Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Memilihmu
Meskipun Ardian menyatakan bahwa ia memilih Arumi, tetap saja ia takut, jika saja keluarga sera tahu, mereka akan menghabisinya kelak. Ia paham betul bagaimana perangai sera jikan dirinya diusik.
Didalam kamarnya, Arumi sama sekali tidak bisa menutup kedua matanya, rasa takut yang berlebihan membuatnya melangkahkan kaki menuju balkon kamar tersebut.
Angin malam dengan sopan menyapa kulitnya, ia lalu menengadah ke langit yang bersih dengan dihiasi oleh ribuan bintang dan salah satu penguasa semesta, Bulan.
"bukankah bulan nya seperti menyiratkan bahwa semua akan baik-baik saja"?
Refleks Arumi menoleh kesamping balkon dan ternyata dari awal Ardian sudah berada disana sebelum dirinya.
Tak memberikan waktu untuk Arumi menguasai keadaan, Ardian sudah berada tepat dibelakangnya dan memeluk erat dirinya.
Ardian meletakkan dagunya dibahu milik Arumi. Gadis itu bisa mencium wangi nafas Ardian, membuat jantungnya kini bekerja dia kali lebih cepat.
Suasana syahdu yang ditemani oleh penghuni langit, mengiring kemesraan diantara kedua insan yang sedang dilanda gundah gulana itu.
Dekapan hangat Ardian membuat Arumi terbawa suasana yang romantis, ia menoleh, netranya bertemu dengan netra itu, sebuah indra penglihatan yang dapat membius seorang Arumi yang keras hati.
Tanpa babibu, Ardian membalik tubuh gadis itu dan kini sudah menghadap kearahnya, perlahan tapi pasti, bibirnya Sudah menyatu begitu saja tanpa perlawanan dengan bibir Arumi, meraup dengan lembut, memberikan kenyamanan pada si empunya.
Arumi yang diliputi kegundahan masuk kedalam permainan romantis yang dibuat oleh Ardian. Lama mereka berkutat, saling menukar perasaan, disertai usapan lembut tangan Ardian di tengkuknya, memperdalam ciuman mereka hingga Arumi kini mulai sadar sepenuhnya saat ia merasa pasokan udara dalam dirinya mulai menipis.
Ia kemudian tersadar dan melepaskan pagutan hangat tersebut, betapa malunya ia saat menyadari apa yang terjadi, terlebih lagi Ardian mengusap bibirnya yang basah dengan ibu jarinya.
"Argghh, apa ini, ciuman pertama ku,, dia mengambilnya tanpa kusadari , " gerutu Arumi mengutuki dirinya yang malah membalas ciuman tersebut seolah menikmati nya juga.
"ini ciuman pertamaku, aku senang memberikannya padamu, .
Tanpa ditanya, Ardian seolah mewakili perasaannya yang masih saja tidak menyangka akan melakukan hal memalukan itu. Arumi masih saja malu-malu dan tidak berani menatap Ardian yang kini menatapnya dalam-dalam.
Ardian yang menyadari Arumi tidak mau menatapnya, ia menyentuh dagu gadis itu, "hey, tatap aku, aku melakukannya karena aku mencintaimu" sungguh aku benar-benar menyukaimu. aku ingin bersamamu, tidak yang lain"
Ia lalu membawa Arumi ke dalam pelukannya yang hangat, Arumi mengakui itu, pelukan Ardian bagaikan air di tengah dahaga. seperti pengharapan dikala gundah merajalela.
"berikan cintamu padaku, aku akan menjagamu sepenuh jiwaku"
Arumi begitu beruntung dipertemukan dengan Ardian, namun ketidakpercayaan dan rasa rendah dirinya sendiri kadang seringkali menjadi momok menakutkan baginya.
Kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari seorang ayah yang selalu didambakannya membuatnya bersikap pesimis akan cinta, sehingga ia hanya berani menghalukan perasaan itu dalam hatinya saja, tidak untuk diungkapkan. Begitu lah pandangan Arumi soal cinta selama ini.
Kejadian ciuman panas tadi mengantarkan Arumi keperaduan malam, ia sudah tidur lelap, berbeda dengan Ardian yang memandanginya dari jarak dekat, namun tidak menyentuhnya.
Ardian sepertinya tau cara mengambil hati gadis itu dengan baik, ia yang ternyata dapat masuk melalui pintu rahasia yang tidak diketahui oleh Arumi membuatnya sering kali menyelinap masuk.
Sialnya Ardian tertidur di sampingnya tanpa ia sadari, membuat si pemilik kamar merasa heran, kenapa pria itu ada disini, seingatnya semalam mereka menuju kamar masing-masing.
Ia kembali tersipu malu ketika tak sengaja matanya menangkap bibir yang tanpa aba-aba telah menodainya itu.
Ia tersenyum menanggapi pikiran liarnya, "cih, menodai katanya, padahal ia juga menikmatinya"
cibir seorang sisi imajinasinya yang kadang nimbrung tanpa diundang.
"Yang seorang lagi muncul membela, "itu wajar tahu, siapapun pasti nyaman dengan perlakuan manis Ardian"
"jangan dengarkan dia, dia hidupnya selalu lurus-lurus saja, membosankan" keluhnya lagi.
Arumi tersenyum kecil melihat sisi lain dari dirinya saling mengejek begitu, membuat Ardian yang telah terbangun menjadi heran, melihat Arumi memandang kearah lain bergantian saling senyum-senyum sendiri.
Yang sialnya Ardian malah mengira bahwa Arumi masih teringat kejadian semalam. Tidak salah sih, Ardian berpikir begitu, namun bukan ia lah penyebabnya Arumi tersenyum seperti itu, melainkan imajinasi Rumi sendiri.
"Sudah belum senyum-senyum nya"
"Hah, " membuat Arumi tersadar dan kembali ke kenyataan bahwa Ardian yang sudah terbangun.
"Kau masih ingat ciuman semalam kan, apa masih kurang? "
Malah meledek, membuat Arumi lagi-lagi malu, lalu beranjak kekamar mandi untuk menghindar tentunya,.
Namun Arumi sadar, bagaimana Ardian bisa masuk, sedangkan ia ingat dengan jelas bahwa mereka berjalan kearah yang berbeda tadi malam.
"Ya sudahlah, ia juga tidak melakukan hal aneh padaku kan" ia berkutat di depan kaca, meyakinkan diri, bahwa ia juga berhak dan pantas mendapatkan itu.
Namun mengingat kenyataan sera telah kembali, membuatnya kembali takut, ia sadar tidak akan bisa menang melawan gadis itu.
Ia kemudian keluar kamar setelah membasuh wajahnya, Ardian sudah tidak ada. Ia menyentuh bekas tidur Ardian tadi, ia juga sepertinya telah jatuh cinta, namun selalu ia sembunyikan rapat-rapat.
***
Pagi di hari senin telah menyambut, yang sedikit mengesalkan bagi sebagian orang penikmat hari libur, dimana hari senin adalah pembuka kenyataan bahwa waktu berleha-leha sudah harusbberakhir.
Pemandangan pertama yang Arumi lihat adalah Sera yang kembali hadir didalam kelasnya walau sudah berlalu setahun.
"pagi Arumi, bagaimana kabarmu"
Sera hanya bermaksud menyapa Arumi sebagai saingan sehat dalam dunia belajar, namun Arumi malah menangkap lain, mungkinkah Sera sudah mengetahuinya?
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul mengganggu fokusnya sehingga mengantarkan nya ketempat favoritnya, ruang seni.
Sera yang menangkap ketidaknyamanan Arumi tadi, tersenyum miring, "benar kata ibu, tidak ada gunanya mempercayai orang miskin. "
Teringat tadi pagi saat memasuki gerbang sekolah, Sera mendengar ada yang membicarakan kedekatan antara Ardian dan Arumi.
Itu lah sebabnya sera menyapa Arumi tadi, dan ia jelas menangkap gurat aneh diwajah Arumi.
Lalu sera menatap Ardian yang sudah dua hari sejak kepulangannya tidak membalas pesan nya sama sekali.
"benarkah kalian bermain dibelakangku? "
bersambung...
s'moga berujung indah