Affair With CEO

“Jika dirimu tak sehat, biar aku pergi sendiri saja.” Kendrick berucap sambil merapikan kemeja yang dipakai.

“Aku nggak apa-apa, Ken. Jangan terlalu berlebihan,” sahut Kirana, tersenyum tipis.

Dia maju selangkah dan berdiri di depan pria itu, tangannya terulur memakaikan dasi yang masih menggantung.

Kendrick membeku menerima perlakuan Kirana yang spontan. Dia menunduk dan tersenyum. “Makasih,” ucapnya, ada perasaan lain yang melingkupi.

“Tampan,” puji Kirana, membuat telinga Kendrick seketika memerah.

“Sudah bisa merayu rupanya,” gumam Kendrick.

Kirana langsung terkekeh. “Kamu memang tampan.”

“Lebih tampan mana dengan suamimu?” Pertanyaan dari Kendrick membuat Kirana mendengkus pelan.

“Jika dulu aku tak memilih Zidan, mungkin harus diakui bahwa dirimu lebih tampan,” sahut Kirana. “Tapi karena aku lebih dulu memilih Zidan, mau tak mau aku harus mengakui bahwa suamiku itu memang tampan, hanya selisih sedikit.”

Kini giliran Kendrick yang mendengkus, pria itu tak suka ketika Kirana selalu menyebut nama suamiku.

Tangannya langsung merangkul pinggang Kirana dengan erat, kepalanya menunduk dan berbisik lirih, “Aku benci ketika kamu selalu menyebut pria yang telah menyakitimu itu dengan sebutan suami.”

“Dia hanya pria brengsek,” sambungnya, menghadiahi kecupan di pipi wanita itu.

“Udahlah, ayo berangkat. Nanti kita bisa telat,” ucap Kirana, segera mengambil tas dan beberapa dokumen yang perlu dibawa.

Keduanya turun bersamaan dan segera menuju mobil yang telah menunggu. Bahkan selama perjalanan, Kendrick benar-benar tak mau melepaskan Kirana jauh-jauh. Pria itu selalu menempel dan membuat wanita bersuami tersebut sedikit risih karena perlakuannya yang terlalu berlebih.

Sesampainya di perusahaan, keduanya langsung diarahkan ke ruangan rapat. Di sana hampir beberapa orang sudah menunggu.

Kirana menyapa dan melemparkan senyum ramah juga sopan. Sementara Kendrick semenjak melangkahkan kaki masuk, senyum di wajahnya hilang berganti wajah datar nan tegas tetapi terlihat berwibawa.

Tak lama setelah itu, dua orang pria masuk dan menyapa. Salah satu dari mereka adalah pemilik perusahaan yang saat ini didatangi.

Tatapan Kendrick bagaikan pisau tajam yang siap menghunus ketika ada pria yang memperhatikan Kirana. Sebagai sesama pria, dia tahu benar bahwa tatapan tersebut menunjukkan ketertarikan.

Rapat dimulai dan suasana seketika menjadi hening.

Hampir dua jam mereka berada di sana. Ketika semuanya sudah setuju, Kirana baru bisa bernapas dengan lega.

“Kamu hebat,” bisik Kendrick pelan.

“Semua juga karena kamu,” balas Kirana.

Setelah semua urusan diselesaikan, mereka berdua meninggalkan perusahaan yang mulai saat ini sudah resmi bekerjasama dengan RD Group.

Besok mereka akan kembali lagi untuk melihat lahan yang akan dibangun sebuah hotel dan resort mewah.

“Mau ke mana?” tanya Kendrick, menoleh sekilas.

“Kembali ke hotel aja deh. Lagipula jalan-jalan di siang hari seperti ini nggak cocok.”

Kendrick segera meminta sopir untuk kembali ke hotel.

...✿✿✿...

Suasana malam di Gardens by The Bay di malam hari sangat indah. Sebuah taman yang memiliki banyak tumbuhan hijau, tetapi yang membuat unik adalah di sini ada beberapa pohon buatan berukuran raksasa yang terbuat dari besi. Di malam hari seperti ini, lampu yang dipasang di pohon buatan setinggi 16 lantai ini akan menyala dengan sehingga membuatnya begitu terlihat cantik.

Kirana sengaja mengajak Kendrick untuk berjalan-jalan di sini.

“Mau naik ke atas? Mungkin pemandangan di atas akan lebih indah,” ucap Kendrick, sambil menoleh.

“Kamu mau?”

“Ayo.”

Kirana tersenyum tipis. Kendrick memang tak pernah keberatan dengan apa pun yang diinginkan.

Kendrick membeli tiket untuk naik ke jembatan-jembatan yang menghubungkan pohon buatan satu dan yang lainnya.

Mereka berdua berjalan dengan santai sambil menikmati suasana.

“Ken,” panggil Kirana pelan. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan pada pria itu.

“Katakan saja apa yang ingin kamu katakan.” Seolah tahu bahwa Kirana sedang menimbang-nimbang pertanyaan, Kendrick menyahut dengan seulas senyum di bibirnya.

“Mengapa dengan cepat kamu bisa memintaku untuk bercerai dan menikah denganmu? Bukankah ini terlalu cepat?”

Kendrick mendekat dalam sekejap. Tangannya terulur menggenggam tangan Kirana.

“Dampak dirimu terhadap diriku sama sekali tak terkendali.”

“Tapi kamu nggak mengenalku dengan baik!”

“Aku tak perlu mengenalmu dengan baik, karena aku yakin bahwa kamu adalah wanita yang tepat.”

Kirana bereaksi terlalu banyak tak terkecuali terhadap perasaannya sendiri. “Jika begitu bagaimana jika dibalik. Aku bahkan nggak mengenal dirimu, siapa kamu dan apa statusmu.”

Kendrick terkekeh pelan. “Jadi ini yang kamu khawatirkan?”

Kirana segera menggeleng. “Banyak hal, Ken.”

“Statusku lajang, aku belum pernah menikah.”

“Aku sudah mencari tahu track record seorang Aska Kendrick Rusady yang hampir selama tiga tahun belakangan ini selalu muncul dengan berbagai gosip di negara tetangga.” Ini bukan penjelasan melainkan pemberitahuan. Benar, Kirana memang sudah mencari tahu tentang pria itu melalui berbagai media online.

“Itu dulu. Lagipula itu sebelum aku kembali ke Indonesia,” sanggah Kendrick, mulai terpancing.

“Aku nggak siap, Ken. Kamu bukan pria yang bisa digapai begitu saja.”

Kendrick menahan dagu Kirana. Menatap manik wanita itu dalam-dalam seolah mengatakan bahwa dia hanya harus percaya.

“Katakan Kirana, apa yang membuatmu ragu dan menolak diriku?”

Banyak hal, Ken. Bahkan aku mulai ragu bahwa semua yang kamu lakukan hanyalah sekadar untuk bermain-main. Aku tak siap jika harus patah untuk kedua kalinya.

Kirana berniat berpaling, Kendrick menangkap pergerakannya. Pria itu segera menarik tangannya dan semakin membuat keduanya menempel dengan begitu intens.

“Jangan menghindar!” desis Kendrick dingin. Dia mempererat genggaman. Tatapan pria itu mengembara di wajah Kirana,

“Dengar, Ken ... kita masih perlu banyak waktu untuk memutuskan sesuatu yang serius. Kamu, aku, adalah sesuatu yang berbeda. Dengan latar keluarga, status dan banyak hal, apa kamu pikir keluargamu akan bisa menerimaku?”

“Jangan khawatirkan itu, Kirana. Aku bisa mengatasi situasinya, kamu hanya perlu percaya padaku apa pun yang terjadi.”

To Be Continue ....

...♡______♡...

Banyak yang pengen Kirana cepet cerai, kalau begitu mah judulnya bukan Affair With CEO dong 🤣 Nanti woy, itu ada waktunya.

Banyak yang bilang Kirana bodoh karena masih bertahan pada Zidan. Ini perlu aku luruskan ya, nggak semua punya pemikiran cerai masalah kelar. Apalagi Kirana punya sebuah trauma (nanti bakal ada penjelasan di part berikutnya)

Seperti air dalam sebuah gelas, saat gelas itu retak airnya akan merembes dan perlu waktu untuk membuat gelas tersebut kosong, kan? Sama seperti Kirana, perlu waktu untuk mengosongkan Zidan dari pikiran, hati, kemudian hidupnya.

Kehidupan yang udah dijalani mulai nol, nggak akan semudah itu dilupakan begitu aja, apalagi ada anak di antara mereka.

Sampe sini paham, kan ya? Oke deh, gitu aja, ya penjelasan dariku. Semoga kalian paham dan mengerti.

Salam sayang ... Memey ♥️