, ada satu perempuan yang menarik hatiku. Dia bernama Elara, dia sangat lucu. Saat dia marah, terlihat seperti kucing yang mengamuk. Ada yang aneh padaku, hatiku sedikit berdebar saat di dekatnya. Aku merasa ada kupu-kupu di perutku, aku ingin tertawa dan tersenyum setiap hari. Aku sudah gila! Dia wanita yang rumit, dia terlihat jutek dan pemarah. Tapi, saat malam itu. Malam dimana aku melihat dia tersenyum sambi memandang rembulan. Untuk pertama kali aku melihat sisinya yang lembut. Saat tubuhnya tenggelam perlahan-lahan ke dalam sungai, darahku berdesir, jantung berdebar dengan lebih cepat. Ada perasaan risau dan takut, aku tak mau dia pergi. Apakah yang telah terjadi padaku? Bagaimana bisa aku memiliki perasaan seperti ini kepada perempuan yang belum lama aku kenal? Aku menjadi bingung pada diriku sendiri. Apakah rasa penasaranku sudah menjadi akut?
"Woy! Lo ngapain melamun disini!?"tegur Wilow.
Estele menoleh, dia sedang melamun sambil memandang keramaian di bawah gedung rumah sakit. Saat Elara sudah sadar, dia pergi dan berdiam diri di dekat jendela rumah sakit lantai 3. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, ia tidak mengerti mengapa dia malah terjun ke sungai dan membantu Elara. Dia hanya penasaran dengan wanita itu, tidaklah lebih. Cinta itu adalah omong kosong, buktinya Nikita masih tetap berkhianat darinya walaupun telah ia berikan semua rasa kasih sayang.
"Gak ada, gue mau cabut dulu ya."jawab Estele.
"What!? Cabut? Lo gila ya? Lo gak mau lihat Elara dulu?"ujar Wilow.
Estele menggeleng, "Gak, gue ada urusan. Titip salam aja."balas Estele yang langsung berlalu pergi.
Elara termenung di atas ranjang rumah sakit, dia sedang duduk sambil memandang ke arah jendela. Dia masih teringat bagaimana hangatnya pelukan Estele. Sudah lama ia tidak mendapatkan pelukan yang menenangkan itu. Membuat hatinya menjadi gelisah saja. Elara terus memandangi langit biru yang cerah, langit diluar sangat cerah, namun tidak dengan hatinya. Saat ini dia teringat pada Haru, melihat Estele memperlakukannya dengan manis dan lembut. Mengingatkan dirinya akan sosok Haru yang sangat ia cintai dalam hidup. Dia meneteskan air mata, teringat saat di alam bawa sadar bertemu dengan Haru. Melihat senyuman Haru membuat dia terharu. Namun tetap saja hatinya masih belum terima ketentuan Tuhan yang memisahkan dirinya dengan pria yang paling ia cintai. Cinta pertama, pria pertama yang telah membuat ia jatuh cinta.
"Walaupun banyak pria baik di dunia ini, aku tidak yakin akan mudah mengikhlaskan mu Haru...."lirih Elara dengan mata yang telah sembab.
Lisa dan temannya sedang asik menongkrong di sebuah kedai kopi yang terkenal mahal. Mereka terus melakukan poto bersama, menunjukkan betapa kayanya mereka. Setelah kejadian yang menimpa Elara, mereka sama sekali merasa tak bersalah. Niat untuk mengerjai Elara, hampir saja berujung pada kematian. Mereka tidak berencana untuk membunuh Elara, tapi mereka tidak memprediksi itu akan terjadi. Setelah mengetahui Elara masih hidup, mereka semua merasa lega dan disinilah mereka saat ini. Bercanda gurau dengan gaya orang kelas atas.
"Haha, gue dong coba kopi lo!"seru Lena.
"Iya-iya ini!"balas Lisa.
Lena hendak mengambil gelas kopi milik Lisa, namun tiba-tiba saja....
Brak!
Keduanya terkejut ketika hentakan meja yang dipukul kuat di depan mereka. Mata mereka melebar saat melihat kehadiran Estele, pria tampan dan tinggi itu menatap mereka dengan mata tajam.
Gluk!
"E-stele? Kamu disini? Ada apa?"tanya Lisa dengan gugup.
Lisa, wanita itu berusaha menampilkan senyuman manisnya. Dia berusaha untuk menutupi ketakutan dan kegugupannya saat di tatap tajam oleh pria tampan dihadapannya.
Estele menaikkan satu sudut bibirnya,"Hee! Jangan banyak omong! Lo kenal dia!?"gertak Estele sambil melirik sebelahnya.
Deg!
Lisa dan Lena terkejut ketika melihat kehadiran Ria, wanita itu menunduk sambil memainkan jemarinya. Lisa menggertak gigi, dia merasa marah ketika melihat Ria juga ada di kedai kopi yang sama. Estele menyeringai, merasa senang karena melihat keterkejutan dua wanita ular dihadapannya.
"K-kenal lah! Kan kita satu jurusan!"sahut Lena sambil berusaha menahan rasa gugup.
"Oh? Bagus kalau gitu, soalnya nih cewek bilang dia tahu siapa yang buat Elara tenggelam di camp."jawab Estele sambil bersedekap dada.
"Sial! Apa-apaan Ria ini? Wanita miskin ini benar-benar tidak tahu diri!"gerutu Lisa dalam hati.
"Kenapa Lo diam ha!?"ujar Estele.
"Ha? Tidak kok Es, aku kenal sama dia. Lena pun kenal sama dia, kami satu jurusan. Tapi, kami tidak seakrab itu."balas Lisa dengan santai.
Ria tertegun, bagaimana bisa Lisa dan Lena mengatakan kalau mereka tidak seakrab itu? Padahal selama ini Ria berusaha untuk menjadi teman yang sama seperti mereka. Ria akui dia memang berasal dari keluarga kelas menengah kebawah, tapi dia berusaha sebisa mungkin untuk menyeimbangi kasta dari kedua temannya itu. Bahkan di lingkaran pertemanan mereka, Ria rela disuruh-suruh seperti seorang pembantu. Lisa dan Lena merupakan sepupu, mereka berasal dari keluarga kaya raya. Berteman dengan mereka adalah keberuntungan bagi Ria. Entah keberuntungan apa yang di pakai Ria sehingga dia bisa masuk dalam pertemanan wanita kelas atas itu.
"Wah! Keren! Lo dia bilang apa? Lo bukan temannya, lo yakin kenal mereka ha!?"ujar Estele sambil tersenyum miring.
"Lisa, Lena? Kenapa lo pada ngomong gitu? Kita kan teman."ujar Ria.
"Haha! Teman? Lo gila ya? Siapa sih yang mau temenan sama orang miskin kayak lo! sorry, i not can do it!" hardik Lisa dengan angkuh.
"Yaps! Benar banget tuh! Kita mau ajak lo ke sircle kita, karena lo lumayan bergaya dan cantik aja. Plus lo bisa di suruh-suruh!"sahut Lena sambil tersenyum meremehkan.
"Apa!? Kenapa lo berdua tega ha!? Bajingan lo berdua!"hardik Ria dengan marah.
"What!? Eh! Lo tuh yang bajingan! Sadar diri dong lo! Udah miskin mau gaya sok kaya! MISKIN!" ledek Lisa sambil bersedekap dada.
Estele sangat menikmati pertunjukan gratis dihadapan, dimana para bajingan sedang adu mulut. Estele di buat geleng-geleng kepala, mereka bertiga sama-sama tidak tahu diri. Ria mengepal keduanya tangannya, merasa marah kepada Lisa dan Lena. Sementara kedua perempuan itu duduk dengan santai di kursi mereka.
"SIALAN KALIAN!!"
Byur!!
Ria mengambil gelas kopi dan menyirami nya ke Lisa dan Lena. Membuat kedua wanita itu berdiri karena terkejut. Ria menyeringai melihat kedua temannya itu sudah basah kuyup dengan bau kopi melekat di tubuh mereka.
"LO!! SIALAN!!"bentak Lisa.
Lisa dan Lena menarik rambut Ria, terjadi perkelahian sengit diantara mereka. Sementara Estele, pria itu malah duduk di salah satu meja. Menonton pertunjukan gratis sambil menopang dagu. Dia menyeringai kesenangan. Ketiga perempuan itu masih saja bertingkah, sampai tidak menyadari kalau semua orang menatap mereka, bahkan ada yang mevidio mereka saat ini.
"Makan popcorn enak nih."gumam Estele sambil tersenyum miring.
"Hei nona-nona! HENTIKAN! jangan membuat keributan di sini!"tegas pemilik kedai.
"Argh!! Sakit! Sialan kalian!!"ujar Ria.
"Rasain!! Dasar miskin!!"jawab Lena.
"Dasar sialan lo bitch! Gue akan kasih lo perhitungan!!!"bentak Lisa dengan marah.
Melihat pertunjukan sudah selesai, Estele berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke saku celananya. Dia berjalan ke arah tiga perempuan ular itu. Menyeringai, menatap sinis pada mereka.
"Cepat amat sih udah berantem nya? Gak mau lanjut?" Estele menyeringai, "Gue peringati ke kalian, gue tahu kalau kalian yang buat Elara hampir mati. Kalau kalian ulangi lagi, gue akan buat kalian ketakutan seumur hidup! Paham!"ancam Estele dengan suara yang menekan.
Glek!
Ketiga perempuan dengan penampilan yang sudah acak-acakan itu menelan ludah dengan payah. Mereka tentu tidak akan berani melawan atau membantah Estele. Pria itu adalah anak tunggal dari CEO terkenal, orang kaya raya di kota mereka. Pekerjaan ayah mereka bukan lah apa-apa dihadapan kekuasaan ayahnya Estele. Setelah memberikan peringatan pada mereka, Estele pergi. Lena dan Lisa menatap sinis ke arah Ria yang telah membocorkan kebenaran kepada Estele. Sementara Ria, dia merasa terhina dan juga marah.
"Awas lo Ria! Gue akan kasih lo pelajaran!"ancam Lisa.
Lisa dan Lena pergi, mereka berjalan melewati Ria sambil menyenggol kasar bahu Ria yang diam mematung memikirkan nasibnya kedepan.
"Sial! Gue yakin hidup gue gak bakalan jadi pusat perhatian lagi!"gerutu Ria.