Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk
bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni
kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Menikah Siri
Sesuai dengan kesepakatan, Faris dan Rani melakukan pernikahan siri dengan bantuan salah seorang ustadz kenalan Ayah Faris di salah satu pesantren. Beliau yang awalnya menentang, mau tak mau menerima Rani sebagai madu anaknya karena Faris telah membuat keputusan. Sepanjang perjalanan menuju pesantren, wajah Ibu Faris benar-benar tidak bagus karena masih belum bisa menerima Rani. Tetapi kemudian beliau memasang senyum saat sudah sampai di pesantren.
Saat ditanya mengapa melakukan pernikahan siri, terpaksa Ayah Faris mengatakan jika ingin mengikat anak mereka agar terhindar dari zina. Mereka akan menikah secara hukum setelah Faris mengumpulkan cukup uang. Sang ustadz percaya saja dengan ucapan Ayah Faris dan menikahkan mereka berdua setelah mengisi surat pernyataan nikah siri.
Faris dan Rani kini resmi sebagai suami istri secara agama, Rani pun segera meminta Faris untuk tinggal di rumahnya selama masa cutinya. Faris awalnya enggan, tetapi ia pun mengiyakannya karena memang ia sudah sepakat. Ayah Faris mengantarkan keduanya ke rumah Rani setelah sebelumnya mengambil pakaian Faris dan menjemput anak Rani di salah satu saudaranya.
“Ayah dan Ibu pulang, kamu kapan kembali ke Kalimantan?” tanya Ayah Faris.
“5 hari lagi, Yah.”
“4 hari lagi Ayah jemput.”
“Bukankah Mas Faris bilang 5 hari lagi? Mengapa menjemputnya 4 hari lagi?” Rani tidak terima.
“Memangnya kami tidak memiliki hak untuk berkumpul dengan anak kami?” tanya Ayah Faris dengan penekanan.
Faris mengiyakan perkataan Ayah Faris agar Rani tidak berulah. Ayah dan Ibu Faris pun meninggalkan mereka berdua. Rani membawa Faris masuk ke dalam rumahnya, tetapi Faris menolak dengan alasan mereka harus melapor ke RT setempat agar tidak dianggap pasangan kumpul kebo. Rani menurut dan membawa Faris berjalan ke rumah Pak RT yang tidak jauh dari rumahnya.
Bagi Faris tak masalah mengungkapkan pernikahannya karena rumah Rani dikecamatan yang berbeda dengannya dan jaraknya juga cukup jauh. Kemungkinan kecil untuk Anindya ataupun keluarganya mengenal Rani.
Setelah selesai melapor, keduanya kembali ke rumah. Rani menyusui anaknya di kamar, sedangkan Faris mengirimkan pesan kepada Anindya. Ia bertanya istrinya sedang apa saat ini. Tetapi Anindya justru meneleponnya. Faris mengangkat telepon tersebut setelah menata detak jantungnya. Beruntung Anindya tidak melakukan video call.
“Mas ke mana saja? Mengapa jarang mengabari?” tanya Anindya.
“Maaf, banyak yang harus diurus di sini.”
“Apakah sudah ketemu tukang yang menggelapkan materialnya?”
“Belum, aku masih bertanya-tanya kepada beberapa tukang yang lain karena tidak ada yang tahu tempat tinggalnya.”
“Baiklah. Mas sepertinya lelah, beristirahatlah. Aku akan kembali ke UGD.”
“Terima kasih, Nin.”
Pintar sekali Faris bersandiwara. Faris sebelumnya mengatakan kepada Anindya jika dirinya diminta pulang untuk membantu mengatasi masalah sang ayah. Ada tukang yang menggelapkan material yang akan digunakan untuk membangun, sehingga sang ayah mendapatkan peringatan dari owner yang tidak mau pembangunan rukonya tertunda. Faris menghembuskan nafas berat. Baru juga 1 hari, ia sudah merasa lelah. Bagaimana ia akan menjalani 2 pernikahan ke depannya?
Rani yang telah menidurkan bayinya pun menghampiri Faris dan menawarkan teh. Faris menganggukkan kepalanya dan mengatakan jika ia ingin minum es teh. Beberapa saat kemudian, Rani datang dengan es teh dan kue kering di toples. Tanpa basa-basi Faris meneguk habis es teh tersebut. Rani yang melihatnya pun mengira jika Faris sudah tidak sabar, ia pun mendekat ke arah Faris. Laki-laki yang merupakan ayah dari anaknya sekaligus suami yang baru saja ia nikahi.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Faris terkejut dengan gerakan Rani yang tiba-tiba menempel padanya.
“Apakah kamu tidak merindukanku?” tanya Rani dengan tangan yang mulai menyentuh dada Faris.
Jika Faris belum menikah dan merasakan tubuh Anindya, mungkin ia akan mengatakan jika ia merindukan Rani. Tetapi posisinya saat ini berbeda. Ia adalah laki-laki yang sudah bersuami, meskipun yang ada di hadapannya saat ini juga istrinya. Faris yang masih sibuk dengan pikirannya terkejut dengan tangan Rani yang sudah membuka kancing kemejanya dan menyentuh kulit dadanya. Ia pun menarik tangan Rani dan memundurkan duduknya.
Rani tidak menyerah, ia sudah bertekad akan mendapatkan Faris maka ia akan melakukan apa pun untuk itu. Ia pun berdiri untuk mengunci pintu rumah dan kembali menghampiri Faris dengan menurunkan dress yang dikenakannya, menyisakan pakaian dalam. Faris pun memalingkan wajahnya.
Semakin Faris menolaknya, semakin Rani ingin menaklukkannya seperti yang pernah ia lakukan dulu. Dengan berani Rani duduk di pangkuan Faris dan mengalungkan tangannya di leher suaminya.
“Mas, apakah aku sudah tidak menarik lagi setelah melahirkan?” tanya Rani dengan mendekatkan wajahnya.
“Tidak, kamu menarik.” Faris tidak menampik jika Rani yang ada di hadapannya saat ini lebih menggoda, dengan ukuran payudara yang lebih besar dari sebelumnya.
“Lalu, mengapa kamu tidak menikmatiku?” tantang Rani yang semakin mendekatkan tubuhnya.
Seketika pertahanan Faris runtuh saat paha Rani mengenai sesuatu di bawah sana. Rani yang merasakan perubahan di bawah sana pun segera mengambil kesempatan untuk menyatukan bibir mereka. Tak butuh waktu lama, Faris pun menyambut permainan Rani hingga mereka berakhir bermandikan keringat meraih kenikmatan.
Di sisi lain.
Anindya yang baru saja masuk ke UGD, mendapatkan panggilan dari Mbak Devi jika ada pasien masuk untuknya. Segera Anindya berjalan menuju ruangan fisioterapi. Kali ini pasien Anindya adalah seorang bayi bernama Arka. Orang tuanya mengatakan umur Arka sudah 9 bulan dan belum bisa duduk dengan tegak.
Mereka sudah memeriksakannya di RSUD Grogot dan sempat ikut beberapa sesi terapi di sana. Tetapi mereka merasa keberatan jika harus bolak-balik ke Grogot 2 kali dalam seminggu. Sehingga mereka memilih untuk terapi di Puskesmas.
Anindya mengambil alih Arka dari gendongan sang ibu. Memang tubuh Arka tersebut lebih lemah dibandingkan dengan bayi seumurannya. Anindya mulai memberikan pijatan di beberapa titik dan ternyata Arka tidak bisa merasakan sakit. Ia pun mulai mendudukkan Arka di atas matras dan mulai melatih gerakan yang ternyata membuat Arka menangis. Seperti sudah terbiasa melihat bayi mereka menangis saat terapi, kedua orang tuanya hanya menyaksikan dalam diam semua yang dikerjakan Anindya.
Setelah dirasa cukup, Anindya mengembalikan Arka kepada sang ibu yang kemudian segera menyusuinya. Anindya melihat tabel jadwalnya dan menjadwalkan pertemuan 2 kali seminggu untuk Arka, yaitu di hari senin dan kamis pukul 1 siang. Kedua orang tuanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Anindya pun mengatur ulang jadwalnya setelah kepergian Arka dan kedua orang tuanya.
Waktu sudah menunjukkan jam pulang, Anindya bersiap untuk pulang setelah melakukan absen. Selama perjalanan pulang, Anindya merasa seperti diikuti seseorang. Ia pun berhenti di sebuah minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan, lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Tetapi ia masih merasa diikuti oleh laki-laki yang mengendarai motor ninja. Anindya berhenti lagi di sebuah warung masakan Jawa Timur untuk membeli lauk.
Cukup lama Anindya duduk di warung, berharap orang yang mengikutinya pergi. Setelah merasa aman, Anindya pun segera melajukan motornya pulang ke rumah. Sampai di rumah, segera ia turun dari motor dan menguncinya. Lalu masuk ke dalam rumah, mengunci pintu dan menutup jendela rapat-rapat.
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.