NovelToon NovelToon
Clara Sang Primadona SMA

Clara Sang Primadona SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nada Mahase

Clara seorang gadis SMA yang sering mendapat bully disekolah nya. Apakah ia mampu bertahan dan menjadi primadona sekolah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nada Mahase, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Ketika Langit Mendung, Cahaya Tetap Bersinar

Kehidupan Clara mulai menemukan ritmenya kembali. Walaupun Andi masih ada di sekolah, kehadiran Pak Budi sebagai penasehat dan dukungan penuh dari teman-temannya, Arman dan Rendy, membuat Clara merasa lebih aman. Namun, kehidupan tidak pernah berjalan mulus tanpa ada hambatan baru. Kali ini, awan gelap kembali menyelimuti ketika masalah yang tak terduga menghampiri keluarga Clara.

---

Minggu pagi itu, Clara merasa ada sesuatu yang aneh. Ibu Maria, yang biasanya sibuk mempersiapkan sarapan, terlihat gelisah. Clara memperhatikannya dengan seksama dan akhirnya bertanya, “Ibu, ada apa? Ibu kelihatan tidak seperti biasanya.”

Ibu Maria menghela napas panjang dan menatap Clara dengan mata penuh kekhawatiran. “Clara, ibu menerima surat ini kemarin. Dari bank.”

Clara merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia meraih surat itu dan membacanya. Surat itu memberitahukan bahwa pembayaran hipotek rumah mereka tertunggak selama beberapa bulan, dan mereka menghadapi risiko kehilangan rumah jika tidak segera melunasi tunggakan tersebut.

“Ibu, bagaimana bisa kita tertinggal pembayaran? Bukankah ibu sudah bekerja keras untuk memastikan semua tagihan dibayar tepat waktu?” Clara merasa bingung dan cemas.

“Iya, Clara. Ibu sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi, sejak kehilangan pekerjaan di perusahaan lama dan biaya hidup yang terus meningkat, ibu kesulitan mengelola keuangan kita. Ibu benar-benar minta maaf.”

Clara memeluk ibunya erat-erat. “Ibu, ini bukan salah ibu. Kita akan mencari cara untuk menyelesaikan ini. Kita harus tetap bersama dan saling mendukung.”

---

Setelah sarapan, Clara menceritakan situasi mereka kepada Arman dan Rendy. Teman-temannya langsung merespons dengan solidaritas yang mengharukan.

“Kami akan membantu, Clara. Apa pun yang kamu butuhkan, kami ada di sini,” kata Arman.

“Iya, Clara. Kita bisa menggalang dana atau mencari pekerjaan paruh waktu tambahan. Jangan khawatir, kita pasti bisa mengatasi ini bersama,” tambah Rendy.

Clara merasa terharu dengan dukungan mereka. “Terima kasih, teman-teman. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian.”

Arman, yang memiliki pengalaman di bidang keuangan, menawarkan untuk membantu Clara dan ibunya mengelola anggaran mereka. Dia duduk bersama mereka di rumah Clara, melihat seluruh pendapatan dan pengeluaran keluarga, dan mencari cara untuk menghemat.

“Clara, ibu, kita bisa mulai dengan mengurangi pengeluaran yang tidak terlalu penting dan mencari cara untuk menambah pendapatan. Aku juga akan membantu mencari pekerjaan paruh waktu yang bisa kita lakukan bersama,” kata Arman dengan penuh semangat.

Rendy, di sisi lain, mengusulkan untuk mengadakan acara penggalangan dana di sekolah. “Kita bisa mengadakan bazar atau konser kecil. Semua siswa dan guru bisa berpartisipasi, dan hasilnya bisa kita gunakan untuk membantu Clara dan ibunya.”

Ide-ide itu memberikan harapan baru bagi Clara dan Ibu Maria. Mereka mulai bekerja keras untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Arman membantu Clara mencari pekerjaan paruh waktu di toko buku lokal, sementara Rendy mengorganisir acara penggalangan dana di sekolah dengan bantuan OSIS.

---

Minggu-minggu berikutnya, Clara merasa hidupnya penuh dengan aktivitas. Di pagi hari, dia pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Setelah itu, dia bekerja di toko buku selama beberapa jam, dan di malam hari, dia membantu ibunya di rumah. Walaupun sangat melelahkan, Clara merasa bahwa dia melakukan sesuatu yang berarti untuk keluarganya.

Acara penggalangan dana yang diusulkan Rendy juga berjalan dengan lancar. Banyak siswa dan guru yang berpartisipasi, menjual barang-barang bekas, makanan, dan mengadakan pertunjukan musik. Suasana di sekolah menjadi sangat hangat dan penuh dengan semangat solidaritas.

“Clara, lihatlah semua orang yang datang untuk mendukungmu. Ini benar-benar luar biasa,” kata Arman sambil tersenyum.

“Iya, ini sangat mengharukan. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengucapkan terima kasih kepada kalian semua,” jawab Clara dengan mata berkaca-kaca.

Rendy memeluk Clara dengan erat. “Kita adalah teman, Clara. Kita selalu ada untuk satu sama lain. Tidak perlu berterima kasih.”

Setelah acara selesai, Rendy mengumpulkan hasilnya dan memberikan kepada Clara dan Ibu Maria. “Ini adalah hasil kerja keras semua orang. Aku harap ini bisa membantu kalian melewati masa-masa sulit ini.”

Ibu Maria memegang amplop itu dengan tangan bergetar. “Terima kasih, Rendy. Terima kasih, semuanya. Kami sangat bersyukur atas dukungan kalian.”

---

Namun, masalah tidak berhenti di situ. Meskipun acara penggalangan dana dan pekerjaan paruh waktu membantu meringankan beban keuangan mereka, jumlah uang yang mereka miliki masih belum cukup untuk melunasi tunggakan hipotek. Clara merasa cemas, tetapi dia tahu bahwa dia tidak boleh menyerah.

Sementara itu, di sekolah, Andi tidak berhenti mencari cara untuk mengganggu Clara. Suatu hari, dia mendengar bahwa Clara sedang menghadapi masalah keuangan. Dengan senyum sinis, Andi mendekati Clara di lorong sekolah.

“Clara, aku dengar kamu sedang kesulitan dengan uang. Mungkin kamu butuh bantuan?” katanya dengan nada mengejek.

Clara menatap Andi dengan tajam. “Tidak perlu, Andi. Aku tidak butuh bantuan darimu.”

Andi tertawa kecil. “Oh, sungguh? Aku hanya ingin menawarkan bantuan. Lagipula, siapa tahu kamu bisa membalas budi di kemudian hari.”

Clara merasa marah, tetapi dia berusaha tetap tenang. “Aku akan mengatasi masalah ini sendiri, Andi. Kamu tidak perlu khawatir.”

Andi tersenyum licik. “Baiklah, Clara. Kita lihat saja seberapa jauh kamu bisa bertahan.”

Clara merasa gemetar setelah pertemuan itu, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap fokus. Dia tidak boleh membiarkan Andi mengganggunya lagi.

---

Di rumah, Clara dan Ibu Maria terus mencari cara untuk melunasi tunggakan hipotek. Mereka mencoba menghubungi bank untuk meminta perpanjangan waktu, tetapi tanggapan dari bank tidak begitu menggembirakan. Mereka hanya diberi waktu tambahan satu bulan untuk melunasi seluruh tunggakan.

Clara merasa semakin tertekan, tetapi dia tidak menyerah. Dia terus bekerja keras di toko buku dan mencari cara lain untuk mendapatkan uang tambahan. Suatu hari, ketika Clara sedang bekerja, dia bertemu dengan seorang pelanggan yang tampak tertarik dengan semangat dan kerja kerasnya.

“Kamu terlihat sangat berdedikasi, Clara. Apakah kamu sedang mengumpulkan uang untuk sesuatu yang penting?” tanya pelanggan itu.

Clara merasa sedikit ragu, tetapi dia memutuskan untuk jujur. “Iya, saya sedang mengumpulkan uang untuk membantu melunasi tunggakan hipotek rumah kami. Kami menghadapi masalah keuangan, dan saya ingin membantu ibu saya sebisa mungkin.”

Pelanggan itu, seorang wanita paruh baya bernama Ibu Kartika, tersenyum dengan ramah. “Kamu sangat menginspirasi, Clara. Kebetulan, saya memiliki sebuah bisnis kecil dan sedang mencari seseorang yang bisa membantu saya mengelola administrasi. Apakah kamu tertarik?”

Clara merasa harapan baru menyala di dalam dirinya. “Terima kasih banyak, Bu Kartika. Saya sangat tertarik dan akan bekerja keras untuk membantu bisnis Anda.”

Ibu Kartika mengangguk. “Baiklah, Clara. Kita bisa mulai besok. Saya yakin kamu akan menjadi aset berharga bagi bisnis saya.”

Clara pulang dengan perasaan lega dan menceritakan berita baik itu kepada ibunya. Ibu Maria merasa sangat bangga dan terharu melihat semangat Clara yang tidak pernah padam.

---

Beberapa minggu berikutnya, Clara bekerja di dua tempat sekaligus: di toko buku dan di bisnis kecil milik Ibu Kartika. Meskipun sangat melelahkan, Clara merasa bahwa dia melakukan sesuatu yang berarti untuk keluarganya. Ibu Maria juga bekerja lebih keras di pekerjaannya, berusaha menabung setiap sen yang bisa mereka sisihkan.

Hari demi hari, jumlah uang yang mereka kumpulkan semakin mendekati jumlah yang dibutuhkan untuk melunasi tunggakan hipotek. Clara merasa bahwa usaha keras mereka tidak sia-sia.

Namun, suatu malam, ketika Clara sedang belajar di kamarnya, Ibu Maria masuk dengan wajah cemas. “Clara, ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan.”

Clara merasa hatinya berdetak lebih cepat. “Apa itu, ibu?”

Ibu Maria duduk di tepi tempat tidur Clara. “Clara, ibu menerima telepon dari rumah sakit. Nenekmu sedang sakit dan membutuhkan perawatan segera. Mereka mengatakan bahwa biayanya cukup besar.”

Clara merasa hatinya tenggelam. “Apa yang harus kita lakukan, ibu? Kita hampir saja melunasi tunggakan hipotek, tapi sekarang nenek juga membutuhkan bantuan.”

Ibu Maria menghela napas panjang. “Ibu tidak tahu, Clara. Tapi kita harus melakukan yang terbaik untuk membantu nenek. Keluarga selalu menjadi prioritas kita.”

Clara merasa bingung dan putus asa. Dia tahu bahwa mereka harus membantu nenek, tetapi dia juga tahu bahwa kehilangan rumah akan menjadi beban yang sangat besar bagi mereka. Clara merasa terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama penting.

Clara dan Ibu Maria duduk bersama malam itu, memikirkan cara untuk menghadapi situasi yang semakin rumit ini. Mereka tahu bahwa mereka harus segera mengambil keputusan.

---

Keesokan harinya, di sekolah, Clara menceritakan masalah baru ini kepada Arman dan Rendy. Kedua temannya tampak sangat prihatin dan segera mencari cara untuk membantu.

"Clara, kita harus tetap kuat. Kita tidak bisa membiarkan ini mengalahkan kita," kata Arman dengan semangat.

Rendy menambahkan, "Kami akan mencari cara lain untuk membantu. Mungkin kita bisa mengadakan acara penggalangan dana lagi, kali ini untuk nenekmu."

Clara merasa terharu dengan dukungan mereka. "Terima kasih, teman-teman. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpa kalian."

Arman dan Rendy segera mulai merencanakan acara penggalangan dana baru. Mereka bekerja sama dengan OSIS untuk mengorganisir konser amal di sekolah. Banyak siswa dan guru yang ingin berpartisipasi, dan suasana persiapan acara penuh dengan semangat solidaritas.

---

Sementara itu, Clara terus bekerja keras di toko buku dan di bisnis kecil milik Ibu Kartika. Ibu Kartika, yang mengetahui situasi Clara, juga berusaha membantu dengan memberikan bonus kecil untuk pekerjaan Clara yang luar biasa.

"Clara, kamu benar-benar pekerja keras. Aku sangat menghargai dedikasimu. Ini adalah bonus kecil dari saya. Semoga bisa membantu sedikit," kata Ibu Kartika dengan senyum hangat.

Clara merasa sangat berterima kasih. "Terima kasih banyak, Bu Kartika. Ini sangat berarti bagi saya dan keluarga."

Di rumah, Ibu Maria juga mencari cara lain untuk menghemat uang dan menabung lebih banyak. Mereka berdua bekerja keras, berharap bahwa usaha mereka akan cukup untuk menghadapi semua tantangan ini.

---

Hari acara penggalangan dana tiba. Aula sekolah dipenuhi dengan siswa, guru, dan orang tua yang datang untuk mendukung Clara dan keluarganya. Pertunjukan musik dari berbagai band sekolah dan penampilan solo dari siswa berbakat menciptakan suasana yang hangat dan penuh harapan.

Arman dan Rendy berusaha sebaik mungkin untuk mengatur acara tersebut. Mereka memastikan bahwa semuanya berjalan lancar dan para penonton merasa terhibur.

Saat Clara melihat semua orang yang datang untuk mendukungnya, dia merasa sangat bersyukur. Dia berdiri di atas panggung untuk mengucapkan terima kasih kepada semua orang.

"Teman-teman, guru-guru, dan semua yang hadir di sini, terima kasih banyak atas dukungan kalian. Saya dan keluarga saya sangat berterima kasih atas bantuan dan cinta yang kalian berikan. Kami tidak akan pernah melupakan ini," kata Clara dengan suara bergetar.

Sorak-sorai dan tepuk tangan menggema di seluruh aula. Clara merasa bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, selalu ada orang-orang baik di sekitarnya yang siap membantu.

---

Setelah acara selesai, Rendy menghitung hasil penggalangan dana dan memberikan amplop itu kepada Clara. "Clara, ini adalah hasil dari acara tadi. Kami harap ini bisa membantu nenekmu dan keluargamu."

Clara memeluk Rendy dengan erat. "Terima kasih banyak, Rendy. Terima kasih, Arman. Kalian benar-benar sahabat sejati."

Ibu Maria juga sangat terharu dengan dukungan yang mereka terima. "Terima kasih, anak-anak. Kalian benar-benar luar biasa. Kami sangat bersyukur memiliki kalian di dalam hidup kami."

Dengan hasil penggalangan dana dan bonus dari Ibu Kartika, Clara dan Ibu Maria segera mengirimkan uang tersebut ke rumah sakit untuk perawatan neneknya. Mereka berharap bahwa nenek akan segera pulih.

---

Minggu-minggu berikutnya, kehidupan Clara dan keluarganya mulai menemukan keseimbangannya kembali. Nenek Clara perlahan pulih, dan kondisi keuangan mereka mulai membaik dengan usaha keras mereka.

Di sekolah, Andi yang sebelumnya terus mencari cara untuk mengganggu Clara, mulai kehilangan minat. Clara yang terus kuat dan didukung oleh banyak teman membuat Andi merasa kalah. Meskipun dia masih bersikap dingin, dia tidak lagi berani mengganggu Clara secara langsung.

Arman, Rendy, dan Clara semakin dekat dan kuat dalam persahabatan mereka. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka selalu bisa mengandalkan satu sama lain.

---

Suatu hari, ketika Clara sedang bekerja di toko buku, dia menerima telepon dari rumah sakit. "Halo, Clara. Kami ingin memberi tahu bahwa nenekmu sudah pulih sepenuhnya dan bisa pulang hari ini."

Clara merasa sangat lega dan bahagia. Dia segera memberitahukan kabar baik ini kepada ibunya dan teman-temannya. Mereka semua merasa sangat bersyukur atas kesembuhan nenek Clara.

Di rumah, Ibu Maria mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kepulangan nenek. Clara merasa bahwa meskipun mereka telah menghadapi banyak rintangan, mereka selalu bisa menemukan cahaya di tengah kegelapan.

---

Malam itu, Clara duduk di meja belajarnya dan menulis di buku hariannya. Dia merenungkan semua yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Dari intimidasi di sekolah hingga masalah keuangan yang berat, Clara merasa bahwa dia telah tumbuh menjadi seseorang yang lebih kuat dan lebih tegar.

Dia menulis dengan penuh rasa syukur, "Hidup penuh dengan tantangan, tetapi dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman, kita selalu bisa menemukan jalan keluar. Aku sangat berterima kasih atas semua cinta dan bantuan yang telah kuterima. Ini membuatku semakin yakin bahwa dengan kekuatan dan keberanian, kita bisa mengatasi apa pun."

Clara menutup buku hariannya dan memandang keluar jendela. Bintang-bintang di langit malam bersinar terang, memberikan inspirasi dan kekuatan untuk terus maju. Clara tahu bahwa masa depan penuh dengan harapan dan kemungkinan yang tak terbatas. Dengan semangat dan dukungan dari orang-orang terkasih, dia siap menghadapi apapun yang datang.

---

Bersambung

Untuk Bab ini saya kasih bonus ya teman-teman. Semoga kalian suka.

1
Kuroi tenshi
Gemesin banget sih tokoh utamanya, bikin hati meleleh😍
Nada Mahase: Halo kak, makasih ya udah baca, kalau boleh, dukung novel ini ya
total 1 replies
Yukishiro Enishi
Kocak abis
Nada Mahase: makasih kak sudah mau mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!