kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegundahan hati
Hati berganti malam, falinda duduk di antara para tetangga yang menyiapkan acara tahlilan untuk kedua orang tuanya, hanya tetangga falinda yang menemani di kediaman itu, bahkan sanak saudara yang berada jauh hanya mendoakan saja, mereka tak bisa hadir di acara dan pemakaman kedua orang tua falinda, dan falinda paham akan hal itu.!
"Nak kamu makan ya," tanya salah satu tetangga yang sedari tadi melihat falinda hanya melamun saja.
"Nanti saja Bu, falin belum lapar." jawabnya.
"Tapi harus makan ya nak, ibu gak mau Sampai nak falin sakit, bagaimana pun semuanya sudah takdir." ibu itu hanya mengelus kepala falinda dengan tatapan yang sangat prihatin.
"Makasih Bu " dengan berat hati falinda pun mengiyakan.
Hati falinda sangat sakit saat tahu kedua orang tuanya tiada dengan cara mengenaskan, bagaimanapun ia sadar bahwa takdir tidak ada yang tahu,
"Yaallah semoga mereka di tempat kan di surgamu ya Allah." batin falinda yang ingin melihat kedua orang tuanya damai di alam sana..!!
Setelan malam tiba acara tahlilan pun berjalan hikmad, semua tetangga pulang setelah acara selesai tinggalah falinda di sana dengan tetangga dekatnya.
"Nak falin ibu pulang gak papa ya, nak gakins sndirian," ibu itu berkata sambil memandang falinda.
Falinda yang mendengar suara itu pun menoleh."iya Bu gak papa, mungkin ibu capek karena seharian sudah bantuin falin makasih ya Bu."
"Baiklah nak, jika perlu apa-apa jangan sungkan untuk meminta bantuan ibu,"
"Makasih banyak ya Bu.."
Setelah kepergian ibu tetangga dekatnya falin kembali ke dalam kamar dengan tatapan kosong ia seakan hampa tanpa kedua orang tuanya..
"Kenapa papa dan mama tinggallin falin apa kalian gak sayang dengan falin." air mata jatuh dengan sendirinya saat falin melihat foto kebersamaan mereka.
Di kediaman Gautama keluarga berkumpul makan malam bersama, mereka saling bercerita dan menyantap makan malam dengan sukacita.
"Bagaimana pa, kapan kita akan ke rumah falinda untuk melamar anak itu." tanya mama Laura.
Mereka sudah mendiskusikan semalam.
"Kapan terserah mama saja, gimana kalo tujuh hari setelah acara tahlilan," papa Abraham menjawab.
"Baiklah pa, dan mama belum sempat datang ke acara tahlilan sahabat mama,"
Papa Abraham bertanya."Apa kamu sudah mantap.nak dengan jodoh dari kita."
"Terserah mama dan papa saja, aku nurut aja.!!"jawabnya singkat,
"Satu langkah sudah di depan mata falin, jangan harap setelah ini kami bahagia, tunggu saja akan aku buya hidupmu sengsara.." batin tama yang penuh dendam.
Setelah pembicaraan itu mereka pergi ke kamar masing-masing, Tama juga langsung pergi ke dalam kamarnya.!
Tama duduk di atas ranjang dengan memandang satu foto yang masih ia simpan hingga sekarang...
"Dulu kamu mencampakkan aku falin tapi tenang, setelah ini akan aku balas sakit hatiku dengan penderitaan yang tiada henti, kamu mencampakkan aku layaknya sampah," dengan mengepal tangannya erat, begitu kebencian yang di rasakan oleh Tama.
Singkat cerita,
Setelah bermusyawarah hati ke tujuh acara tahlilan di rumah kediaman kedua orang tua falinda pasangan paruh baya itu datang dengan membawa niat baik, ia juga akan mengutarakan keinginannya yang ingin menjadikan falinda sebagai menantu..
"Pa apa papa sudah siap..." tanya mama Laura yang masih mematut di cermin tentang penampilan nya..
"Bukanya sudah dari tadi mama itu uang lama minta ampun, papa sampe jamuran nungguin." ucapnya yang capek menunggu istrinya berdandan.
"Ich... Papa penampilan harus nomer satu dong.." jawabnya sambil membenahi kerudung nya.
"Ayo dong ma, keburu malam ini acaranya cepat selesai." papa Abraham yang melirik jam di pergelangan tangannya.
"Iya.. Ayo. "
Mereka pun berangkat Tampa tama karena Tama terima beres ia juga akan hadir saat akad saja, karena ia menghindari pertemuan dengan falin, ia tak ingin melihat wajah falin yang menyedihkan.
Satu jam perjalanan tibalah mobil sampai didepan kediaman kedua orang tua falinda. Mereka pun turun dan langsung masuk kedalam dan mengucapkan salam..
"Assalamualaikum..." ucapnya kedua paruh baya itu di depan pintu rumah.
"Waalaikum salam," ucap falinda dari dalam rumah..
"Om dan Tante silahkan masuk om Tante." falinda yang menyambut tamunya dengan ramah.
"Makasih nak," mereka pun mengikuti falinda setelah di persilahkan duduk.
"Tante dan om mau minum apa biar falin buatkan." ucapnya..
"Gak perlu repot-repot kok nak, Tante dan om kesini ada perlu sama kamu.." mama Laura langsung mengutarakan niatnya
"Maaf perlu apa ya tante dan om.." falinda yang tadinya berdiri pun duduk dengan pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya.
"Jadi begini nak, om dan Tante kesini ingin menjodohkan anak om Dengan kamu, karena semasa papa kamu masih hidup beliau dan om sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak om, menjadikan kamu menantu om istri dari putra om satu-satunya.." papa Abraham langsung mengutarakan niatnya.
Papa Abraham tahu jika perjodohan ini berdalih orang tua jujur ia terpaksa berbohong agar falinda mau menerima perjodohan ini, karena ia juga tidak akan tega jika falinda ada di kota ini sebatang kata, dengan dalin itu maka tidak mau falinda harus menuruti apa yang sudah di gariskan Untuknya apa lagi ia melihat sepertinya falinda anak yang penurut..
"Bagaimana nak, apa kamu merima perjodohan yang sudah di atur om dan almarhum kedua orang tuamu itu." pap Abraham menyakinkan.
Falinda bingung ia harus bagaimana di satu sisi ia masih mencintai mantannya yang tak lain adalah Gautama tapi ia juga bimbang apakah nanti keputusan ini akan bisa di terima oleh Tama ataukah cintanya sudah hilang.
"Nak falin, maaf jika kami terlalu terburu-buru, kami hanya ingin nak falin Tidka sendirian dan kami bisa melaksanakan amanat beliau." ucap mama Laura.
Dengan berat hati falinda pun mengiyakan ucapan kedua paruh baya itu, ia juga tidak punya sanak saudara, yang ia harapkan adalah Tama sang mantan dan berharap suatu saat bisa melindungi nya.
"Saya bersedia om dan Tante, karena ini adalah amanat almarhum orang tua saya saya akan menjalani dengan iklas." jawabnya falin tak ingin mengecewakan kedua paruh baya dan juga kedua almarhum orang tuanya.
Dengan wajah sumringah kedua paruh baya itu pun pamit untuk pulang, ia juga akan segera menyiapkan segalanya dan falinda terima beres saja.
~~Selamat membaca mohon maaf jika ada tipo~~
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.